Menuju konten utama

Efek Psikologis Dinilai Jadi Penyebab Penurunan Penumpang Pesawat

Ada beberapa faktor penurunan jumlah penumpang pesawat, salah satunya adalah efek psikologis dari harga tiket yang mahal.

Efek Psikologis Dinilai Jadi Penyebab Penurunan Penumpang Pesawat
Ilustrasi tiket pesawat. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Perhubungan Kementerian Perhubungan, Sugihardjo faktor yang menyebabkan penurunan penumpang pesawat adalah efek psikologis dari harga tiket mahal.

“Bisa [karena efek psikologis harga tiket pesawat mahal]. Mungkin psikologis saja, seperti harus bayar bagasi, tapi sebab lain belum kami teliti,” ucap dia di Posko Tingkat Nasional Angkutan Lebaran Terpadu 2019, Minggu (9/6/2019).

Tidak hanya itu, sambung Sugihardjo, faktor penurunan penumpang pesawat di Pulau Jawa karena ada jalan Trans Jawa. Hal ini berbeda dengan di luar Pulau Jawa.

“Kalau wilayah Semarang, Solo, Yogyakarta, Surabaya, mungkin ada pengaruh dari tol Trans Jawa, tetapi di Makassar, Lombok, perjalanan antarpulau tidak berhubungan dengan tol Trans Jawa,” jelas Sugihardjo.

Ia berpendapat masyarakat menilai tarif tiket pesawat mahal, karena membandingkan dengan situasi di luar Idulfitri alias periode normal. Jika dibandingkan dengan harga tiket saat lebaran tahun lalu dan tahun ini, lanjut Sugihardjo, pemerintah menetapkan Tarif Batas Atas (TBA) yang lebih murah.

“Saat lebaran [tiket] dijual TBA, jadi sama mendekati batas atas. Bahkan yang berbeda, seharusnya lebaran tahun ini tarif lebih murah karena TBA turun 15 persen,” terang Sugihardjo.

Airnav mencatat sejak harga tiket mahal, terjadi penurunan frekuensi penerbangan sebesar 15 persen. Mahalnya tiket pesawat juga jadi masalah perekonomian nasional dan berdampak luas ke berbagai sektor industri.

"Penurunannya jelas ada, misalnya Soekarno-Hatta yang biasanya 1.000-1.100 [penerbangan] per hari, untuk saat ini turun sekitar 15 persen," ujar Direktur Utama Airnav Indonesia Novie Riyanto di Jakarta Pusat, Selasa (14/5/2019).

Penurunan frekuensi itu terjadi di penerbangan domestik dan internasional. Meskipun jadi alasan utama, kata Novie, harga tiket pesawat bukan satu-satunya faktor lain yang membuat jadwal penerbangan berkurang.

Pasalnya, pada periode tersebut yaitu Januari-April juga bertepatan dengan musim sepi atau low season.

"Ada juga low season. Kalau ngomong begitu jadi kalau itu analisisnya panjang karena kan kita tahu semua yang banyak itu kan domestik Jakarta-Surabaya, Jakarta-Denpasar," jelas dia.

Alasan lainnya yaitu selesainya proyek Tol Trans Jawa. Beberapa rute penerbangan seperti Jakarta-Surabaya, Jakarta-Semarang, dan Jakarta-Denpasar saat ini sudah bisa dilewati darat dengan durasi di bawah 10 jam.

"Sebagian yang menggunakan mobil, kan mobil ini lancar sekali. Jakarta-Semarang itu saya berapa kali naik mobil itu lumayan lancar 5 jam," ucap dia.

Baca juga artikel terkait MUDIK LEBARAN 2019 atau tulisan lainnya dari Adi Briantika

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Adi Briantika
Penulis: Adi Briantika
Editor: Dipna Videlia Putsanra