Menuju konten utama

Diet Keto Bisa Turunkan Berat Badan Tapi Tak Dianjurkan buat Dewasa

Meski cukup populer dan ampuh menurunkan berat badan, diet keto ini rupanya tak dianjurkan dokter untuk dilakukan oleh orang dewasa.

Diet Keto Bisa Turunkan Berat Badan Tapi Tak Dianjurkan buat Dewasa
Ilustrasi diet keto. Getty Images/iStockphoto

tirto.id - Di antara beragam cara untuk menurunkan berat badan, diet keto barangkali menjadi pilihan yang menyenangkan. Dengan menerapkan pola makan rendah karbohidrat, diet cara ini mengandalkan lemak dan protein hewani sebagai sumber energi utama dalam tubuh.

Artinya, orang yang menjalani diet keto akan mengkonsumsi lebih banyak lemak dan protein dan menghindari asupan karbohidrat seperti nasi, roti, pasta, atau pun gula. Ada pun jenis makanan yang menyediakan lemak untuk diet keto di antaranya “mentega, krim, mayones, dan minyak kanola atau zaitun,” demikian catatan dari epilepsy.com.

Orang yang menjalani diet ini nantinya akan melalui tahap ketosis. Ini merupakan keadaan metabolik di mana tubuh beralih dari menggunakan glukosa sebagai energi lantas menggunakan keton yang berasal dari lemak.

Karena kekurangan karbohidrat/glukosa dalam fase ketosis ini, tubuh secara otomatis akan beradaptasi menjadi lebih efisien. Liver akhirnya menghasilkan keton sebagai bahan bakar untuk memecah asam lemak dan trigliserida sebagai sumber energi ke otak.

Kondisi tersebut membuat tubuh merasa kenyang lebih lama sehingga keinginan makan menurun. Selain itu, karena tidak ada asupan karbohidrat, air banyak dikeluarkan dalam tubuh. Ini yang membuat berat badan mudah turun ketika seseorang menerapkan diet keto.

Laporan Tirto setahun lalu pernah melansir keberhasilan diet keto yang dijalani Wulan Soedarto. Badannya jauh terasa lebih sehat dan bugar, bonus manis, tentu berat badan yang menurun signifikan, 12 kg. “Target jangka pendek saya memang ingin menurunkan berat badan karena obesitas sehingga gampang sakit dan mudah lelah,” kata Wulan.

Meski cukup populer, diet keto ini rupanya tak dianjurkan dokter untuk dilakukan oleh orang dewasa. Sebab, diet ini sebetulnya merupakan perawatan bagi anak-anak yang menderita penyakit epilepsi. Cara ini biasa dilakukan jika anak-anak dengan epilespi tidak dapat merespons obat-obatan.

Dengan menggunakan beragam perawatan [medis] sebanyak 30% anak-anak tetap menunjukkan gejala kejang. Namun, dengan diet keto gejala kejang anak dapat berkurang hingga 50-60%. Sedang 15% lainnya bahkan sembuh dari kejang setelah menjalankan program diet selama 6 bulan,” demikian seperti yang dikutip laporan Tirto.

Selain itu, fase ketosis untuk melihat efek diet ini lebih mudah dilihat dalam tubuh anak-anak daripada orang dewasa. "Tidak mudah membuat tubuh orang dewasa dalam tahap ketosis," kata Teresa Fung, seorang profesor nutrisi di Simmons College. "Itu sebabnya diet keto digunakan sebagai pengobatan epilepsi pada anak-anak atau bayi — karena itu lebih mudah."

Menggantungkan 80-90 persen dari kalori hanya dari lemak dengan diet keto ini sebenarnya sulit. Sebab, orang dewasa yang menjalani diet ini akan makan banyak makanan berat dengan sedikit variasi.

Padahal orang dewasa membutuhkan asupan energi yang lebih banyak karena aktivitasnya juga lebih tinggi. Selain itu, kandungan lemak tinggi dalam diet ini juga dapat meningkatkan kadar kolesterol dan berkontribusi mengembangkan penyakit kardiovaskular.

Tanpa serat dari biji-bijian dan buah-buahan, Anda juga kemungkinan akan mengalami konstipasi dan memiliki masalah pencernaan lainnya,” demikian yang dilansir Popular Science soal dampak diet keto pada orang dewasa.

Karenanya, diet keto secara medis tidak disarankan untuk dilakukan. Dokter cenderung menganjurkan agar orang yang akan menjalani diet untuk menerapkan pola makan gizi seimbang agar asupan gizi pada tubuh tetap terjaga.

“Saya bukan pada posisi menyarankan itu. Tidak pro karena kita makan harus dengan gizi seimbang,” kata dr. Diana Sunardi, M. Gizi, SpGk kepada wartawan Tirto pada April 2017 lalu.

Lebih lanjut dr. Diana mengatakan dengan mengurangi asupan zat tertentu secara terus menerus, maka tubuh akan kekurangan zat gizi. Kondisi demikian semakin lama dikhawatirkan akan menimbulkan dampak negatif pada tubuh.

Baca juga artikel terkait DIET atau tulisan lainnya dari Yuliana Ratnasari

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari