Menuju konten utama

Donald Trump adalah Berkah untuk Industri Pertahanan

Kemenangan Donald Trump membuat harga saham-saham industri pertahanan melejit. Industri ini bergairah berkat janji-janji Trump untuk menggeber anggaran pertahanan demi menjadikan Amerika sebagai negara besar lagi.

Donald Trump adalah Berkah untuk Industri Pertahanan
Tentara AS bersiap untuk naik ke helicopter CH-47 Chinook Fox di Training Center Nasional, Fort Irwin, California. [Foto/wikipedia]

tirto.id - Bagi pasar saham, kemenangan Donald Trump adalah bencana. Di sejumlah bursa saham, indeks saham mengalami kejatuhan sesaat setelah Trump diketahui memenangkan Pilpres S. Saham sejumlah industri juga tergerus, kecuali industri pertahanan yang justru melejit.

Pada perdagangan Rabu (9/11/2016), empat perusahaan kontraktor militer terbesar di AS macam Raytheon harga sahamnya naik 7,4 persen, sedang pembuat pesawat jet tempur F-series, Lockheed Martin juga naik 6 persen, Northrop Grumman naik 5,4 persen, General Dynamics 6,2 persen. Tidak hanya di AS, perusahaan BAE Systems asal Inggris juga naik 3 persen dan Cobham dari Perancis naik 3 persen.

Saham-saham industri pertahanan itu langsung melejit setelah Trump memastikan kemenangannya. Ini dikarenakan dalam kampanyenya, Trump selalu getol menyuarakan ambisinya menjadikan AS sebagai polisi dunia. Trump begitu menginginkan penambahan budget militer.

Selama pidato kampanye September lalu, Trump tidak henti menyerang Obama dan Hillary Clinton yang disebutnya tidak berpihak pada anggaran pertahanan. “Saat ini kami memiliki Angkatan Darat terkecil sejak 1940. Angkatan Laut yang terkecil telah sejak 1915. Dan Angkatan Udara adalah yang terkecil sejak tahun 1947," kata Trump.

Trump mengusulkan peningkatan belanja militer AS sekitar 0,5% dari PDB AS per tahun selama masa jabatannya. Jika direalisasikan maka akan ada peningkatan sebesar $80 miliar per tahun.

Mackenzie Eaglen analis pertahanan, dalam kolomnya di Longwarjournal menganalisa berapa banyak setidaknya uang yang akan tersedot untuk anggaran militer selama empat tahun ke depan.

Trump begitu berambisi menambah kekuatan pasukan tempur AS. Untuk Angkatan Darat (AD), Trump ingin personil aktif mencapai 540.000 tentara, saat ini kekuatan AD militer AS mencapai 450.000 personel. Untuk merekrut dan membiayai 90.000 personel baru otomatis akan membebani anggaran pertahanan berkisar $35 miliar sampai $50 miliar selama empat tahun ke depan.

Ia menuturkan berdasarkan tingkat aksesi sejarah, tingkat pertumbuhan 15.000 tentara per tahun yang dicanangkan Trump masih mungkin dan bisa dipertanggungjawabkan. Masalahnya, anggaran itu pastinya akan membengkak tergantung apakah AD akan memodernisasi alutsista mereka atau tidak, belum lagi dengan penambahan pasukan otomatis akan membikin adanya brigade baru.

Untuk Angkatan Laut, Trump ingin menambah 350 kapal cepat. Ia juga menjanjikan Pentagon untuk membeli kembali enam Kapal Littoral Combat yang sempat dibatalkan. Untuk memperkuat AS, Trump juga ingin menambah dua kapal amfibi, dan membeli satu kapal selam tambahan. Untuk merealisasikan ini, setidaknya Trump butuh dana hingga $60 miliar.

Di Angkatan Udara, Trump ingin menambah jumlah jet tempur AS menjadi 1.200 jet, atau naik 51 pesawat ketimbang persediaan saat ini yang hanya 1.141. Kenaikan ini tentu bertentangan dengan kebijakan Kongres yang akan segera menurunkan jet tempur menjadi 1.100. Trump begitu berambisi memperbanyak jet temput terbaru F-35A. Untuk empat tahun ke depan, total $ 30 miliar diperlukan.

Terakhir, Trump juga berencana meningkatkan jumlah Korps Marinir yang aktif bertugas dari 182.000 personil menjadi 200.000 personil. Penambahan ini akan membutuhkan setidaknya $12 miliar.

Ambisi Trump ini tentu dikritik banyak pihak. “Saya belum melihat apapun strategi dari kebijakan Trump soal ini," kata William Hartung, direktur proyek keamanan di International Policy Center kepada New York Timer. “Dia (Trump) mengatakan tidak ada yang akan menantang AS karena kita akan begitu kuat. Tapi itu bukan strategi. Ini hanya semacam nafsu dia saja.”

Infografik Saham Industri Pertahanan AS

Sayangnya, Trump belum memaparkan secara detail rencananya tersebut. Banyak pertanyaan yang belum bisa terjawab: Trump tidak merinci bagaimana dia akan menampung prajurit tambahan dan alutsista baru itu? Akan ditempatkan di pangkalan militer mana? dan untuk tujuan apa?

"Dia menjanjikan anggaran belanja pertahanan yang lebih tinggi tanpa memberi kami angka nominal dan memberitahu kita bagaimana ia akan membayar untuk itu," kata Lawrence Korb, seorang mantan pejabat Pentagon dan konsultan pertahanan Obama.

American Enterprise Institute mencatat anggaran penambahan alutsita dalam 10 tahun terakhir mencapai $1,3 triliun. Besarnya anggaran yang tersedot membuat Kongres menghalanginya dengan UU Kontrol Anggaran. UU ini berlaku sejak 2013 hingga 2021.

Dalam pengajuan yang dilakukan oleh Obama pada 2012 saja, UU ini sukses memotong anggaran penambahan alustsita AS hingga $350 miliar. Di sisi lain, Obama memang tak begitu agresif, dia menerapkan kontrol bujet penambahan alutsista dan personel tidak lebih dari $ 113 miliar selama empat tahun.

Kemenangan Trump yang dibarengi penguasaan partai Republik di Kongres memudahkan mereka untuk merombak UU Kontrol Anggaran. Mackenzie memprediksikan bisa saja anggaran tambahan bagi militer di era Trump bisa mencapai $250 sampai $300 miliar selama empat tahun ke depan.

Dicabutnya UU Kontrol anggaran tentu saja memberikan keuntungan besar bagi perusahaan kontraktor militer. "Kemenangan Trump adalah kabar baik bagi industri pertahanan, terutama ketika digabungkan dengan mayoritas Partai Republik di DPR dan Senat," kata Loren Thompson, seorang konsultan pertahanan kepada Washington Post.

Kata Loren, dengan meningkatkan kemampuan militer maka BAE Systems dan General Dynamics yang dekat dengan AD akan ketambahan order, tak lupa pembuat helikopter dan pesawat seperti Boeing dan Lockheed Martin. “Northrop Grumman, yang yang biasa membuat pesawat pengebom bisa menjadi pemenang, sedangkan untuk kapal selam dan kapal laut itu akan menguntungkan General Dynamics dan Huntington Ingalls.”

Baik bagi industri, buruk bagi anggaran. Todd Harrison, seorang analis anggaran pertahanan di Pusat Studi Strategis dan Internasional menyebut jika UU ini sukses dihapus maka otomatis akan terjadi defisit anggaran jika Trump tetap memaksa menaikkan anggaran pertahanan.

“Kenaikan anggaran pertahanan hanya dapat dicapai dengan meningkatkan defisit anggaran federal, menaikkan pajak, atau memotong pengeluaran lainnya, seperti program manfaat bagi manula dan orang miskin. Tak ada satu pun hal populis untuk merealisikan ambisi ini,” katanya.

Di lain sisi, Todd juga mengungkap bahwa langkah Trump di Kongres tidak akan semulus orang kira. "Banyak dari Partai Republik yang tidak mendukung kebijakan Trump. Saya pikir janji Trump itu akan mengalami kemacetan dan mungkin bahkan lebih buruk ketimbang sebelumnya."

Sebagai pengusaha yang sering memanfaatkan utang, solusi ini jadi satu-satunya jalan untuk meningkatkan pertambahan anggaran pertahanan. Dalam skenario ini, awang-awang Trump bisa jadi akan berujung pada membengkaknya utang Amerika.

Baca juga artikel terkait DONALD TRUMP atau tulisan lainnya dari Aqwam Fiazmi Hanifan

tirto.id - Politik
Reporter: Aqwam Fiazmi Hanifan
Penulis: Aqwam Fiazmi Hanifan
Editor: Maulida Sri Handayani