Menuju konten utama
Kebijakan Energi

Ekonom: Kenaikan Harga BBM Tak Tepat, Indonesia Terancam Stagflasi

Masyarakat baru bangkit usai dihantam pandemi, kini harus terpukul lagi karena kenaikan harga BBM.

Ekonom: Kenaikan Harga BBM Tak Tepat, Indonesia Terancam Stagflasi
Pengendara kendaraan roda dua mengisi bahan bakar minyak (BBM) di salah satu SPBU di kawasan Rasuna Said, Kuningan, Jakarta, Rabu (31/8/2022). ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/aww.

tirto.id - Pemerintah mengumumkan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) seperti pertalite, pertamax, dan solar, Sabtu, 3 September 2022. Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira merespons hal tersebut.

“Kenaikan harga BBM subsidi dilakukan di waktu yang tidak tepat, terutama jenis pertalite. Masyarakat jelas belum siap menghadapi kenaikan harga pertalite menjadi Rp10.000 per liter. Dampaknya Indonesia bisa terancam stagflasi, yakni naiknya inflasi yang signifikan tidak dibarengi dengan kesempatan kerja,” kata dia kepada Tirto, hari ini.

BBM bukan sekadar harga energi dan spesifik biaya transportasi kendaraan pribadi yang naik, tapi juga ke hampir semua sektor terdampak. Misalnya harga pengiriman bahan pangan akan naik di saat yang bersamaan pelaku sektor pertanian mengeluh biaya input produksi yang mahal, terutama pupuk.

Masyarakat yang memiliki kendaraan pribadi dan tidak memiliki kendaraan sekali pun, akan mengurangi konsumsi barang lainnya. Karena BBM ini kebutuhan mendasar, ketika harganya naik maka pengusaha di sektor industri pakaian jadi, makanan minuman, hingga logistik semuanya akan terdampak.

“Pelaku usaha dengan permintaan yang baru dalam fase pemulihan, tentu risiko ambil jalan pintas dengan lakukan PHK massal. Sekarang realistis saja, biaya produksi naik, biaya operasional naik, permintaan turun ya harus potong biaya biaya. Ekspansi sektor usaha bisa macet, nanti efeknya ke PMI manufaktur kontraksi kembali di bawah 50,” terang Bhima.

Sementara itu, Deputy Director Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Eko Listyanto berkata dampak kenaikan ini yaitu kuota BBM akan meningkat sehingga tidak habis pada Oktober.

Di sisi lain kenaikan ini akan diikuti oleh inflasi, perkiraan inflasi September bisa mencapai 7,25 persen yoy, lalu sedikit turun di bulan berikutnya.

Kemudian angka kemiskinan akan naik 10 persen. “Langkah penyesuaian ini tidak terhindarkan karena kuota BBM sudah menipis, dan subsidi memang perlu dialihkan ke orang miskin daripada diberikan kepada pemilik kendaraan yang umumnya bukan orang miskin,” ujar dia ketika dihubungi Tirto, hari ini.

Berikut perubahan harga BBM:

Pertalite (Rp7.650 per liter menjadi Rp10.000 per liter)

Solar subsidi (Rp5.150 per liter menjadi Rp6.800 per liter)

Pertamax nonsubsidi (Rp12.500 per liter menjadi Rp14.500 per liter).

Baca juga artikel terkait KENAIKAN HARGA BBM atau tulisan lainnya dari Adi Briantika

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Adi Briantika
Penulis: Adi Briantika
Editor: Fahreza Rizky