Menuju konten utama

Din Syamsuddin Bicara Kemiskinan di Hadapan Diaspora Tionghoa

Menurut Din, kerancuan sistem dunia memunculkan kemiskinan, kebodohan, kesenjangan hingga kerusakan lingkungan hidup

Din Syamsuddin Bicara Kemiskinan di Hadapan Diaspora Tionghoa
Ketua Dewan Penasehat Majelis Ulama Indonesia (MUI) 2015-2020 Din Syamsuddin. ANTARA FOTO/Reno Esnir/pd/16

tirto.id - Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerja Sama Antaragama dan Peradaban Din Syamsuddin berbicara soal kemiskinan di hadapan peserta The 9th World Chinese Economic Summit di Hong Kong. Acara ini diikuti oleh diaspora Tionghoa dari seluruh dunia.

"Karena sistem dunia yang rancu, muncul ketiadaan damai dalam bentuk kemiskinan, kebodohan, kesenjangan, ketidakadilan, kekerasan dalam berbagai bentuknya hingga kerusakan lingkungan hidup,"kata Din dalam keterangan tertulisnya yang diterima di Jakarta, Senin (13/11/2017) dilansir Antara.

Dia mengatakan sistem dunia yang rancu itu memicu terjadinya ketidakpastian, kekacauan dan kerusakan akumulatif. Kerancuan itu menurunkan sub-sub sistem dalam bidang ekonomi, politik dan budaya yang juga mengandung kerancuan.

Menurut Din, beberapa dampak yang muncul, terlihat dalam bidang ekonomi dengan terjadinya fenomena kesenjangan yang makin tajam dan ketidakadilan. Terjadi distribusi keuntungan yang tidak seimbang sehingga yang kaya makin kaya dan kalangan miskin semakin miskin.

Sementara dalam bidang politik, kata dia, terjadi proses "zero sum game", yaitu kecenderungan saling menafikan dan mendominasi yang sering menimbulkan konflik. Begitu pula dalam bidang budaya merajalela budaya liberal dan hedonis.

Dia mengatakan untuk menanggulangi kerusakan dunia yang bersifat akumulatif, diperlukan peran negara atau koalisi negara-negara dengan posisi tengah(median position). Indonesia merupakan salah satu negara dengan posisi tengah dan orientasi jalan tengah. Negara-negara dengan watak dan corak seperti itu akan dapat tampil sebagai penyelesaian masalah-masalah dunia.

Din juga menyampaikan bahwa selama ini sistem dunia terlalu berwajah antroposentristik atau menjadikan manusia sebagai pusat kesadaran dan kurang berwajah teosentristik atau Tuhan sebagai pusat kesadaran

Menurut dia, dampak dari sistem dunia saat ini membuat peradaban dunia kering-kerontang dari nilai-nilai etika dan moral. Sehingga gerakan massif perlu didorong pada pembangunan yang berwawasan dengan etika dan moral.

Dalam kaitan kebangkitan Cina dewasa ini, dia mengatakan fenomena itu harus diselenggarakan dalam suatu wawasan kawasan Asia Timur dan lewat mekanisme internasional. Jika tidak demikian, China dapat tampil agresif dan penetratif terhadap negara lain. Kebangkitan Cina dengan ambisi "One Belt One Road" (OBOR) akan potensial menimbulkan ketegangan dunia karena jika begitu Cina hanya melanjutkan perilaku Amerika Serikat yang hegemonik selama ini.

Din menyerukan pengembangan budaya hubungan internasional yang berlangsung atas semangat dialog dan kerja sama yang saling menguntungkan dan berorientasi pada kesadaran mondial. Kesadaran internasional itu agar berasas Satu Kemanusiaan, Satu Tujuan dan Satu Tanggung Jawab.

Baca juga artikel terkait KEMISKINAN

tirto.id - Sosial budaya
Sumber: antara
Penulis: Yulaika Ramadhani
Editor: Yulaika Ramadhani