Menuju konten utama

Dianggap Tak Sesuai Ajaran Islam, Sejumlah Negara Menolak Valentine

Perayaan Valentine dilarang di sejumlah negara karena dianggap bertentangan dengan ajaran Islam.

Dianggap Tak Sesuai Ajaran Islam, Sejumlah Negara Menolak Valentine
Pengunjukrasa yang tergabung dalam Aliansi Komunitas Peduli Generasi Kota Makassar berunjukrasa di bawah Jembatan Layang Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu (14/2/2018). ANTARA FOTO/Yusran Uccang

tirto.id - Hari Valentine yang jatuh pada 14 Februari tiap tahunnya menjadi momen untuk mengungkapkan kasih sayang kepada teman, pasangan, maupun keluarga.

Perayaan ini biasanya dilakukan dengan bertukar hadiah seperti coklat, bunga, boneka atau dengan berlibur bersama dengan orang terkasih, dan melakukan tradisi lain yang berbeda di tiap negara.

Namun, ada beberapa negara yang tidak merayakannya dan bahkan melarang adanya perayaan Hari Valentine karena dianggap tidak sesuai dengan budaya Muslim.

  • Pakistan
Dilansir dai Huffington Post, Pengadilan Tinggi Islamabad mengeluarkan perintah yang melarang penjualan dan perayaan publik terkait Hari Valentine yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam di negara berpenduduk mayoritas Muslim tersebut.

Hari Valentine diperkenalkan di Pakistan pada akhir 1990-an, tetapi terdapat pertentangan dengan agama dan budaya karena menurut pihak berwenang di Pakistan, perayaan tersebut mendorong kegiatan yang tidak islami, termasuk ketelanjangan dan seks bebas.

Pada 2016, Presiden Mamnoon Hussain mengatakan perayaan itu adalah tradisi barat yang menyimpang dari budaya Muslim, sehingga Valentine ini digantikan dengan perayaan "Modesty Day".

Tahun 2019, NDTV melaporkan sebuah kampus di Pakistan merayakan Hari Persaudaraan sebagai gantinya. Perayaan ini bertujuan untuk memperkenalkan budaya timur dan tradisi Islam di kalangan anak muda.

  • Iran
Menurut laporan Mic, Iran telah melarang perayaan hari kasih sayang ini sejak tahun 2011. Dalam pernyataan di media yang dikelola pemerintah mengatakan, "Simbol berbentuk hati, setengah hati, mawar merah, dan aktivitas lainnya yang mempromosikan perayaan ini dilarang," orang - orang yang melakukannya akan dikenai sanksi berat, dipenjara atau lebih buruk dari itu.

Namun, pada tahun lalu, beberapa anak muda di Iran tetap merayakan Hari Valentine di kedai kopi dan restoran bersama orang yang mereka cintai dengan bertukar hadiah yang romantis. Di sana juga masih ada toko-toko yang menjual boneka, coklat dan hadiah lainnya, berdasarkan keterangan VOA News.

  • Arab Saudi
Pihak berwenang di Arab Saudi sempat melarang penjualan dan perayaan yang berkaitan dengan Hari Valentine. Perayaan ini dianggap bertentangan dengan tradisi Muslim di sana.

Perayaan ini dapat dirayakan secara pribadi dan tertutup oleh orang-orang non-Muslim, menurut laporan Huffington Post. Dilarang bagi Muslim Saudi untuk mengambil bagian dalam Valentine.

Lebih dari 140 orang ditangkap karena merayakannya pada 2012, lima pria dijatuhi hukuman cambukan dan 32 tahun penjara karena minum dan menari dengan wanita pada 14 Februari 2014.

Dilansir dari Al Arabiya, pada 2018 Arab Saudi merayakan Valentine untuk pertama kali, tradisi lama pelarangan sudah tidak berlaku lagi di sana, meski masih menuai kontroversi.

Pasar dan toko-toko di Al Khobar, Arab Saudi Timur sudah dipenuhi dengan segala macam yang berwarna merah. Perayaan ini bukan lagi menjadi hal yang perlu disembunyikan dan dilarang.

Koordinator bunga di Arab, Maysoon al-Rawajh, mengatakan tradisi ini dianggap sebagai sarana untuk menyampaikan perasaan seorang seperti dengan memberikan bunga yang menandakan emosi tertentu dari seseorang.

  • Malaysia
Berdasarkan laporan Metro UK, otoritas Islam di negara itu melakukan gerakan anti-Valentine setiap bulan Februari. Muslim di Malaysia, yang jumlah lebih dari 60 persen populasi dilarang merayakan Valentine.

Pada 2012, polisi mendatangi hotel-hotel melati di Malaysia untuk menggerebek pasangan di luar nikah yang diduga melakukan hubungan seksual. Perilaku tersebut bisa mendapat hukuman penjara.

Departemen Pengembangan Islam Malaysia (JAKIM) mengatakan perayaan Valentine ini dapat merusak moral di kalangan anak muda. Hal ini berdasarkan fatwa yang dikeluarkan tahun 2005, yang memutuskan Valentine mendorong pergaulan bebas dan aktivitas tidak bermoral lainnya.

  • Indonesia
Beberapa kota di Indonesia mengeluarkan larangan pada perayaan Hari Valentine yang didukung oleh beberapa penduduk Muslim, salah satunya Aceh. Gubernur Aceh, Irwandi Yusuf pada tahun lalu mengatakan perayaan Hari Valentine itu tidak sesuai dengan nilai-nilai agama yang dianut penduduknya.

Pada tahun lalu di Makassar dan beberapa kota lainnya, pihak berwenang mengamankan alat kontrasepsi dari toko-toko di saat Hari Valentine untuk mencegah terjadinya seks bebas.

Tidak hanya di Kota Makkasar, secara serentak di daerah-daerah di Indonesia melakukan hal serupa. Kota Bandung, Sukabumi, Tasikmalaya, Madiun, Sampit, Banjarbaru, Padang, dan Ambon melakukan pelarangan perayaan yang dianggap sebagai budaya Barat ini.

Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Padang, Sumatera Barat bahkan mewanti-wanti warga Padang untuk tak turut merayakan Valentine karena bisa menimbulkan kegaduhan moral.

Baca juga artikel terkait PERAYAAN VALENTINE atau tulisan lainnya dari Dipna Videlia Putsanra

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Dipna Videlia Putsanra
Editor: Agung DH