Menuju konten utama
Periksa Fakta

Eksperimen Menyesatkan Uji Rapid Test Antigen pada Sambal Cireng

Alat rapid tes antigen hanya bisa berfungsi pada pH tertentu dan sangat sensitif terhadap (kesamaan) pH sampel yang digunakan.

Eksperimen Menyesatkan Uji Rapid Test Antigen pada Sambal Cireng
Header Periksa Fakta. tirto.id/Quita

tirto.id - Pada 20 Desember lalu, akun Instagram @rinanose16 mengunggah beberapa foto. Foto-foto tersebut merupakan hasil iseng melakukan tes meneteskan sambal cireng pada alat tes rapid antigen. Akun ini menemukan hasil positif pada alat tersebut (arsip).

Akun tersebut kemudian juga mengecek seluruh anggota keluarganya yang mengonsumsi sambal tersebut dengan alat tes rapid antigen serupa, hasilnya negatif.

Tak hanya itu, akun itu juga mengunggah foto beberapa media yang mempublikasikan keisengannya tersebut dan foto politisi Austria yang melakukan tes rapid antigen pada Coca-Cola, yang menunjukkan hasil positif. Akun @rinanose16 juga mengakui melalui Instagram bahwa ia juga melakukan uji pada Coca-Cola, namun hasil tes menunjukkan negatif.

Akun @rinanose16 membungkus eksperimennya dengan narasi mempertanyakan pandemi COVID-19. Salah satu narasi yang ditulis berbunyi, “Disadari atau tidak, sejak situasi pandemi ini, kita jadi terpecah belah lho. Ada kubu yang percaya covid, ada kubu yang ga percaya covid. Padahal covid mah bukan kepercayaan. Jadi kalo saya ditanya, saya ada di kubu mana? Saya mah ada di barisan luar yang mau berpikir, belajar, dan nyari tau terus.”

Unggahan akunn @rinanose16 ini mendapat 97,4 ribu Likes dan komentar lebih dari 5 ribu kali hingga 23 Desember. Lantas, bagaimana fakta sebenarnya? Mengapa alat tes rapid tes antigen menunjukkan hasil yang berbeda pada objek non manusia?

Penelusuran Fakta

Unggahan akun @rinanose16 mendapat banyak komentar dari warganet. Ada yang menganggap tindakan artis tersebut tidak masuk akal, tidak terpuji, dan tidak menghormati para petugas kesehatan. Namun, ada pula yang mendukung, atau dibuat bingung karena eksperimennya itu.

Terkait eksperimen alat tes rapid antigen yang ditetesi sambal cireng ini, seperti dikutip dari laman klikdokter, dr. Arina Heidyana mengatakan bahwa penggunaan alat tes rapid antigen yang tidak sesuai instruksi dapat membuat alat tes tersebut rusak. Akibatnya, alat tersebut dapat menampilkan hasil positif atau negatif palsu.

"Membran nitroselulosa alat pemeriksaan itu kan rapuh. Dikasih sambal cireng, ya, bisa rusak. Makanya bisa timbul positif palsu,” jelas Arina.

Keterampilan petugas atau seseorang dalam mengambil spesimen swab untuk alat tes rapid ini pun bisa menentukan apakah hasilnya akurat atau tidak. Jika petugas atau orang yang mengambil spesimen swab tidak terampil, maka kemungkinan didapatnya hasil positif dan negatif palsu semakin tinggi.

Ahli patologi klinis dari Universitas Sebelas Maret (UNS) dr. Tonang Dwi Ardyanto mengemukakan hal serupa. Dikutip dari Kompas.com, Tonang mengatakan hasil positif pada alat tes rapid antigen bisa muncul jika kandungan derajat keasaman atau pH pada sampel uji sesuai.

"Jadi persoalannya ada pada pH. Ada batas pH yang pas untuk pemeriksaan tersebut," jelas Tonang.

Periksa Fakta Uji Rapid tes Pada Sambal Cireng

Periksa Fakta Uji Rapid tes Pada Sambal Cireng. Instagram/Rina Nose

Masih dari Kompas.com, setiap alat tes telah memiliki batasan pH tersendiri untuk menunjukkan hasil positif atau negatif sebuah sampel uji, sebutnya. Jika kandungan pH pada sampel lebih rendah atau tinggi, maka hasilnya tidak kredibel.

"Sampel yang pas, seperti swab, sudah diukur pada pH yang tepat tersebut, maka kit bekerja secara seharusnya. Tapi, bila kita berikan sampel di luar pH tersebut, maka alat akan rusak. Akibatnya seolah-olah positif."

Tonang menambahkan, tidak hanya pada alat tes rapid antigen, kasus negatif/positif palsu bisa muncul pula pada alat tes lainnya, seperti alat tes kehamilan. Ia menyebutkan, alat tes kehamilan yang ditetesi oleh sembarang cairan juga dapat menunjukkan hasil positif palsu.

Sementara itu, lembaga pemeriksa fakta Myth Detector telah memberikan penjelasan terhadap hasil tes positif pada Coca-Cola yang dilakukan oleh anggota parlemen Austria Michael Schnedlitz yang diunggah di akun Instagramnya.

Sebagai catatan, Schnedlitz yang berasal dari partai oposisi FPÖ melakukan eksperimen rapid tes untuk membuktikan pendapatnya bahwa tes rapid tidak bekerja dengan baik dan bahwa pemerintah hanya menghambur-hamburkan uang.

Schnedlitz memang mendapatkan hasil tes positif, meski menurut Myth Detector, ia melakukan kesalahan dengan tidak memperhatikan hukum-hukum kimia. Anggota parlemen itu menempatkan sampel kapas langsung ke alat uji, sementara harusnya sampel untuk pengujian COVID-19 terlebih dahulu direndam dalam buffer ekstraksi untuk mengatur tingkat pH. Untuk tes antigen, pH sampel (asam basa) harus berada dalam kisaran tertentu agar dapat diuji.

Tes rapid akan bereaksi terhadap antibodi. Jika alat tes mendeteksi antigen virus SARS-COV-2 dalam sampel uji, tes akan bereaksi dan berubah warna. Namun, perlu diperhatikan bahwa alat tes akan berubah warna jika sampel tidak sesuai dengan penggunaan seharusnya.

Hal ini terjadi ketika Schnedlitz melakukan tes yang salah dan menempatkan sampel Coca-Cola langsung ke alat uji: pH tinggi Coca-Cola bereaksi terhadap antibodi tes dan sebagai hasilnya, tes tersebut berubah warna dan menunjukkan hasil yang positif.

Media Jerman, Welt, mengontak Dialab, perusahaan yang memproduksi tes rapid yang digunakan Schnedlitz. Perusahaan itu mengatakan bahwa dalam eksperimen semacam itu, bahkan tes kehamilan pun akan positif. Mereka menyarankan anggota parlemen Austria untuk meningkatkan pengetahuan di bidang kimia sebelum membuat pernyataan yang provokatif tersebut.

Kesimpulan

Berdasarkan penelusuran fakta yang telah dilakukan, unggahan akun Instagram Rina Nose bersifat salah dan menyesatkan (false & misleading). Alat rapid tes antigen sebaiknya digunakan sesuai petunjuk penggunaan. Jika tidak digunakan sebagaimana mestinya, hasil positif/negatif palsu kemungkinan besar dapat diperoleh.

==============

Tirto mengundang pembaca untuk mengirimkan informasi-informasi yang berpotensi hoaks ke alamat email factcheck@tirto.id.

Apabila terdapat sanggahan ataupun masukan terhadap artikel-artikel periksa fakta maupun periksa data, pembaca juga dapat mengirimkannya ke alamat email tersebut.

Baca juga artikel terkait RAPID TEST atau tulisan lainnya dari Irma Garnesia

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Irma Garnesia
Editor: Irma Garnesia