Menuju konten utama

DKI Tak Punya Uang untuk Bikin Mural Asian Games yang Lebih Bagus?

Anies Baswedan-Sandiaga Uno harusnya menggandeng seniman buat membikin mural Asian Games 2018, ketimbang meminta pasukan oranye atau PPSU.

DKI Tak Punya Uang untuk Bikin Mural Asian Games yang Lebih Bagus?
Petugas penanganan prasarana dan sarana umum ( PPSU) Pemprov. DKI Jakarta menggambar mural bernuansa Asian Games di depan Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta, Rabu (11/7/2018). tirto.id/Andrey Gromico

tirto.id - Mural yang dibuat petugas Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) DKI Jakarta masih ramai dibicarakan warganet. Foto-fotonya diunggah oleh akun-akun humor dan panen komentar.

Salah satu akun yang mengunggah itu adalah Humor Politik. Satu meme memperlihatkan dua foto yang dikolase. Foto bagian atas menunjukkan petugas berseragam PPSU Joglo sedang menggambar bendera-bendera negara peserta Asian Games; foto kedua memperlihatkan tulisan "Asian Games Jakarta Palembang" dengan warna kontras di beton yang memanjang.

Dengan gaya menyindir, Humor Politik menuliskan: "Jakarta Menyambut Asian Games, Dunia Akan Terkagum-Kagum."

Foto-foto seperti ini yang membuat orang menuduh Pemprov DKI tak profesional. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menanggapinya dengan mengatakan "harus ada ruang untuk kreativitas. Jangan juga kaku. Beri ruang kreatif, namun tetap ada batasnya."

Ucapan Anies memuat percabangan makna. Namun, ia mengatakan tidak memberikan instruksi soal mengerahkan petugas PPSU untuk membuat mural dalam menyambut Asian Games 2018. Bertolak belakang dengan ucapan Anies pada 10 Maret, ketika itu ia juga mengatakan bakal mengajak siapa saja yang mau berpartisipasi mempercantik kota.

Yudha Dwi, seorang artis mural, mengatakan seharusnya Pemprov DKI menggandeng para artis mural untuk turut serta menggambar, daripada memerintahkan pasukan oranye menggambar. Tujuannya agar tercipta mural yang lebih berkualitas.

"Saya tidak menjelek-jelekan pasukan oranye, saya juga apresiasi inisiatif mereka. Gambarnya pun cukup merepresentasikan Asian Games. Namun, tetap hasil akhir mural yang dilihat," kata Yudha kepada Tirto, Rabu (25/7/2018).

Yudha tak pernah tahu ada upaya Pemprov DKI menggandeng para seniman, dan nampaknya memang tidak. Ia menilai Pemprov DKI tak pernah benar-benar serius mempercantik kota dengan mural yang bagus.

"Apakah pemprov tidak punya anggaran untuk membuat mural yang lebih bagus dengan melibatkan seniman?" tanya Yudha.

Rencananya Yudha bakal menghubungi petugas PPSU dan bertanya apa dia boleh turut serta bikin mural atau tidak.

Street artist, Popo, juga tak habis pikir kenapa pasukan oranye yang ditugaskan membuat mural. Meski menurutnya semua orang bisa berkarya, tapi tetap saja soal kualitas tak bisa disamakan. Hal ini diakui seorang petugas PPSU Ade yang menggambar mural bernama. Ia mengaku tak punya keahlian menggambar. Ada pula kasus seorang petugas salah menggambar bendera Malaysia.

"Sama seperti menyuruh muralis membersihkan jalan raya. Muralnya pasti jelek. Yang menyuruh juga enggak benar," kata Popo kepada Tirto.

Infografik CI Kota kreatif

Menurut Popo, seharusnya apa yang terjadi sekarang merangsang para seniman untuk bergerak. Namun Popo enggan melakukan itu karena memang tidak peduli dengan Asian Games.

Indonesia sendiri tidak kekurangan seniman mural, Yudha dan Popo yakin itu. Jadi seharusnya tak sulit untuk benar-benar menciptakan mural yang baik.

Firman Lie, dosen Seni Rupa Institut Kesenian Jakarta (IKJ), mengatakan Pemprov DKI tak punya visi ketika asal-asalan meminta pasukan oranye menggambar. Padahal, katanya, pada dasarnya mural bukan sekadar persoalan artistik, "tapi ia menjawab kebutuhan ruang publik sehingga memiliki identitas."

Baca juga artikel terkait ASIAN GAMES 2018 atau tulisan lainnya dari Adi Briantika

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Adi Briantika
Penulis: Adi Briantika
Editor: Rio Apinino