Menuju konten utama

Egosentrisme Pada Tahap Tumbuh Kembang Anak yang Perlu Diketahui

Perilaku egosentris salah satunya adalah berperilaku seperti bos, ketidakmampuan untuk merasakan apa yang dirasakan orang lain.

Egosentrisme Pada Tahap Tumbuh Kembang Anak yang Perlu Diketahui
Ilustrasi Emosi Anak. foto/Istockphoto

tirto.id - Tumbuh kembang merupakan proses yang dinamik sepanjang kehidupan manusia. Tumbuh diuraikan sebagai peningkatan dalam ukuran, seperti tinggi dan berat badan atau tiap bagian tubuh.

Kendati potensi untuk tumbuh bergantung pada sifat dan pola tumbuh-kembang, juga dipengaruhi oleh lingkungan, khususnya pengaruh perhatian dan kasih sayang yang membantu meningkatkan kesehatan.

Kembang adalah peningkatan fungsi dan keterampilan yang bersifat kompleks. Perubahan yang terjadi bersifat kualitatif, yaitu berupa perubahan psikososial, kognitif, atau fungsi moral.

Menurut Mott (1990) dalam portal Dinsos Kulonprogo, ada beberapa prinsip tumbuh-kembang yang berguna sebagai landasan dalam menafsir­kan perubahan yang terjadi sejak lahir hingga lanjut usia (lansia).

  1. Tumbuh kembang terjadi secara teratur dan berurutan.
  2. Tumbuh kembang dipengaruhi oleh lingkungan sosio-ekonomi.
  3. Kecepatan tumbuh kembang spesifik.
  4. Tumbuh kembang terjadi dengan arah sefalokaudal dan proksimodistal.
  5. Tumbuh kembang makin dapat dibedakan.
  6. Tumbuh kembang makin terintegrasi dan berkesinambungan.

Fase tumbuh kembang

Tumbuh kembang pada manusia yang terjadi sepanjang kehidupan terdiri atas beberapa tahap yang berkesinambungan yang mencakup masa neonatus, bayi, todler, prasekolah, sekolah, remaja, dewasa muda, tengah baya, dan dewasa tua atau lansia.

Tahap tumbuh kembang berikut ini akan ditinjau dari aspek tumbuh kembang fisik dan perkembangan psikososial. Aspek perkembangan psikososial meliputi perkembangan emosional dan sosial, kognitif, serta moral.

  1. Neonatus (lahir-4 minggu)
  2. Bayi (1-12 bulan)
  3. Todler (1-3 tahun)
  4. Pra-sekolah (3-5 tahun)
  5. Usia Sekolah (5-12 tahun)
  6. Remaja (12-18 tahun)
  7. Tengah baya

Egosentrisme dan cara mengatasinya

Dalam tahap tumbuh kembang, terdapat sikap egosentrisme pada anak yang perlu orang tua ketahui.

Seorang peneliti perkembangan anak, Jean Piaget mengidentifikasikan bahwa egosentrisme adalah kecenderungan anak-anak untuk mengenali lingkungan mereka hanya dari sudut pandang mereka sendiri.

Jean Piaget menyebutnya sebagai perkembangan dari tahapan preoperational, yang ditandai dengan cara Si Kecil melihat hal-hal hanya dari sudut pandangnya sendiri. Teori ini menjelaskan perilaku Si Kecil yang khas seperti menginginkan sesuatu dengan cara mereka sendiri dan keengganan mereka untuk berbagi.

Perilaku egosentris salah satunya adalah berperilaku seperti bos, ketidakmampuan untuk merasakan apa yang dirasakan orang lain.

Piaget dalam portal Paudpedia Kemdikbud , menyebutkan bahwa egosentris mulai berkurang pada usia 7-8 tahun. Pada usia ini ia mulai belajar membedakan dirinya dengan orang lain. Berikut ini beberapa cara untuk mengatasi hal tersebut.

  1. Menumbuhkan empati, sikap ini dapat membantu mereka memahami orang lain bahwa mungkin berbeda dengan dirinya.
  2. Mendorong anak untuk bersosialisasi, ini penting bagi mereka karena akan membuka peluang berinteraksi dengan teman sebaya. Tentu di dalamnya akan terjadi saling mengemukakan pendapat. Hal ini dapat membantu meredam egosentris, ia akan belajar mendengarkan pendapat orang lain dan memahami perasaan orang lain.
  3. Diskusi bersama anak tentang perasaan, penting bagi kita semua untuk mendiskusikan perasaan bersama mereka. Misalnya bagaimana perasaan seseorang jika mainannya di ambil, tidak punya makanan, tidak punya tempat tinggal dan lain sebagainya.
  4. Menenangkan anak dengan cara yang tepat, salah satunya yaitu mengalihkan perhatian dengan hal-hal yang disukainya, misalkan memberikan mainan kesayangannya dan lain-lain.

Baca juga artikel terkait EGOSENTRISME atau tulisan lainnya dari Ai'dah Husnala Luthfiyyah Ans

tirto.id - Gaya hidup
Kontributor: Ai'dah Husnala Luthfiyyah Ans
Penulis: Ai'dah Husnala Luthfiyyah Ans
Editor: Nur Hidayah Perwitasari