Menuju konten utama

Dua Sisi Mata Uang Kenaikan Harga Komoditas Global bagi Indonesia

Febrio sebut kenaikan harga komoditas memang memberatkan APBN sebab harus menghadapi risiko kenaikan belanja.

Dua Sisi Mata Uang Kenaikan Harga Komoditas Global bagi Indonesia
Operator SPBU menunggu proses penyesuaian atau penurunan harga bahan bakar minyak (BBM) di SPBU Dago, Bandung, Jawa Barat, Minggu (5/1/2020). ANTARA FOTO/M Agung Rajasa/ama.

tirto.id - Kenaikan harga komoditas di pasar global ibarat dua sisi mata uang bagi Indonesia. Satu sisi, menyebabkan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dalam negeri, di sisi lain mampu meningkatkan penerimaan negara.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu mengatakan, kenaikan harga komoditas memang memberatkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Sebab, APBN harus menghadapi risiko kenaikan belanja.

"APBN harus hadir menjamin tidak terjadi kenaikan harga fluktuatif untuk kepentingan rakyat banyak. APBN harus siap, dalam konteks APBN menjadi shock absorber," kata dia dalam Indonesia Macroeconomic Updates 2022, Senin (4/4/2022).

Di sisi lain, lonjakan harga komoditas akibat tensi geopolitik Rusia dan Ukraina ini juga telah memperburuk pemulihan ekonomi global, karena telah mendorong kenaikan harga komoditas energi dan pangan. Alhasil memberikan tekanan sisi inflasi yang terjadi di berbagai negara maju khususnya Eropa.

“Ancaman geopolitik meski ada harapan ke arah perdamaian. Tapi harga komoditas naik cukup tinggi memperburuk tekanan inflasi di banyak negara maju dan Eropa terkena langsung dampak risiko geopolitik,” tuturnya.

Menurut Febrio tingkat inflasi global tahun ini juga berpotensi melonjak dari semula 3,8 persen menjadi 4,6 persen dan baru akan mulai melandai pada tahun 2023. Tak hanya itu, lonjakan inflasi di negara maju akan berpengaruh pada aktivitas ekonomi RI.

Namun, di tengah tekanan tersebut, kenaikan harga komoditas ini juga menguntungkan karena Indonesia mendapat penerimaan negara cukup tinggi. Apalagi harga CPO yang merupakan komoditas utama ekspor Indonesia sempat menyentuh harga tertinggi.

"Jadi ini merupakan nilai tambah besar bagi perekonomian kita sebab ekspor kita CPO dan produk sawit, batu bara. Di sisi lain (kenaikan komoditas) jadi sumber tambahan likuiditas perekonomian," ungkapnya.

Dia menambahkan, saat terjadi kenaikan harga komoditas biasanya konsumsi di Indonesia juga mengalami peningkatan. Oleh karena itu, Febrio menilai kenaikan ini juga bisa memberikan dampak yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.

"Dan secara tidak langsung perekonomian di sekitar sektor tersebut," jelasnya.

Baca juga artikel terkait HARGA KOMODITAS atau tulisan lainnya dari Dwi Aditya Putra

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Dwi Aditya Putra
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Abdul Aziz