Menuju konten utama

DLH DKI: Sektor Energi Penyumbang Terbesar Emisi Gas Rumah Kaca

Emisi gas rumah kaca (GRK) di DKI Jakarta pada 2021 sebesar 56.835 Gg CO2e.

DLH DKI: Sektor Energi Penyumbang Terbesar Emisi Gas Rumah Kaca
Suasana gedung bertingkat yang terlihat samar karena polusi udara di Jakarta, Rabu (28/9/2022). ANTARA FOTO/Galih Pradipta/rwa.

tirto.id - Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta, Asep Kuswanto menyebutkan emisi gas rumah kaca (GRK) di Ibu Kota pada 2021 sebesar 56.835 Gg CO2e.

Data itu disampaikan Asep dalam acara Public Expose Hasil Inventarisasi Profile Emisi dan Capaian Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca di Balai Kota DKI Jakarta, Rabu (2/11/2022).

"Merujuk laporan Inventarisasi Emisi GRK Tahun 2022, total emisi GRK DKI Jakarta di tahun 2021 adalah sebesar 56.835 Gg CO2e," kata Asep.

Asep merinci GRK 2021 terdiri dari emisi langsung sebesar 27.540 Gg CO2e (48 persen) dan emisi tidak langsung sebesar 29.294 Gg CO2e (52 persen).

Emisi tidak langsung merupakan emisi dari penggunaan listrik, sedangkan kontributor utama emisi langsung adalah energi di transportasi (46 persen), energi di pembangkit listrik (31 persen), energi di industri manufaktur (8 persen), energi di rumah tangga (6 persen), dan limbah padat di TPA/landfill (5 persen).

"Sektor energi merupakan penghasil emisi GRK terbesar, sementara kontribusi AFOLU dalam emisi langsung kurang signifikan yaitu 6,6 Gg CO2e," ucapnya.

Asep menuturkan tingkat emisi GRK DKI Jakarta pada 2030 akan terus naik hingga tiga kali lipat dari angka 2010 apabila tidak diantisipasi.

Pemprov DKI berupaya mengurangi emisi GRK di sektor energi seperti efisiensi energi, energi terbarukan, bahan bakar rendah karbon, energi bersih, dan penerapan green building.

Kemudian di sektor transportasi seperti fuel switching, moda shift, manajemen transportasi, dan lain-lain. Lalu di sektor limbah seperti pengomposan, landfill mining, LFG recovery, PLTSampah, pemanfaatan 3R, kegiatan IPLT, penggunaan IPAL Terpadu.

Selanjutnya di sektor AFOLU seperti konservasi hutan mangrove, pembangunan taman kota, pembangunan hutan kota, dan penghijauan/penanaman.

Asep mengatakan capaian pengurangan emisi GRK di DKI Jakarta pada 2021 adalah 26,9 persen. "Nilai tersebut lebih tinggi dibandingkan capaian pengurangan emisi GRK di tahun 2020 yang mencapai 26 persen," ujarnya.

Asep menjelaskan, capaian pengurangan emisi GRK tersebut dihitung berdasarkan selisih tingkat emisi GRK hasil inventori pada 2021 dan baseline emisi GRK di tahun yang sama.

Penurunan tingkat emisi GRK juga terdampak pandemi COVID-19, penurunan pertumbuhan ekonomi, dan kebijakan atau kegiatan lainnya.

"Yang awalnya mungkin tujuannya bukan untuk mitigasi emisi GRK namun berdampak kepada penurunan tingkat emisi GRK," kata dia.

Baca juga artikel terkait EMISI GAS RUMAH KACA atau tulisan lainnya dari Riyan Setiawan

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Riyan Setiawan
Penulis: Riyan Setiawan
Editor: Gilang Ramadhan