Menuju konten utama

Ekonomi Indonesia 5,17 Persen, Sri Mulyani: Kita Kurang Bersyukur

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebutkan, capaian Ekonomi Indonesia di tahun 2018 patut disyukuri karena tumbuh lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya yakni 5,17 persen.

Ekonomi Indonesia 5,17 Persen, Sri Mulyani: Kita Kurang Bersyukur
Pekerja beraktivitas pada proyek pembangunan gedung bertingkat di kawasan Kuningan, Jakarta, Jumat (8/2/2019). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,17 persen sepanjang 2018. ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/foc.

tirto.id - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan bahwa capaian Ekonomi Indonesia di tahun 2018 patut disyukuri. Sebab, pada tahun itu, perekonomian tengah mengalami tekanan cukup besar.

Hasilnya, perekonomian Indonesia tahun lalu tumbuh lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya. Seperti halnya pertumbuhan ekonomi sebesar 5,17 persen dan tingkat inflasi yang rendah di level 3 persen.

Lantaran itulah, kata Sri Mulyani, para pengusaha patut mensyukuri dan tetap optimis dengan kondisi ekonomi nasional di tahun politik 2019.

"So it wasn't easy time, tapi bisa kita tutup dengan baik. Growth kita masih di atas 5 persen. 5,17 persen, lebih tinggi dari tahun lalu (2017) 5,03 persen. Sometimes kita kurang mensyukuri apa yang kita capai," tuturnya di Hotel Shangri-La, Sudirman, Jakarta Pusat, Rabu (27/2/2019).

Selama 2018, ucap Sri Mulyani, pemerintah bersama Bank Indonesia (BI), OJK, serta LPS juga berhasil menjaga stabilitas ekonomi tanah air. Salah satu caranya dengan menyesuaikan suku bunga acuan BI sebanyak tujuh kali selama tahun 2018.

"2018 kurs ada pergerakan karena ada kenaikan The Fed, tapi BI melakukan penyesuaian," ucap mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia tersebut.

Hal lain yang patut disyukuri, menurut Sri Mulyani, adalah soliditas Indonesia terutama di tingkat pemerintah pusat. Sebab, katanya lagi, ketidakpastian ekonomi global juga telah membuat beberapa pejabat tinggi di beberapa negara melepaskan pekerjaannya.

"Negara lain sama, seperti gubernur bank sentral India resign karena tidak bisa menaikkan suku bunga, bank sentral Turki juga resign, Argentina masuk program IMF," imbuhnya.

Baca juga artikel terkait PEREKONOMIAN INDONESIA atau tulisan lainnya dari Hendra Friana

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Hendra Friana
Penulis: Hendra Friana
Editor: Dewi Adhitya S. Koesno