Menuju konten utama

Didik Atlet Berprestasi, Kok KPAI Tuding Djarum Eksploitasi Anak?

KPAI menstempel seleksi Djarum Beasiswa bulu tangkis 2019 sebagai bagian dari eksploitasi anak.

Didik Atlet Berprestasi, Kok KPAI Tuding Djarum Eksploitasi Anak?
sejumlah peserta mengukuti audisi beasiswa bulutangkis di gor dafest, makassar, minggu (10/4). sebanyak 139 peserta kategori u-13 dan u-15 lolos tahap pertama pada audisi beasiswa bulutangkis djarum foundation untuk dipilih menjadi 12 yang akan mewakili makassar pada grand final di kudus. antara foto/sahrul manda tikupadang/pd/16

tirto.id - Seleksi Djarum Beasiswa Bulu Tangkis 2019 yang berlangsung di GOR KONI, Bandung, Jawa Barat, Ahad (28/7/2019), berbuntut panjang. Sehari setelah audisi, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dan Lentera Anak menstempel kegiatan itu sebagai bagian dari eksploitasi anak.

Komisioner KPAI Bidang Kesehatan, Sitti Hikmawaty menyebut dua alasan mengapa acara itu disebut mengeksploitasi anak. Pertama, Siti menilai kegiatan itu bertentangan dengan PP Nomor 109 tahun 2012 yang menyatakan pelarangan penyebutan brand dalam iklan rokok. Menurut Siti, Djarum Foundation telah memanfaatkan anak-anak untuk melanggar peraturan tersebut.

Kedua, lanjut Sitti, kegiatan ini berpotensi membikin anak mengesampingkan bahaya rokok.

"Anak, kan, bingung dalam konteks itu, katanya rokok berbahaya tapi dia baik, kok, ke saya. Memberikan jalan saya untuk berprestas [beasiswa]. Suatu saat, dia akan berpikir rokok baik buat saya, jadi merokok pun tidak masalah buat saya," jelas dia kepada reporter Tirto, Selasa (30/7/2019).

Ini bukan kali pertama KPAI menyebut kegiatan yang digelar Djarum sebagai upaya eksploitasi anak. Februari 2019, mereka juga mengimbau Djarum untuk menghilangkan brand rokok dalam seleksi beasiswa karena dinilai bertentangan dengan Pasal 47 ayat (1) dan Pasal 37 (a) PP 109/2012 tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan (PDF).

Dalam olahraga sepak bola, KPAI juga pernah mengkritik program PSSI yang disponsori Djarum, yakni Garuda Select dengan alasan yang sama. Saat itu, KPAI bahkan menyebut Garuda Select tak hanya melanggar perundang-undangan, tapi juga bertentangan dengan aturan induk sepakbola dunia, FIFA.

Aturan yang dimaksud KPAI yakni pembebasan industri sepakbola dari sponsor rokok melalui The Tobacco-Free Policy for FIFA Events (PDF), yang mensyaratkan seluruh acara FIFA harus benar-benar bebas dari tembakau.

Bukan Merek Rokok

Djarum Foundation selaku penyelenggara Djarum Beasiswa Bulu Tangkis 2019 menampik tudingan mengeksploitasi anak. Direktur Program Bakti Olahraga Djarum Foundation, Yoppy Rosimin berkata, tidak ada kampanye produk berupa rokok kepada anak-anak dalam acara tersebut.

"Kami murni pembinaan olahraga. Kami tidak hanya bulu tangkis, ada SSB [Sekolah Sepak Bola], ada panahan, ada voli, semuanya adalah murni pembinaan olahraga." kata Yoppy saat dihubungi reporter Tirto, Selasa (30/7/2019).

"Silakan ditanya sama orangtuanya, apakah ada pemaksaan, ada ajakan promosi rokok. Langsung saja ditanya. Mereka di lapangan itu ada banyak," lanjut dia.

Yoppy mencoba meluruskan persepsi publik tentang Djarum Foundation. Ia menegaskan Djarum Foundation bukanlah perusahan rokok. Kendati sama-sama bernama Djarum, Djarum Foundation bergerak di bidang pengembangan olahraga dan tak ada sangkut pautnya dengan industri tembakau.

Oleh karena itu, Yoppy berharap KPAI melihat seleksi beasiswa ini dengan sudut pandang yang lebih bijak.

"Djarum yang di situ adalah Djarum Badminton Club, Djarum Foundation, bukan produk rokok," ujarnya.

Seperti kata Yoppy, Djarum Foundation memang terpisah dari perusahaan rokok Djarum. Organisasi ini adalah lembaga non-profit yang didirikan kakak beradik perintis perusahaan rokok Djarum, Michael Bambang Hartono dan Robert Budi Hartono. Organisasi ini bergerak di bidang sosial, pendidikan, dan olahraga.

Di bidang olahraga, atau lebih spesifiknya bulu tangkis, organisasi ini telah menjalankan aktivitas sejak medio 1950-an, meski secara formal pondasinya terbangun sejak terbentuknya PB Djarum pada 1969.

Lewat berbagai bentuk kegiatan, PB Djarum menjadi ‘kawah candradimuka’ bagi para pebulutangkis kelas wahid dunia. Selain mencetak atlet lewat PB Djarum, Djarum Foundation juga membangun pusat pelatihan atlet, mengadakan turnamen Djarum Badminton All Stars, melaksanakan coaching clinic dan mabar (main bareng) secara rutin, serta mengadakan seleksi beasiswa bulu tangkis.

"Audisi itu adalah pencarian bibit atlet-atlet muda, setiap tahun. Kami sudah lebih dari 50 tahun, kan, selalu begitu,” kata Yoppy.

Gelaran di Bandung kemarin diikuti setidaknya 530 pendaftar dari level usia di bawah 11 tahun (U-11) dan di bawah 13 tahun (U-13). Selain di Bandung, seleksi Djarum Beasiswa Bulu Tangkis juga diselenggarakan di Purwokerto, Surabaya, Solo, dan Kudus.

Cetak Atlet Sejak Usia Dini

KPAI boleh punya dalil sendiri terhadap Beasiswa Djarum Bulu Tangkis. Namun faktanya, tanpa Djarum, barangkali kiprah atlet bulu tangkis Indonesia tak akan sejauh sekarang.

Bahkan sejak sebelum abad 21, Djarum telah melahirkan atlet-atlet yang bisa mengharumkan nama Indonesia di kancah dunia. Sebut saja Liem Swie King, Alan Budikusuma, Ardy B. Wiranaya, Hariyanto Arbi, Hastomo Arbi, Ivana Lie, Minarti Timur, dan masih banyak lagi.

Hingga kini, PB Djarum masih melahirkan atlet-atlet berprestasi. Kevin Sanjaya Sukamuljo, misalnya, atlet ganda putra yang berhasil menyabet medali emas Asian Games 2018, merupakan jebolan asli klub bulu tangkis ini.

Saat berhasil menjuarai All England dua musim beruntun bersama Marcus Gideon pada 2018, Kevin bahkan tidak segan mengucapkan terima kasih pada PB Djarum.

"Keberhasilan saya tak lepas dari dukungan banyak pihak. Mulai dari pelatih dan tempaan mental, serta ilmu yang saya dapat selama bergabung di PB Djarum sehingga bisa meraih hasil yang terbaik," ujar Kevin.

Kontribusi Djarum untuk karier Kevin memang tidak sembarangan. Sejak berusia 11 tahun dan lolos audisi beasiswa bulu tangkis, Kevin mengaku dapat banyak pelajaran. Untuk menemukan bakat sejatinya sebagai atlet ganda putra, dia bahkan pernah beberapa kali dicoba sebagai atlet tunggal putra.

PB Djarum juga selalu punya orientasi jelas dalam membina atletnya, yakni diarahkan menuju pelatnas untuk kemudian berkontribusi bagi bulu tangkis nasional. Tidak banyak organisasi yang bisa membangun jalur ini secara konsisten. Atas dasar itu, mantan pemain bulu tangkis yang pernah mengantarkan Indonesia meraih empat Piala Thomas, Hariyanto Arbi menyesalkan sikap KPAI.

"Tanpa PB Djarum apalah artinya saya? Apakah KPAI sudah pernah menghitung berapa banyak prestasi yang telah diukir atlet binaan PB Djarum?," tanya Hariyanto.

"Apakah semua prestasi, hasil yang membanggakan, dan contoh hidup yang diperlihatkan atlet bulutangkis tidak menjadi pertimbangan KPAI?," sambungnya.

Saran KPAI

Ketika disinggung reporter Tirto soal fakta Djarum Foundation terpisah dari perusahaan rokok Djarum, KPAI tak berkelit. Komisioner KPAI Sitti Hikmawaty tetap menilai kegiatan yang diselenggarakan Djarum Foundation berbahaya bagi pemahaman anak terhadap rokok.

Sitti mengklaim penilaian tersebut bukan asal-asalan. KPAI dibantu berbagai pihak dari beragam kampus telah menggelar penelitian terhadap anak-anak dan menyimpulkan stigma mereka terhadap Djarum Foundation tetap mengarah pada rokok.

"Ada empat dari lima anak yang ditanya mengatakan kalau Djarum itu pasti rokok, Djarum Foundation itu rokok. Walaupun dia [Djarum] sebut ini beda, tapi survei yang kami lakukan pada anak menyimpulkan begitu," tutur Sitti.

Dalam kasus Djarum Beasiswa Bulu Tangkis, KPAI menyarankan agar Djarum Foundation menghilangkan font dan logo mereka yang mengarah ke produk rokok.

"Saya bilang ke mereka: kalau memang betul-betul mau sponsorship, ibaratnya charity atau kegiatan sosial boleh enggak kalau enggak dimunculkan logo djarumnya?” jelasnya.

Bagi Sitti, hal itu sangat mungkin dilakukan mengingat saat ini Djarum telah melakukan ekspansi ke berbagai lini usaha di luar rokok.

Baca juga artikel terkait DJARUM FOUNDATION atau tulisan lainnya dari Herdanang Ahmad Fauzan

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Herdanang Ahmad Fauzan
Editor: Gilang Ramadhan