Menuju konten utama

Durasi Main Video Game yang Ideal untuk Anak

Kombinasi ideal antara durasi menatap layar digital, waktu tidur, dan aktivitas fisik akan meningkatkan kognisi anak.

Durasi Main Video Game yang Ideal untuk Anak
Ibu memangku anaknya sambil memegang ponsel. FOTO/Istock

tirto.id - Video game bagi anak zaman sekarang bagai pisau bermata dua. Anak dapat belajar banyak, misalnya mengambil keputusan atau berkompetisi secara fair. Di sisi lain, kewajiban mereka kadang terlewatkan, seperti mengerjakan PR, bahkan lupa makan dan mandi, lantaran terlalu asyik di depan layar komputer atau smartphone.

Sebuah studi yang disponsori oleh National Institutes of Health menunjukkan bahwa mengurangi waktu di depan layar digital, termasuk main game, yang dikombinasikan dengan waktu tidur dan aktivitas fisik cukup, akan meningkatkan kognisi anak.

Riset itu menganalisa 4.500 anak usia 8-11 tahun yang dipublikasikan dalam jurnal The Lancet Child and Adolescent Health pada Oktober tahun lalu sebagaimana dilansir dari USA Today, Senin (22/7/2019).

Studi yang berdasarkan pedoman Canadian 24-hour Movement Guidelines dari Canadian Society for Exercise Physiology ini menyarankan agar anak memiliki durasi tidur 11 jam dengan 1 jam aktivitas fisik dan menonton layar digital kurang dari dua jam.

"Bukti menunjukkan bahwa kualitas tidur dan aktivitas fisik cukup akan meningkatkan performa akademik," kata Jeremy Walsh, salah satu periset CHEO Research Institute yang berbasis di Ottawa, Kanada.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga menerbitkan pedoman tak jauh berbeda pada April 2019, yang menyoroti soal screen time. Dalam sebuah penilitian yang dipublikasikan, WHO bahkan menyoroti anak di bawah lima tahun.

"Kami belum pernah memiliki rekomendasi untuk anak di bawah 5 tahun. Panel ahli melihat bukti dan mengusulkan rekomendasi," kata Juana Willumsen, seorang ahli di Departemen Pencegahan Penyakit Nonkomunik WHO.

WHO merekomendasikan balita tak seharusnya menonton layar gawai atau televisi sebelum berusia 2 tahun. Pedoman itu mencatat bahwa meningkatkan aktivitas fisik dan tidur di antara anak-anak, sambil membatasi perilaku mononton mereka, terkait dengan berkurangnya adipositas atau lemak tubuh.

Menurut WHO, kelebihan berat badan pada anak-anak akan mengantar mereka pada kondisi obesitas serupa saat mereka tumbuh dewasa dan hal itu akan menempatkan mereka pada risiko mengembangkan penyakit tidak menular seperti diabetes dan penyakit kardiovaskular.

Untuk bayi di bawah usia 1 tahun, WHO merekomendasikan agar mereka aktif secara fisik beberapa kali sehari dalam berbagai cara, dengan permainan berbasis lantai dan setidaknya dalam waktu 30 menit.

WHO juga merekomendasikan agar bayi 3 bulan atau lebih muda untuk mendapatkan 14-17 jam kualitas tidur sehari, termasuk tidur siang. Mereka yang berusia 4 hingga 11 bulan harus mendapatkan 12 hingga 16 jam.

Sementara anak-anak yang berusia 1 hingga 2 tahun juga harus mendapatkan kualitas tidur yang baik setiap hari, yakni antara 11 dan 14 jam, termasuk tidur siang. Pedoman itu juga merekomendasikan agar anak-anak ini menghabiskan setidaknya 180 menit sehari dalam berbagai kegiatan fisik.

Durasi menonton layar perangkat elektronik tidak disarankan untuk anak berusia 1 tahun, dan pedoman merekomendasikan agar dibatasi hingga satu jam sehari untuk anak berusia 2 tahun.

"Aktivitas fisik memiliki dampak terbesar, dan rekomendasi untuk aktivitas fisik selama 180 menit untuk anak-anak di atas 1 tahun adalah benar-benar kembali ke permainan aktif. Kami tidak merekomendasikan olahraga terstruktur," kata Willumsen dikutip CNN.

Google sebagai salah satu induk ekosistem aktivitas mobile menyadari akan hal ini. Pada Maret 2017 mereka memperkenalkan aplikasi Family Link untuk menambahkan pengawasan akun Google milik anak berusia di bawah 13 tahun. Salah satu fungsi utamanya untuk mengelola waktu pemakaian perangkat anak, termasuk aktivitas bermain game mereka.

"Family Link dapat mengatur waktu tidur atau batas harian pemakaian perangkat, dan melihat berapa lama waktu yang dihabiskan anak Anda dalam menggunakan aplikasi tertentu," penjelasan Google di laman Google For Families.

Penggunaan Family Link cukup mudah, dimulai dengan mengunduhnya di Play Store (Android) atau App Store (iOS). Tak hanya membatasi waktu pemakaian, para orangtua juga dapat mengelola aplikasi yang digunakan anaknya, mengunci perangkat mereka, termasuk mengetahui lokasi perangkat buah hatinya secara real-time.

Saat pertama kali diperkenalkan, Family Link hanya tersedia terbatas bagi pengguna di Amerika Serikat melalui invitation. Kini, aplikasi tersebut bebas diunduh oleh orangtua di seluruh dunia termasuk Indonesia.

"Ketika Anda memutuskan memberikan buah hati perangkat, Family Link berfungsi sebagai alat yang membuat orangtua tetap terlibat saat anak-anak mulai menjelajah," kata Pavni Diwanji, VP Engineering Google dikutip Blog Google.

Baca juga artikel terkait GAME atau tulisan lainnya dari Ibnu Azis

tirto.id - Teknologi
Penulis: Ibnu Azis
Editor: Agung DH