Menuju konten utama
14 Januari 1742

Edmund Halley: Abadi di Angkasa, Abadi di Bumi

Edmund Halley tidak melihat dua kali kemunculan komet yang lekat dengan dirinya. Justru Mark Twain yang berhasil mengalaminya.

Edmund Halley: Abadi di Angkasa, Abadi di Bumi
Ilustrasi Mozaik Edmond Halley. tirto.id/Tino

tirto.id - “Sudah jelas Tuhan itu bilang begini, ‘Dua barang paling aneh ini, mereka masuk bareng, jadi mereka mesti keluar bareng juga',” demikian ucap Mark Twain, penulis terkenal Amerika Serikat, pada 1909. “Dua barang aneh” yang ia maksud adalah dirinya dan komet Halley.

Mark Twain dan komet Halley memang “masuk bareng” pada tahun yang sama, yaitu 1835. Mark Twain lahir pada 30 November 1835, hanya beberapa pekan setelah komet Halley berada pada titik terdekatnya dengan Bumi pada 12 Oktober. Ketika Mark Twain berseloroh bahwa “dua barang aneh” ini mesti “keluar bareng”, ia tentu tak menduga bahwa setahun kemudian pada 1910 ia juga “keluar” dari Bumi, bersama kemunculan komet Halley yang memang diprediksi muncul setiap 75 atau 76 tahun sekali.

Untuk mengenang 150 tahun kelahiran Mark Twain sekaligus kemunculan komet Halley, suatu kebetulan yang ganjil namun bersejarah, pada 4 Desember 1985 Kantor Pos Amerika Serikat menerbitkan sebuah aerogram—kertas surat yang dapat dilipat menjadi amplop. Aerogram tersebut sudah termasuk prangko bergambar komet Halley senilai 36 sen yang tercetak pada sampul aerogram, bersanding dengan gambar wajah Mark Twain dan kutipannya yang terkenal tentang komet Halley.

Adalah Edmund Halley, astronom Inggris, yang membuat prediksi kemunculan komet tersebut. Pada tahun 1705, ketika Halley menjadi Savilian professor of geometry di Oxford, ia menerbitkan “A Synopsis of the Astronomy of Comets”. Dalam publikasinya ini, Halley menyatakan bahwa komet yang terlihat melintasi Bumi pada 1456, 1531, 1607, dan 1682 memiliki kemiripan sehingga dapat dipastikan itu merupakan komet yang sama. Ia memprediksi bahwa komet tersebut akan kembali terlihat di Bumi pada 1758.

Prediksinya benar. Komet itu kembali pada tahun 1758 dan sejak saat itu komet tersebut dinamakan Komet Halley.

Halley merintis minat dan kariernya sebagai seorang astronom sejak usia sangat muda. Minatnya ini didukung oleh ayahnya, seorang pengusaha sabun dan properti yang kaya raya. Ketika ia masuk ke Queen’s College di Oxford pada usia 17 tahun, ia membawa serta koleksi peralatan astronomi yang dibelikan ayahnya. Pada 1676 ketika usianya baru 19 tahun, publikasi pertamanya terbit di Philosophical Transactions of the Royal Society, yang menunjukkan minatnya pada kalkulasi orbit komet. (Hughes, David W, “Edmond Halley, Scientist”, Journal of British Astronomical Association, 1985, 95, 5, hlm. 193).

Setahun kemudian, Halley menulis surat kepada Royal Society bahwa dirinya berencana melakukan ekspedisi ilmiah besar di Pulau St. Helena untuk mengamati benda langit di belahan bumi selatan. John Flamsteed, Astronom Kerajaan, menulis surat kepada Raja Charles II untuk meneruskan rencana Halley ini. Raja Charles II kemudian memerintahkan Perusahaan Dagang India Timur Inggris untuk memberikan akses kepada Halley dan seorang temannya.

Halley kembali dari St. Helena pada Mei 1678. Katalog bintang di belahan bumi selatan hasil observasinya terbit di tahun yang sama pada bulan November dan diterjemahkan dalam bahasa Prancis pada awal 1679. Sebagai ucapan terima kasih dan baktinya kepada Raja Charles II, Halley mempersembahkan 17 bintang di dekat kutub selatan untuk sang raja dan menamai konstelasi bintang ini Robur Carolinum yang berarti “pohon oak Charles”. Pohon itu adalah tempat bersembunyi Raja Charles II setelah kalah dalam peperangan Worcester.

Ekspedisi ilmiah dan observasi bintang Halley sukses besar. Raja Charles II pun meminta Oxford untuk memberikan gelar Master kepada Halley. Pada 3 Desember 1678, hanya beberapa hari setelah katalog bintangnya terbit, Halley memperoleh gelar Master tanpa harus bersusah payah menyelesaikan gelar sarjana terlebih dulu. Ia juga ditunjuk sebagai anggota Royal Society, menjadikannya sebagai salah satu anggota termuda karena usianya baru 22 tahun.

Infografik Mozaik Edmond Halley

Infografik Mozaik Edmond Halley. tirto.id/Tino

Pada 1684, Halley mengunjungi Isaac Newton untuk membahas gerak planet, dan kekuatan apa yang menjaga planet-planet bergerak mengelilingi matahari tetap pada orbitnya tanpa menabrak matahari. Halley meminta Newton untuk melakukan penelitian tersebut dan Halley menawarkan diri menyunting publikasinya.

Philosophiae Naturalis Principia Mathematica karya Isaac Newton pun akhirnya terbit pada 1687 dengan biaya sepenuhnya dari Halley, yang juga turut menyunting karya tersebut. Karya seminal Newton itu merupakan dasar perkembangan ilmu fisika dan astronomi modern. Dalam Principia, kesimpulan Newton bahwa gaya yang membuat planet-planet tetap berada pada orbitnya merupakan sejenis gravitasi terestrial menggugurkan pandangan lama sejak masa Aristoteles.

Halley begitu aktif di Royal Society. Ia menyunting jurnal Royal Society, Philosophical Transactions, memublikasikan 30 karya ilmiah, termasuk membuat peta meteorologi pertama yang menunjukkan jenis-jenis angin yang ada di laut. Dalam rentang waktu 60 tahun aktif sebagai ilmuwan, minat Halley tidak hanya pada komet. Bahkan dapat dikatakan itu hanya sebagian kecil dari perjalanan ilmiahnya. Minat terbesar Halley adalah meteorologi, menyunting literatur-literatur klasik, geomagnetik, dan matematika.

Sebagai ilmuwan yang namanya dijadikan nama komet yang muncul 75-76 tahun sekali, Halley tidak beruntung karena tidak melihat dua kali kemunculan komet tersebut. Justru Mark Twain yang berhasil mengalaminya. Setelah istrinya meninggal pada 1736, tangan kiri Halley mengalami kelumpuhan ringan. Kondisinya kian memburuk pada 1741 dan akhirnya meninggal dunia di usia 86 tahun pada 14 Januari 1742, tepat hari ini 280 tahun silam.

Namanya abadi selama Komet Halley tetap muncul 75-76 tahun sekali, sebagaimana yang berikutnya diprediksi akan terlihat dari Bumi pada Juli 2061 nanti.

Baca juga artikel terkait KOMET atau tulisan lainnya dari Uswatul Chabibah

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Uswatul Chabibah
Penulis: Uswatul Chabibah
Editor: Irfan Teguh Pribadi