Menuju konten utama

Direktur Indo Barometer Nilai Prabowo Sedang Gunakan Taktik Trump

Prabowo Subianto terindikasi sedang meniru strategi Donald Trump untuk menarik perhatian pemilih.

Direktur Indo Barometer Nilai Prabowo Sedang Gunakan Taktik Trump
Ketua Umum dan Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto berbincang bersama Presiden PKS Sohibul Iman, Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan dan Calon Gubernur Jawa Barat dari Partai Koalisi Asyik, Sudrajat saat melakukan pertemuan di Jakarta, Kamis (1/3/2018). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja.

tirto.id - Direktur Eksekutif Indo Barometer Muhammad Qodari menilai Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto sedang menerapkan taktik yang dilakukan oleh Donald Trump saat Pilpres Amerika Serikat 2016.

"Apa strategi Donald Trump itu? Mempertentangkan kalangan bawah dengan kalangan atas, jadi persoalan kesenjangan. Yang kedua, mencoba menyampaikan rasa takut bahwa Amerika di bawah ancaman. Ancaman asing dan aseng," kata Qodari di Jakarta, pada Selasa (3/4/2018).

Penilaian Qodari tersebut merujuk pada isi sejumlah pidato Prabowo yang belakangan menuai kontroversi. Misalnya, pada akhir Maret 2018 lalu, Prabowo menuding banyak elite yang “goblok” dan “bermental maling” dan “tidak setia pada rakyat”.

Sebelum itu, video rekaman pidato Prabowo, yang diunggah oleh akun media sosial resmi Partai Gerindra juga menuai polemik. Di video itu, Prabowo menyebut ramalan bahwa Indonesia akan bubar pada 2030. Usai polemik itu meluas, Prabowo menjelaskan ramalannya berdasar pada analisis peneliti di luar negeri. Referensi Prabowo ialah novel karangan dua pakar politik dan kebijakan asal AS.

Menurut Qodari, sejumlah pernyataan Prabowo terkesan sedang menyebarkan ketakutan dan pesimisme. Topik ini juga menjadi senjata kampanye Trump pada Pemilihan Presiden Amerika Serikat 2016.

"Kalau kita lihat di Amerika ternyata pesimisme dan ketakutan itu dibeli oleh rakyat Amerika sehingga mereka memilih Donald Trump. Kalau kemudian ketakutan dan pesimisme ini dikembangkan dan mempengaruhi mayoritas rakyat Indonesia, maka kecenderungannya [mayoritas pemilih] akan memilih Pak Prabowo dan bukan Pak Jokowi," kata Qodari.

Meskipun begitu, Qodari menyatakan belum bisa memastikan apakah strategi Trump tersebut juga akan sukses di Indonesia atau tidak.

"Saya belum mengatakan itu akan efektif atau tidak. Untuk pastinya kita harus lihat perkembangan opini publik dan survei karena Pak Prabowo kan baru melancarkan jurus ini," kata Qodari.

Qodari mengakui ada kemiripan antara Indonesia dan Amerika Serikat. Selain itu, model kampanye dengan menyebarkan ketakutan dan pesimisme merupakan tren global.

Tapi, dia memberi catatan, seringkali upaya menarik perhatian pemilih melalui penyebaran ketakutan dan pesimisme seperti yang dilakukan oleh Trump, hanya berfokus mencari kontroversi dan mengabaikan unsur kebenarannya.

"Bahkan, yang menarik dalam kasus Donald Trump, tidak selalu yang disampaikan itu benar, yang penting didengar orang, makin kontroversial, makin bagus," ujar Qodari.

Baca juga artikel terkait PILPRES 2019 atau tulisan lainnya dari Mohammad Bernie

tirto.id - Politik
Reporter: Mohammad Bernie
Penulis: Mohammad Bernie
Editor: Addi M Idhom