Menuju konten utama

DKI Sisir Imunisasi Campak di Kawasan Padat Penduduk dan Kumuh

Kasus campak di Jakarta banyak ditemukan di daerah yang cakupan imunisasi rendah, wilayah padat penduduk, sanitasi dan gizi kurang.

DKI Sisir Imunisasi Campak di Kawasan Padat Penduduk dan Kumuh
Vaksin Campak dan Rubella (MR). ANTARA FOTO/Ampelsa

tirto.id - Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta menyisir pelaksanaan imunisasi campak di kawasan prioritas seperti daerah padat penduduk dan kumuh. Hal itu guna menekan penularan kasus campak di Ibu Kota.

"Penularan campak sama seperti COVID-19 tapi jauh lebih menular dan sangat cepat," kata Kepala Seksi Surveilans, Epidemiologi dan Imunisasi Dinas Kesehatan DKI Jakarta Ngabila Salama, Rabu (25/1/2023).

Ngabila mencatat kasus campak di Jakarta pada 2022 mencapai 253 kasus. Ratusan kasus itu banyak ditemukan di daerah yang cakupan imunisasi rendah, wilayah padat penduduk, sanitasi dan gizi kurang hingga wilayah perbatasan dengan Depok, Bogor, Tangerang dan Bekasi.

Selain itu, peningkatan kasus juga terjadi karena surveilans dan cakupan imunisasi campak rubella menurun saat pandemi COVID-19 selama 2020-2022.

Padahal, kata Ngabila, minimal cakupan imunisasi campak dan rubela (Measles dan Rubella/MR) mencapai 95 persen. MR merupakan vaksin untuk mencegah penularan penyakit akibat virus campak dan rubela.

"DKI Jakarta tidak tercapai target pada 2020 hanya 85 persen untuk bayi di bawah dua tahun dan 65 persen bulan imunisasi anak sekolah (BIAS)," ucapnya.

Sedangkan capaian pada 2021 untuk BIAS mencapai 91 persen dan pada 2022 capaian imunisasi pada bayi berusia di bawah dua tahun mencapai 91 persen.

Dinkes DKI meminta para orang tua untuk melengkapi imunisasi MR tiga kali yakni saat berusia sembilan bulan, usia 18 bulan dan kelas satu Sekolah Dasar (SD) yang diberikan gratis oleh pemerintah.

"Sebanyak 20-40 persen anak sudah imunisasi MR dua kali, masih bisa menjadi suspek campak. Meski sudah dua kali vaksin MR, namun cakupan rendah di wilayah tersebut dan cakupan vaksinasi tidak merata menyebabkan kenaikan kasus," kata Ngabila.

Selain balita, campak juga dapat menyerang dewasa usia di atas 18 tahun. Orang dewasa yang terjangkit campak perlu melakukan imunisasi campak satu bulan setelah sembuh.

Masyarakat usia di atas 18 tahun direkomendasikan dua kali seumur hidup dengan jeda minimal 28 hari. Akan tetapi, vaksinasi untuk dewasa itu tidak gratis alias berbayar.

Dinas Kesehatan DKI Jakarta meminta puskesmas kecamatan untuk memetakan daerah yang capaian imunisasi campak masih rendah hingga di level Rukun Tetangga (RT). Selain itu, puskesmas diminta menggalakkan edukasi bagi warga khususnya kepada kader dasawisma hingga kader posyandu.

Penularan penyakit campak terbilang cepat karena melalui udara, droplet dan melalui kontak dengan kulit penderita. Adapun gejalanya yakni demam tinggi, batuk, pilek, mata merah dan ruam merah yang muncul empat hari sesudah awal demam.

Masyarakat diimbau menerapkan protokol kesehatan di antaranya menjaga kebersihan, memakai masker dan mencuci tangan.

Baca juga artikel terkait KLB CAMPAK

tirto.id - Kesehatan
Sumber: Antara
Editor: Gilang Ramadhan