Menuju konten utama

Diplomasi Twitter para Pemimpin Dunia

Twitter bukan sekadar alat untuk bersosial media. Twitter juga alat diplomasi yang cukup kuat. Beberapa pemimpin dunia menggunakan Twitter untuk menyapa seluruh dunia.

Diplomasi Twitter para Pemimpin Dunia
Presiden Barack Obama mengunakan Twitters. [Foto/Lawrence Jackson/Official Gedung Putih]

tirto.id - Rabu, 27 Juli 2016, Indonesia kembali heboh. Presiden Joko Widodo (Jokowi) tetiba mengumumkan akan melakukan perombakan kabinet. Isu tersebut sebenarnya sudah lama bergaung, tetapi hilang timbul tanpa kejelasan, hingga akhirnya Presiden Jokowi melalui akun Twitternya @Jokowi mengkonfirmasinya.

“Kabinet baru akan segera diumumkan. Dukungan rakyat sangat penting untuk keberhasilan pemerintah - Jkw”, tulis Jokowi pada Rabu (27/7).

Pada pukul 11.00 WIB, Presiden Jokowi akhirnya benar-benar mengumumkan perombakan kabinet. Ada 13 menteri yang diganti. Selang beberapa jam setelah melantik menteri barunya, Presiden Jokowi kembali mencuit.

“Perubahan kabinet utk perbaikan & penguatan kinerja. Supaya bisa kerja lebih kompak, lebih tenang & lebih nyata – Jkw.” Tulisan -Jkw merupakan penanda bahwa cuitan tersebut dibuat oleh Presiden Jokowi sendiri.

Tak hanya untuk mengumumkan kebijakannya, Presiden Jokowi juga memanfaatkan Twitter sebagai alat komunikasi dan berbagi informasi dengan masyarakat.

Ciutan Jokowi dalam akun resminya, selalu berhubungan dengan pembangunan di Indonesia baik mengenai masalah transportasi, lingkungan, hingga pada penyediaan air. Seolah ingin mengajak masyarakat Indonesia, bersama-sama membangun Indonesia.

Dalam tweet-nya pada Minggu (21/2/2016) Jokowi mengajak masyarakat untuk bersama-sama menjaga kebersihan lingkungan, dengan menggunakan #bebassampah2020.

“Indonesia bersih, impian kita semua. Ayo bergerak, ayo gotong-royong bersihkan lingkungan dari sampah. -Jkw #bebassampah2020.”

Bukan sekali ini saja Presiden Jokowi mengumumkan hal penting berkaitan dengan keputusan pemerintah dan menyapa masyarakat melalui akun Twitter-nya. Mantan walikota Solo itu juga menggunakan Twitter-nya untuk diplomasi dengan negara lain. Misalnya saja ketika terjadi pengeboman di Lahore Pakistan, Jokowi melalui akun resminya menciutkan kutukan terhadap tindakan tersebut serta belasungkawa kepada para korban.

“Indonesia mengutuk keras terhadap serangan di Lahore. Teror atas nama apapun tidk dibenarkan. Dukacita yang mendalam untuk korban, rakyat Pakistan -Jkw, tulis Jokowi dalam akun resminya pada Senin (28/3/2016)

Ia juga mengunggah foto pertemuannya dengan sejumlah pemimpin negara seperti Presiden Rusia Vlademir Putin, Kanselir Jerman Angela Merkel , Perdana Menteri Belanda Mark Rutte, serta tiga Presiden Uni Eropa (Parlemen, Dewan dan Komisi). Unggahan tersebut seolah ingin menyampaikan bahwa Indonesia adalah negara yang bersahabat (friendship) dan selalu menjalin hubungan baik dengan negara manapun tanpa membedakan ideologi.

Diplomasi melalui Twitter juga dilakukan oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK). Ia melakukannya ketika menyampaikan belasungkawa dan doa untuk para korban kecelakaan crane di Masjidil Haram, Mekkah.

“Innalillahi waina ilahi rojiun. Duka cita mendalam untuk para korban musibah jatuhnya crane di Masjidil Haram, Mekkah”, kata JK dalam akun resmi twitter @pak_jk

Twitter Sebagai Alat Diplomasi

Sejak peluncurannya 10 tahun silam, Twitter telah mengalami evolusi yang cukup signifikan. Twitter tak lagi digunakan sebagai media sosial, tetapi juga media untuk berdiplomasi. Banyak pemimpin negara yang menggunakan Twitter untuk menyapa masyarakat ataupun mempromosikan pencapaiannya.

“Melalui Twitter saya bisa mengetahui materi apa yang akan saya sampaikan sebagai diplomat kepada publik” kata Duta Besar (Dubes) Australia untuk Indonesia, Paul Grigson dalam acara “Sosial Media Week” di Mal Senayan City Jakarta, Kamis (26/2)

Dubes Grigson mengaku lebih senang menggunakan Twitter dibanding platform media sosial lainnya seperti Facebook, Snapchat, ataupun Instagram. Dia menilai penggunaan Twitter lebih sederhana, tetapi pengaruhnya luar biasa.

Twitter sebagai alat diplomasi juga bisa dilakukan melalui penciptaan trending topic. Misalnya yang dilakukan ketika ada kunjungan Presiden Joko widodo dengan para diaspora di kota Seoul, Korea Selatan pada Minggu (15/5). Pertemuan itu menjadi trending topic internasional di Twitter.

“Kami membuat trending topic bersama WNI mahasiswa dan pekerja di Korsel. Alhamdulilah, berhasil menjadi trending topic internasional,” kata Koordinator Fungsi Konsuler Aji Surya di Lotte hotel Seoul, pada Senin (16/5) pagi, seperti dikutip dari Antara.

Cuitan dengan tanda pagar (#) atau hashtag dengan nama #JokowidiKorea dan #JokowiblusukanSeoul masing-masing secara berurutan berhasil melesat menjadi topik yang terhangat di Twitter.

Banyak diplomat sudah merasakan bagaimana Twitter sangat membantu kinerja mereka. “Media sosial mengungkap para pembuat kebijakan luar negeri kepada audiens global, di saat yang sama bisa membuat pemerintah menjangkau mereka secara instan,” jelas mantan Menteri Luar Negeri Italia Giulio Terzi, dalam artikel Twitter for Diplomats.

Pemilik akun Twitter @GiulioTerzi ini mengungkapkan, Twitter memiliki dua dampak positif pada kebijakan luar negeri. Pertama, meningkatkan keuntungan dari pertukaran ide dari para pembuat kebijakan dan masyarakat sipil. Kedua, meningkatkan kemampuan diplomat untuk mendapatkan infoasmasi dan mengantisipasi, menganalisas, mengelola, dan bereaksi terhadap satu peristiwa.

Twitter Para Pemimpin Negara

Twitter terbukti memberikan keuntungan untuk diplomasi. Para pemimpin dunia pun banyak yang menggunakan Twitter untuk menyapa dunia. Menurut twiplomacy.com, sebuah situsweb yang melihat aktivitas pemimpin suatu negara di media sosial, tercatat ada 793 akun Twitter resmi milik pemerintah dan kepala negara di 173 negara yang tergabung dalam Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) dengan total pengikut mencapai 325 juta.

Baru-baru ini di tahun 2016, twiplomacy.com mengeluarkan hasil riset terhadap jumlah pengikut para pemimpin negara yang ada di dunia. Selain jumlah pengikut, twiplomacy juga merilis mengenai pengaruh pemimpin negara di Twitter. Untuk melihat pengaruh tersebut, twiplomacy menggunakan jumlah tweets para pemimpin dunia yang di re-tweet oleh followers.

Berdasarkan riset tersebut, didapati 50 pemimpin negara yang dianggap aktif dalam media sosial Twitter. Untuk kategori pengikut terbanyak, akun resmi Presiden Barak Obama (@barackobama) berada pada posisi pertama dengan jumlah pengikut sebanyak 75 juta. Posisi selanjutnya ecara berturut-turut adalah akun Perdana Menteri India Narendra Modi (@narendramodi), Paus Fransiskus, serta akun resmi PM India Narenda Modi (@pmoindia), dengan jumlah pengikut masing-masing adalah 21 juta, 20 juta dan 11 juta.

Berikutnya ada kantor kepresidenan Amerika, White House (@whitehouse) dengan jumlah pengikut 10 juta, diikuti oleh akun resmi Presiden Obama (@potus) sebanyak 8 juta. Akun @potus merupakan akun presiden AS yang diberikan secara turun-temurun.

Sama seperti akun Presiden Obama (@potus), Presiden Turki Reccep Tayyip Erdogan berada di posisi ketujuh dengan jumlah followers 8 juta. Sedangkan Perdana Menteri Uni Emirat Arab HH Sheikh Muhammed bin Rashid Al Maktoum (@hhshkmohd) berada pada posisi delapan dengan jumlah 6 juta

Selanjutnya untuk posisi sembilan dan sepuluh adalah Presiden Mexico Enrique Pena Nieto (@epn) dan Menteri Urusan Luar Negeri India Sushma Swaraj (@sushmaswaraj) dengan jumlah pengikut yang sama yakni 5 juta.

Menariknya, Presiden Joko Widodo, berada pada posisi sebelas dengan jumlah followers sebesar 5 juta. Jumlah ini sama seperti jumlah followers Presiden Meksiko dan atau Menteri Urusan Luar Negeri India.

Untuk kategori Pemimpin yang berpengaruh di Twitter, Presiden Obama melalui akunnya @potus mendapatkan re-tweets (share) untuk unggahannya sebesar 12 ribu kali. King Salman pemimpin Saudi Arabia mendapatkan 10 ribu kali share.

Pemimpin agama Katolik Roma Uskup Paus Fransiskus menjadi orang ketiga yang berpengaruh di Twitter, dengan jumlah share sebanyak 7 ribu. Sedangkan di posisi 4 dan 5, ada Presiden Venezuela Nicolas Maduro dan Perdan Menteri Arab Saudi Adel al-Jubeir dengan jumlah share yang sama yaitu 2 ribu.

Presiden Joko Widodo masuk dalam kategori sepuluh pemimpin yang berpengaruh di Twitter pada 2016 dan berada pada posisi sembilan (9), dengan jumlah share sebanyak 1.000 (seribu).

Jumlah ini sama seperti jumlah share terhadap postingan PM India Narendra Modi, Presiden Obama (@barackobama), serta Presiden Turki Reccep Tayyip Erdogan.

Sedangkan Presiden Argentina Mauricio Macri yang sempat menjadi perhatian publik, dengan dikeluarkannya pernyataan akan menyumbangkan gajinya kepada para kaum duafa, berada pada posisi kesepuluh dengan jumlah share untuk postingannya sebesar 984

Baca juga artikel terkait DIPLOMASI atau tulisan lainnya dari Sammy Mantolas

tirto.id - Politik
Reporter: Sammy Mantolas
Penulis: Sammy Mantolas
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti