Menuju konten utama

Ekonom Nilai Bunga Rendah Pemicu Simpanan di Perbankan Turun

Ekonom menilai penurunan jumlah simpanan tabungan di perbankan karena bunga deposito ditawarkan perbankan masih relatif kecil. 

Ekonom Nilai Bunga Rendah Pemicu Simpanan di Perbankan Turun
Sejumlah nasabah Bank Mandiri melakukan pengalihan rekening tabungan ke Bank Syariah Indonesia (BSI) di kantor Cabang Bank Mandiri Banda Aceh, Aceh, Kamis (29/7/2021). ANTARA FOTO/Ampelsa/aww.

tirto.id - Bank Indonesia (BI) mencatat pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan pada Agustus 2022 sebesar 7,77 persen secara tahunan atau year on year (yoy) menjadi Rp7.608 triliun. Laju pertumbuhan ini melambat dibandingkan Juli 2022 yang tumbuh 8,59 persen yoy.

Praktisi Perbankan BUMN dan Pemerhati Ekonomi, Sosial dan Ekosistem Digital, Chandra Bagus Sulistyo menilai, penurunan jumlah simpanan tabungan di perbankan karena bunga deposito ditawarkan perbankan masih relatif kecil. Karena itu nasabah mencari instrumen lain dengan imbal hasil lebih tinggi.

"Terkait penurunan tabungan simpanan di bank ini bukan karena masyarakat mengalihkan ke bank ke non bank. Tetapi saya melihat cenderung para nasabah bunga yang ditawarkan bank ini sangat kecil," kata dia kepada Tirto, Kamis (6/9/2022).

Dia menuturkan sejak Bank Indonesia (BI) menyesuaikan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin menjadi 4,25 persen, industri perbankan belum merespon penyesuaiannya. Perbankan dinilai justru masih menunggu momentum untuk menyesuaikan suku bunga acuan dari BI yang naik.

"Oleh karena itu. Karena rendahnya rate deposito giro tabungan yang diberikan oleh perbankan maka nasabah cenderung mencari imbal hasil yang tinggi. Dalam hal ini adalah surat berharga negara (SBN) ORI 022," jelasnya.

Menurutnya SBN ORI 022 rate-nya lebih tinggi daripada bunga deposito. Hal itulah yang kemudian menyebabkan masyarakat lebih cenderung menempatkan dananya ke surat berharga negara.

"Ketika saat ini suku bunga acuan naik berangsur rate DPK diberikan oleh perbankan juga naik. Harapannya ini akan menarik minat para nasabah untuk kembali menempatkan dananya di perbankan," bebernya.

Sebelumnya, BI menyebut penurunan simpanan di bank terjadi karena perubahan preferensi penempatan dana pada aset keuangan lain yang terindikasi dari nilai kepemilikan Surat Berharga Negara (SBN).

Meski ada penurunan simpanan, hasil simulasi Bank Indonesia menunjukkan bahwa ketahanan perbankan masih terjaga.

Namun, sejumlah faktor risiko, baik dari sisi kondisi makro ekonomi domestik maupun gejolak eksternal, tetap perlu diwaspadai potensi dampaknya pada laju pemulihan intermediasi ke depan.

Bank Indonesia juga mencatat, permodalan perbankan tetap kuat dengan rasio kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR) Juli 2022 tetap tinggi sebesar 24,86 persen.

Seiring dengan kuatnya permodalan, risiko tetap terkendali yang tercermin dari rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) pada Juli 2022 yang tercatat 2,90 persen (bruto) dan 0,82 persen (neto).

Baca juga artikel terkait TABUNGAN TURUN atau tulisan lainnya dari Dwi Aditya Putra

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Dwi Aditya Putra
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Intan Umbari Prihatin