Menuju konten utama

Diksi Partai Allah: Cara Amien Rais Raih Kemenangan Politik

Tausiah yang disampaikan Guru Besar Fisipol UGM itu jelas ingin membawa sentimen agama ke dalam kompetisi politik.

Diksi Partai Allah: Cara Amien Rais Raih Kemenangan Politik
Mantan Ketua MPR Amien Rais berjalan keluar seusai mendatangi Pansus Angket KPK di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (19/7). ANTARA FOTO/M Agung Rajasa

tirto.id - Amien Rais memberi tausiah tentang partai Allah dan partai setan di Masjid Baiturrahim, Mampang Prapatan, Jumat pagi (13/4/2018). Isi ceramah Amien menuai kontroversi lantaran Amien dianggap sedang membawa agama dalam kompetisi politik seraya memicu provokasi sentimen SARA.

Dalam klarifikasinya, Amien Rais mengatakan diksi partai Allah merupakan cara berpikir. Meski begitu analis politik dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Wawan Mas'udi tetap menilai, tausiah yang disampakan Guru Besar Fisipol UGM itu jelas ingin membawa sentimen agama ke dalam kompetisi politik.

“Memang yang ingin dilakukan oleh dia adalah membawa sentimen agama dalam politik. Membaca pernyataan Amien jangan lihat dalam konteks klarifikasinya, tapi keseluruhan dalam konteks bicaranya itu sedang apa. Kan terkait kompetisi politik," kata Wawan saat dihubungi Tirto, Sabtu (14/4/2018).

Menyoal kontesk tausiah Amien, peraih gelar Ph.D dari University Of Melbourne itu menganggap Amien murni berbicara dalam kapasitasnya sebagai politikus. Dalam kapasitas sebagai politikus ini, Wawan berpandangan, Amien seharusnya punya tanggung jawab untuk memastikan politik berjalan dalam kerangka yang lebih rasional, terlebih ia merupakan seorang guru besar.

“Kalau elite agresif dan caranya mengedepankan sentimen, itu justru bisa menciptakan situasi yang kontroversial di masyarakat dan tak bagus,” kata pengajar di Departemen Politik dan Pemerintahan Fisipol UGM itu.

Diksi Partai Tuhan Tak Tepat

Klarifikasi yang disampaikan Amien rupanya tak meredam reaksi atas pernyataannya. Pernyataan Amien soal partai Allah ini pun dianggap berpotensi menimbulkan provokasi.

Ketua Umum PPP Romahurmuziy meminta Amien yang merupakan mantan Ketua MPR untuk tidak menggunakan kata-kata provokatif. Menurut ketua umum partai berasas Islam itu, yang mengetahui sebuah parpol atau kelompok masuk dalam kategori "Partai Allah" atau bukan hanya Tuhan. Amien disebutnya tak bisa memberi label.

“Saya menyarankan Pak Amien menggunakan diksi atau pilihan kata-kata yang tidak provokatif, agar kebijaksanaannya terpancar seiring bertambahnya usia,” kata pria yang akrab disapa Romi itu kepada Tirto.

Pun demikian dengan Eva Kusuma Sundari. Sekretaris Badan Kaderisasi PDIP itu meminta Amien Rais lebih baik untuk mendorong partainya bekerja dan tidak menggunakan sentimen agama untuk kepentingan politik.

“Sebaiknya parpol konsentrasi kerja untuk memenangkan pemilu, tidak usah seret-seret Tuhan,” ujar Eva kepada Tirto.

Eva menganggap semua parpol didirikan dengan tujuan mulia untuk kebaikan negara dan rakyat. Ia berpendapat, masalah justru kerap muncul dari politikus, lantaran ada politikus berkelakuan seperti setan dan kerap ditemukan di parpol yang berazas agama maupun nasionalis. Tak ada parpol yang murni dari keberadaan politikus jahat.

“Yang ada kelakuan dan spirit setan seperti korupsi, hate speech, adu domba, vote buying, kerakusan-kerakusan penguasaan tanah, komoditisasi agama. Korupsi misalnya, menjangkiti politisi partai-partai termasuk partainya Pak Amien [PAN],” ujar Eva.

Ihwal konteks kompetisi politik dalam pernyataan Amien Rais seperti yang disinggung Wawan Mas’udi, Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo ikut memberi pandangan. Menurut Tjahjo, hanya ada dua partai dalam konteks kompetisi demokrasi di Indonesia saat ini yakni artai pemenang pemilu dan partai yang kalah dalam pemilu.

Keberadaan parpol menang dan kalah menurut Tjahjo adalah hal yang wajar dalam tiap kontestasi politik. “Partai menang membentuk koalisi pemerintahan, sedang partai kalah silakan membentuk koalisi oposisi dalam ranah Partai Kalahan Indonesia," ujar Tjahjo.

PAN Bungkam, Gerindra Membela

Sebagai parpol yang didirikan Amien, Partai Amanat Nasional (PAN) belum banyak mengeluarkan tanggapannya. Tirto sudah mencoba meminta tanggapan kepada Sekretaris Jenderal PAN Eddy Soeparno dan Ketua DPP Yandri Susanto, akan tetapi tak ada jawaban yang diberikan.

Keterangan hanya diberikan Wakil Sekretaris Jenderal PAN Fikri Yasin. Ia pun hanya berkata, penjelasan harusnya diberikan langsung Amien Rais. “Bagusnya pertanyakan ke dia [Amien Rais] apa maksudnya bicara itu. Kalau saya kan subjektif, lihat saja PAN mengedepankan SARA atau tidak?” ujar Fikri kepada Tirto.

Berbeda dengan PAN, Partai Gerindra justru membela Amien Rais. Partai yang dipimpin Prabowo Subianto itu menilai pernyataan Amien tidak bermasalah.

"Beliau bicara partai bukan artinya parpol, tapi kelompok. Bahwa ada kelompok yang berjalan di jalan Allah dan tidak... Dia tak ada maksud memecah belah bangsa ini," kata Wakil Sekjen Gerindra Andre Rosiade kepada Tirto.

Gerindra meminta publik tak memperpanjang pembahasan ihwal pernyataan Amien. Menurut Andre, klarifikasi politikus dari UGM itu sudah cukup menjelaskan konteks ceramahnya.

Andre khawatir akan kembali terjadi polarisasi jika isu agama diperdebatkan jelang pemilu. Ia yakin tak ada sentimen agama dalam pemilu 2019, karena hampir dipastikan seluruh calon presiden pada pemilihan mendatang memeluk agama yang sama.

“Tidak usah dibesar-besarkan karena bisa terjadi lagi polarisasi... Mungkin nanti tidak ada yang bawa sentimen agama, hanya mungkin keberpihakan pada umat. Ya kami lihat memang kalau Pak Jokowi kan terkesan agak "tidak terlalu dekat dengan umat dan ulama", berbeda dengan Pak Prabowo,” ujar Andre.

Agama: Isu Pragmatis dalam Politik

Masalah menang dan kalah dalam kompetisi politik dianggap menjadi latar pernyataan Amien Rais. Analis politik dari Universitas Indonesia (UI) Cecep Hidayat berkata, Amien masih menjual isu agama untuk kepentingan politik karena merasa banyak masyarakat bisa dipengaruhi isu tersebut.

Alasan lain, kata Cecep, agama dianggap merupakan pemicu cepat untuk mendapat atau mengalihkan perhatian masyarakat. “Karena paling fundamental... Dia [Amien] tahu yang paling bisa digunakan untuk mempengaruhi masyarakat relatif irasional ya keagamaan. Dia mikirnya jangka pendek, tidak akan melihat untuk membangun sistem,” tutur Cecep.

Isu agama dan primordial lain disebut Cecep masih bisa memengaruhi sikap dan pilihan masyarakat di pemilu mendatang. Cecep berharap, Amien bisa lebih bijak dalam berkomentar, mengingat kiprahnya di dunia politik sudah berjalan puluhan tahun. Ia juga mengharapkan semua elemen gencar melakukan pendidikan politik agar pemilih bisa lebih rasional dalam menentukan sikapnya di pemilu.

Baca juga artikel terkait PILPRES 2019 atau tulisan lainnya dari Lalu Rahadian

tirto.id - Politik
Reporter: Lalu Rahadian
Penulis: Lalu Rahadian
Editor: Mufti Sholih