Menuju konten utama

Ekspor Sawit Indonesia ke Cina Anjlok 65,58 Persen di Januari 2020

Ekspor crude palm oil (CPO) atau minyak sawit ke Cina mengalami penurunan cukup dalam menyusul merebaknya virus corona di negeri tersebut.

Ekspor Sawit Indonesia ke Cina Anjlok 65,58 Persen di Januari 2020
Sejumlah petani mengumpulkan tandan buah segar (TBS) kelapa sawit untuk dijual kepada pengepul di Bagansiapiapi, Rokan Hilir, Riau, Sabtu (22/6/2019). Harga TBS kelapa sawit terus merosot pascalebaran di sejumlah daerah pesisir Riau seperti Rokan Hilir, Dumai, Bengkalis dan Kepulauan Meranti hingga mencapai harga terendah Rp530 per kilogram. ANTARA FOTO/Aswaddy Hamid/wsj.

tirto.id - Sejumlah komoditas ekspor Indonesia mengalami penurunan yang cukup dalam di tengah wabah virus corona atau 2019-nCoV di Januari 2020.

Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), penurunan terbesar terjadi pada komoditas lemak dan minyak hewan/nabati yang salah satu produknya adalah crude palm oil (CPO) atau minyak sawit.

Nilainya anjlok 65,58 persen secara month to month (mtm) menjadi 127,511 juta dolar AS dari realiasi Desember 2019 senilai 370,452 juta dolar AS.

Dibandingkan nilai pada Januari 2019, nilainya turun 52,66 persen secara year on year. Pada Januari 2019 nilainya sempat menyentuh 269,380 juta dolar AS.

Penurunan lain juga dialami golongan HS 26 yaitu bijih, terak, dan abu logam. Nilainya anjlok 75,81 persen secara mtom menjadi 68,852 juta dolar AS. Dibandingkan dengan Januari 2019, nilainya anjlok 42,53 persen.

Selain komoditas, importasi lain seperti golongan HS 03 ikan dan udang turun 36,46 persen secara mtm. Nilainya per Januari 2020 menjadi 53,372 juta dolar AS. Lalu bahan kimia organil juga turun 28,27 persen mtm sehingga nilainya menjadi 40,431 juta dolar AS.

Kepala BPS Suhariyanto menyatakan sejumlah penurunan itu bisa jadi dipengaruhi oleh virus Corona.

Hanya saja, ia memperkirakan gangguan ini berada di pekan-pekan akhir Januari 2020 sehingga efek Corona tidak terlalu tampak pada kinerja ekspor-impor Indonesia-Cina.

“Pengaruhnya ada tapi tidak terlihat signifikan di Januari 2020,” ucap Suhariyanto di kantornya, Senin (17/2/2020).

Sementara itu bagi golongan bijih, Suhariyanto memperkirakan hal itu terkait pengaruh larangan ekspor nikel yang berlaku efektif di Januari 2020.

Dari sisi impor, penurunan terbesar terjadi pada komoditas buah-buahan. Nilainya turun 78,88 persen secara mtm dari 160,4 juta dolar AS menjadi 33,9 juta dolar AS.

Lalu penurunan kedua terjadi bagi besi dan baja (HS 72) sebanyak 10,97 persen. Dari 164,5 juta dolar AS menjadi 146,5 juta dolar AS.

Baca juga artikel terkait EKSPOR MINYAK SAWIT atau tulisan lainnya dari Vincent Fabian Thomas

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Vincent Fabian Thomas
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Hendra Friana