Menuju konten utama

Dolar Hari Ini 21 Maret Melemah Karena Likuiditas Greenback

Dolar melemah pada Sabtu pagi.

Dolar Hari Ini 21 Maret Melemah Karena Likuiditas Greenback
Seorang pembeli menunjukkan uang Dolar Amerika Serikat yang ditukarnya di gerai penukaran valuta asing, Jakarta, Senin (15/7/2019). ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari/wsj.

tirto.id - Dolar melemah pada akhir perdagangan Jumat 20 Maret 2020 atau Sabtu (21/3/2020) pagi WIB.

Sebagaimana diberitakan Antara, hal ini dikarenakan enam bank sentral utama mengumumkan tindakan terkoordinasi untuk meningkatkan likuiditas dalam mata uang tersebut, tetapi melambung dari posisi terendah dalam perdagangan sore karena saham melemah.

Greenback telah melakukan reli yang garang minggu ini karena investor bergegas untuk mendapatkan mata uang tersebut, melonjak 4,32 persen, kenaikan mingguan terbesar sejak krisis keuangan 2008.

Sementara itu, mata uang dari dolar Australia hingga pound Inggris jatuh ke posisi terendah multi-tahun setelah penurunan suku bunga oleh bank-bank sentral dan suntikan dana miliaran dolar gagal menenangkan pasar yang panik.

Pada Jumat (20/3/2020) enam bank sentral utama mengumumkan tindakan terkoordinasi untuk meningkatkan likuiditas dalam greenback dengan meningkatkan frekuensi operasi pertukaran mata uang mereka terjadi setiap hari.

"Peningkatan operasi likuiditas dolar AS yang terkoordinasi pada 15 Maret sudah merupakan langkah signifikan yang membangun pengalaman Krisis Keuangan Hebat, tetapi pergeseran hari ini ke operasi sehari-hari belum pernah terjadi sebelumnya," kata Frederic Ducrozet, ahli strategi di Pictet Wealth Management.

Dolar AS naik menjadi 1,03, tertinggi sejak Januari 2017, terhadap sekeranjang mata uang selama seminggu ketika investor telah melikuidasi semuanya, dari saham, obligasi hingga emas dan komoditas.

Indeks dolar terakhir 102,65, turun 0,32 persen pada Jumat (20/3/2020).

"Bagi banyak negara dengan pinjaman dalam dolar, depresiasi besar-besaran dalam mata uang domestik mereka, dan kekuatan dalam dolar, telah semakin mengancam pada saat sebagian besar pasar negara berkembang dan ekonomi maju menuju atau sudah dalam resesi," analis di Action Economics mengatakan pada Jumat (20/3/2020) dalam sebuah laporan.

Namun demikian, beberapa indikator pendanaan menunjukkan tekanan yang berkelanjutan di pasar.

Baca juga artikel terkait NILAI TUKAR RUPIAH

tirto.id - Ekonomi
Sumber: Antara
Penulis: Yulaika Ramadhani
Editor: Agung DH