Menuju konten utama
Yusuf Mansur:

"Dulu Saya Salah ... Enggak Usah Diluruskan"

Baru akan melangkah ke bisnis investasi yang legal, Yusuf Mansur diberondong laporan polisi. Dituding melakukan penipuan dan penggelapan dana investasi.

Yusuf Mansur. Foto/Sabit

tirto.id - Indikasi Yusuf Mansur melakukan penipuan dan penggelapan duit, salah satunya, karena sang dai mencampurkan antara dakwah dan bisnis. Saat berdakwah, Mansur diduga menebar kisah sukses yang fiktif. Setelah itu ia meminta jemaah menyerahkan harta untuk bersedekah melalui dirinya.

Tak jelas berapa dana yang berhasil dihimpun di setiap dakwah Mansur. Ia juga tak memedulikan asal-usul harta jemaah yang diserahkan kepadanya. Selain itu, tak diketahui harta jemaah dibawa ke mana dan diperuntukkan untuk apa.

Dieqy Hasbi Widhana dari Tirto menjalin komunikasi dengan Yusuf Mansur melalui layanan pesan WhatsApp sejak 7 Juli hingga 13 Juli 2017. Mansur enggan bertemu langsung sekalipun reporter Tirto berulangkali meminta untuk wawancara tatap muka.

Saat dikonfirmasi mengenai metode dakwah dan tudingan miring atas kegiatan mengimpun dana umat itu, Mansur enggan membela diri. Ia justru mengaku salah.

“Enggak usah diluruskan. Saya salah. Insyaallah saya perbaiki. Saya penuh dengan ketidaktahuan,” kata Mansur.

“Insyaallah saya akan belajar terus. Jadi, saya tidak akan bela diri. Saya minta maaf saja. Sebagai ustaz, sudah banyak menyusahkan,” lanjut Mansur.

Mansur pun enggan menjelaskan lebih terang bagaimana proses hukum terkait bisnis investasinya. Ia menyerahkan seluruhnya kepada pihak kepolisian. Namun, ia menegaskan hingga saat ini seluruh bisnis investasinya ditutup sejak ditegur Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

“Tapi saya dulu enggak ngerti, enggak tau, enggak paham ada aturannya. Ada regulasinya,” ujarnya.

“Semoga apa yang terjadi bisa menebus kesalahan dan semua dosa saya. Aib yang enggak keliatan dan enggak diungkap—wuah, jauh lebih besar,” katanya.

Mansur juga kesal dengan beberapa wartawan yang memberitakan tanpa konfirmasi mengenai perkara investasi yang dinilai OJK sebagai praktik "ilegal" itu. Ini terkait pemberitaan yang menyebutkan Mansur meminta berdamai dengan para investor di Surabaya yang melaporkannya ke kepolisian. Sama sekali, hingga wawancara ini dirilis, Mansur belum mengajukan klausul damai.

Mengapa Anda kini mengajukan Manajemen Investasi Syariah ke OJK? Apa langkah Anda setelah mengantongi lisensi masuk pasar modal syariah?

Pertama, mengajarkan kepada yang belakangan dateng, bahwa niat baik, perlu langkah yang baik. Niat yang benar, perlu langkah yang benar.

Nawaitu patungan usaha, patungan aset, nabung tanah, Insyaallah benar. Tapi saya dulu enggak ngerti, enggak tau, enggak paham ada aturannya. Ada regulasinya.

Jadi, dengan saya menyiapkan dan men-submitted pendaftaran Manajemen Investasi Syariah, bisa jadi pengajaran dan contoh yang baik untuk taat regulasi. Apalagi regulasi ada bukan untuk menyusahkan.

Kedua, sekalian tanggung udah di dunia investasi, ya saya sekalian mengundang kawan-kawan yang ahli dan profesional di bidangnya untuk menjalankan perusahaan manajer investasi syariah dengan baik dan benar. Amanah, profesional. Untung, halal, berkah, dan manfaat.

Tugas saya di visi-misi. Di dream. Di ruh. Di spirit. Di promosi. Di DPR. Di gerakannya. Bukan di tataran teknis.

Kalau dulu, semua-mua saya. Ya, wajar juga. Sebab saat itu memang benar-benar fresh. Ada ide tentang ekonomi berjemaah, langsung eksekusi.

Kehadiran perusahaan ini akan jadi milestone di tanah air. Sebab, belum pernah ada yang resmi. Karenanya saya lewat PayTren dukung penuh. Termasuk segala permodalan yang dibutuhkan. Dengan tetap mengedepankan visi-misi keumatan dan kebangsaan.

Ketiga, memajukan dunia ekonomi syariah. Penasaran nih saya. Pemegang reksadana syariah masih di bawah 500 ribu. Nah, dengan bermodalkan 1,6 juta pengguna PayTren yang langsung saya gebrak dengan izin Allah, ikut semua. Maka, ini akan jadi berita besar ke seantero dunia malahan. Langsung jadi raksasa, Insyaallah.

Siapa tahu, umat, masyarakat, rakyat, bisa jadi mitra pemerintah dalam urusan permodalan. Jika butuh modal, ke umat aja. Ke masyarakat aja. Ke rakyat aja. Gitu.

Belum lagi kami akan bekerjasama menggerakkan seluruh komponen bangsa. Misalnya, dengan muslimat NU. Ini aja jumlahnya udah 21 juta perempuan. Dengan Muhammadiyah. Dengan berbagai lembaga dan organisasi. Dahsyat!

Pesantren model Gontor, misalnya. Ini santri aktif, sudah 350 ribu anak. Belum lagi masjid, yang bisa menjadi investor. Dana masjid, tromol masjid, dengan jumlah masjid yang ratusan ribu—kayak apa coba?

Insyaallah Go-Jek, Uber, Grab, Tokopedia, Traveloka, Tiket.com, Bukalapak, dan lain-lain, kita bisa beli-beli sahamnya. Lalu masyarakat luas ikut menikmati.

Dulu saya salah. Iya. Tapi bukan penipuan dan pembohongan publik. Soal regulasi. Dan saya sudah sampaikan, saya bertanggung jawab penuh.

Bahkan saya selesaikan dengan Insyaallah menuju ke kesempurnaan. Salah satunya, dengan menunjukkan ke publik, malah jadi mitra resmi OJK dan Bank Indonesia.

Kapan izin Manajemen Investasi Syariah didapatkan? Kabarnya sudah dapat izin akhir Juni kemarin, ya? Beberapa kali Anda sudah berunding dengan OJK soal itu?

Belum. Sebab umur laporan keuangan, kan, umurnya 90 hari saja. Karena keburu sibuk Lebaran, kami tunda.

Tanggal 10 Juli 2017 ini kami resmi submit ke OJK. Benderanya: Paytren Asset Management (PT PAM).

Kami banyak nanya dengan banyak jagoan, banyak ahli, di bidang investasi. Khususnya yang syariah. OJK bahkan sudah roadshow dengan kami, untuk menyelenggarakan ToT (training of trainers) tentang pasar modal syariah, di berbagai kota, lewat PayTren.

Kawan-kawan pemateri langsung dari OJK dan pembicara lain. OJK sendiri yang menyiapkan dan memfasilitasi.

Karena ini harus langsung berhasil. Harus langsung accepted oleh masyarakat. Harus langsung jadi giant, supaya dunia syariah enggak dipandang sebelah mata juga.

Tapi sejauh ini bisnis investasi Anda dan PayTren masih membuka pendaftaran investor dan mitra baru?

Ada dua hal yang berbeda. Pertama, investasi. Sejak dinyatakan pengumpulan uang dan gerakan patungan itu bermasalah, kami enggak pernah buka lagi yang baru. Kami nurut, senurut-nurutnya dengan pemerintah.

Yang kedua, PayTren, sebagai induk. PayTren bukan investasi. PayTren adalah perusahaan payment gateway. Tiap hari, alhamdulillah, pengguna baru PayTren 3.000 sampai dengan 5.000 pengguna. Sejauh ini sudah 1,6 juta pengguna. Baik (lewat sistem operasi) Android maupun iOS.

Valuasi sudah ditaksir sekitar Rp4 triliun. Langsung berjalan valuasi. Per hari ini, 1,6 juta pengguna. Ada 300 sampai 400 ribu transaksi per hari dengan kisaran antara 5 sampai 10 miliar per hari.

Bagaimana kelanjutan investasi Hotel Siti dan Condotel Moya Vidi?

Condotel Moya Vidi bisa nanya langsung ke Bareskrim Mabes Polri. Ke penyidiknya langsung.

Tapi terhadap kasus yang disebut sebagai saya menipu atau apa, ya baiknya langsung Bareskrim Mabes Polri yang jawab. Jangan saya malahan yang jawab.

Terkait laporan 4 orang di Surabaya dan 1 orang di Solo yang mengaku sebagai korban investasi Condotel Moya Vidi, bagaimana Anda menyikapinya? Apakah Anda akan mendorongnya ke arah damai kembali seperti yang terjadi sebelumnya ketika Anda dilaporkan ke Mabes Polri?

Enggak benar kalau saya kesannya minta damai dan dicabut. Yang minta damai dan dicabut hanya yang salah.

Saat di Bareskrim, saya juga bukan nyabut. Tapi emang enggak terbukti. Tapi saya tetap bayar apa yang dituntut. Sebab komitmen saya membantu dan saya tambah membuka kesempatan lagi.

Bila masih ada yang merasa dirugikan, ya ke saya aja. Tapi kawan-kawan ini senangnya ke kepolisian dan media. Ini seakan menjadi bukti. Bahwa yang diinginkan adalah bukan penyelesaian. Tapi keributan. Sedang saya enggak suka nyari ribut. Saya sukanya nyari duit.

Pengacara Rachmat Siregar dan Pak Darso Cs pasti baca (postingan akun) Instagram saya ini. Salam hormat buat bapak-bapak semua. Makasih untuk semua hal. Doa terbaik untuk bapak-bapak semua. Selanjutnya, silahkan hubungi Pak Albab (Junaidi Albab Setiawan, kuasa hukum Yusuf Mansur) saja maunya gimana dengan izin Allah.

Salam dan doa saya juga untuk semua wartawan dan polisi seluruh tanah air. You are all my sahabat. You are all my keluarga. Enggak bakalan saya nyalahin wartawan dan polisi.

Polisi sudah tugasnya menerima laporan dan menindaklanjuti. Do your job. No worries. Wartawan mah juga di mana sumber saja nulisnya. Kawan-kawan wartawan selalu berusaha minta konfirmasi ke saya. Sedang saya selalu bilang, "Sudahlah, jangan kita perpanjang. Dunia ini isinya sudah banyak keributan."

Seperti saya bilang, daripada nyari ribut, nyari persaudaraan aja. Nyari kawan aja. Yang begini ini bukan soal takut. Tapi soal pilihan sikap dan soal belajar dewasa.

Bisa jadi mereka akan melangkah lagi dan melangkah terus ke kepolisian yang lain. Ya enggak apa-apa. Saya serahkan sama Allah saja bagaimana-bagaimananya. Kami akan dakwah terus. Kami akan bisnis terus. Kami akan bergerak terus. Sampai Allah yang menghentikan kami. Jika Allah suruh berhenti, ya berarti saya disuruh-Nya istirahat. Ya enggak apa-apa juga. Alhamdulillah.

Untuk konfirmasi selanjutnya bagi wartawan, silakan langsung ke Bareskrim Mabes Polri saja. Salah kata mereka, saya terima. Betul kata mereka, ya semoga apa yang terjadi bisa nebus kesalahan dan semua dosa saya. Aib yang enggak keliatan dan enggak diungkap—wuah, jauh lebih besar.

Soal metode dakwah Anda. Banyak yang mengkritik bahwa dakwah Anda cenderung mencampurkan antara dakwah dan bisnis. Tak jelas juga uang dan barang sedekah yang diserahkan ke Anda itu dialokasikan ke mana dan diperuntukkan apa. Bagaimana Anda menanggapi ini?

Enggak usah diluruskan. Saya salah. Insyaallah saya perbaiki. Saya penuh dengan ketidaktahuan. Insyaallah saya akan belajar terus. Jadi, saya tidak akan bela diri. Saya minta maaf saja. Sebagai ustaz, sudah banyak menyusahkan.

Baca juga artikel terkait YUSUF MANSUR atau tulisan lainnya dari Dieqy Hasbi Widhana

tirto.id - Indepth
Reporter: Dieqy Hasbi Widhana
Penulis: Dieqy Hasbi Widhana
Editor: Fahri Salam