Menuju konten utama

Dua Teroris Berhasil Dibekuk Diduga Terkait Bahrun Naim

Polisi berhasil menangkap dua orang terduga teroris yang diduga terkait jaringan teroris Bahrun Naim di Bima, Nusa Tenggara Barat, Jumat (16/6/2017).

Dua Teroris Berhasil Dibekuk Diduga Terkait Bahrun Naim
Petugas kepolisian menggeledah rumah salah satu terduga teroris terkait Bom Kampung Melayu di kawasan Cileunyi, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Selasa (6/6). ANTARA FOTO/Novrian Arbi.

tirto.id - Polisi berhasil menggagalkan upaya teror yang akan dilakukan oleh dua orang terduga teroris di Bima, Nusa Tenggara Barat, Jumat (16/6/2017). Berdasarkan hasil pengungkapan, teroris tersebut berencana untuk menyerang Polsek Woha, Bima, Sabtu (17/6/2017). Keduanya pun diduga berkomunikasi langsung dengan Bahrun Naim terkait pembuatan bom aksi teror tersebut.

Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol Setyo Wasisto mengatakan, penangkapan teroris berhasil menggagalkan upaya penyerangan ke Polsek Woha, Bima, Sabtu (17/6/2017). Mereka berencana menyerang Polsek Woha pada malam hari.

"Sabtu malam kemarin, Sabtu kemarin mau diserang tapi karena sudah ketahuan ya nggak jadi," ucap Setyo di silang Monas, Jakarta, Senin (19/6/2017).

Setyo menduga, mereka menyerang Polsek Woha karena penjagaan yang lemah. Namun, aksi tersebut berhasil digagalkan berkat informasi warga. Densus 88 pun berhasil mengungkap aksi setelah lidik secara intensif.

Kapolri Jenderal Tito Karnavian memerintah kepada seluruh jajaran untuk proaktif dalam menangani terorisme. Tito mengaku, mereka tidak ingin kecolongan ada tindak aksi teror selama bulan Ramadan. Mantan Kadensus 88 ini mengatakan, mereka sudah menangkap puluhan orang terduga teroris.

"Sekarang sudah ditangkap sebanyak 31 orang ditahan, baik di Medan, Jambi, Jabar, Jateng, Jatim, Sulawesi Selatan, sampai ke daerah Bima. Jumat sore sudah ditangkap lagi yang di Bima (ada) dua," ujar Tito di silang Monas, Jakarta, Senin (19/6/2017).

Tito menerangkan, mereka menyita bom jadi dengan menggunakan bahan peledak TATP (triacetone triperoxide). Bom yang diperoleh dari terduga tersangka teroris itu akan digunakan untuk menyerang Polsek Woha, Bima. Daerah Bima sendiri memang daerah rawan penyerangan oleh kelompok kepolisian.

"Kita ketahui di Bima ada beberapa kali kejadian beberapa tahun belakangan ada anggota polisi yang meninggal dan ditembak dan lain-lain," kata Tito.

Tito menambahkan, kedua terduga tersangka teror tersebut berafiliasi dengan JAD. Ia mengatakan, metode pembuatan bom diduga dipelajari dari teroris senior Bahrun Naim, salah satu tokoh penting ISIS dari Indonesia. Mantan Kapolda Metro Jaya ini mengaku ada sejumlah kemiripan antara rencana aksi pengeboman di Bima dengan aksi pengeboman Kampung Melayu. Dua tersangka yang meninggal INS dan AS, kepolisian menemukan bukti komunikasi antara salah satu tersangka, AS dengan Bahrun Naim.

"Di Bima juga sama belajar dari online juga, melalui Bahrun Naim juga," kata Tito.

Tito menegaskan, mereka tidak segan-segan menangani teroris. Ia menekankan, para teroris ISIS memegang ideologi takfiri, yakni ideologi yang berdasarkan prinsip tauhid yang berbeda dengan Al-Qaeda. Dalam pandangan ISIS, takfiri adalah apapun yang bukan berasal dari Tuhan dianggap haram. Kalau manusia bukan kelompok mereka termasuk muslim juga boleh dibunuh. Ia mencontohkan kasus pengeboman masjid Polres Cirebon.

Saat itu, Kapolres Cirebon AKBP Herukotjo dan puluhan orang lain luka-luka akibat serangan bom bunuh diri yang dilakukan saat solat Jumat. Mereka menyerang karena berpandangan semua orang kafir. Bagi yang menyerang, dia dianggap kafir yang wajib diperangi sementara pihak yang tidak menyerang wajib dimintai pajak saat berkuasa.

"Itulah sebabnya penangkapan yang dilakukan terutama banyak oleh adik-adik Densus 88 mereka membalas tapi membalasnya karena nyari densus susah karena mobile yang gampang ya anggota di lapangan seperti di Tuban anggota lalu lintas," kata Tito.

Baca juga artikel terkait TERDUGA TERORIS atau tulisan lainnya dari Andrian Pratama Taher

tirto.id - Hukum
Reporter: Andrian Pratama Taher
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Maya Saputri