Menuju konten utama

Di Balik Tajamnya Lini Depan United Saat Membekuk Chelsea

United tampil tajam saat menghadapi Chelsea di Old Trafford. Mereka mencetak 4 gol hanya dari 5 peluang emas yang didapatkan di sepanjang pertandingan. Bagaimana bisa?

Di Balik Tajamnya Lini Depan United Saat Membekuk Chelsea
Pemain Manchester United Marcus Rashford melakukan tendangan penalti untuk mencetak gol pertama timnya selama pertandingan sepak bola Liga Inggris antara Manchester United dan Chelsea di Old Trafford di Manchester, Inggris, Minggu, 11 Agustus 2019. AP / Dave Thompson

tirto.id - Daniel James, penyerang sayap Manchester United, memang cuma bermain sekitar 16 menit kala Setan Merah membekuk Chelsea 4-0 di Old Trafford, Ahad (11/8/2019) malam. Masuk pada menit ke-73, pemain asal Wales itu juga hanya 11 kali menyentuh bola.

Namun, saat ia mampu bikin gol penutup United melalui satu-satunya percobaan tembakan ke arah gawang, Ole Gunnar Solskjaer tahu betul pemain muda asal Wales itu bisa menjadi salah satu "senjata rahasia" Setan Merah pada musim 2019-2020.

"Anak itu (James) persis seperti apa yang Anda inginkan dari seorang profesional. Dia punya skill dan kecepatan, tetapi dia masih mau bekerja keras," puji Solskjaer setelah pertandingan.

Pujian Solksjaer itu tentu bukan tanpa alasan. Proses gol James pada pertandingan itu bisa menjadi bukti. Selain soal kecepatan, gol itu merupakan wujud kerja keras: sebelum ia mencetak gol, James berlari secepat mungkin dari lini tengah untuk memberikan dukungan kepada Paul Pogba, gelandang United, yang berhasil merangsek ke daerah pertahanan Chelsea dan memberinya assist.

Tak hanya itu, yang bikin manajer asal Norwegia itu semakin bahagia, proses gol itu merupakan wujud nyata dari cara menyerang yang ia idamkan: United menyerang dengan cair, cepat, dan mematikan.

Paul Pogba, yang memang Solskjaer desain sebagai pusat permainan, jadi otak di balik gol tersebut. Setelah itu ada Anthony Martial, penyerang tengah United, yang rela turun ke tengah lapangan untuk membuka ruang bagi Pogba. Dan terakhir, James jadi kulminasi: tanpa kecepatan dan penyelesaiannya, serangan cepat United barangkali tak akan berakhir sesuai dengan harapan Solskjaer.

Peran Lingard dan Rashford

Setelah pertandingan berakhir, Jose Mourinho dan Gary Neville, dua pandit dari Sky Sports, mempertanyakan pendekatan Frank Lampard, pelatih Chelsea, dalam pertandingan itu. Penyebabnya, meskipun ia menerapkan high pressing, Lampard seringkali membiarkan lini tengah The Blues melompong.

"Jika Anda menyaksikan Liverpool dan Manchester City, meski garis pertahanan mereka tinggi, mereka tidak membiarkan ada celah di lini tengah. Coba bandingkan dengan Chelsea, lini tengah mereka sangat terbuka," tutur Neville,

Mourinho lantas memperjelas pendapat Neville ini. "Kita kerap mendapati Rafa Benitez, atau pelatih-pelatih lain di samping lapangan memberi instruksi dengan isyarat memadatkan kedua tangannya. Itu artinya tim harus bermain dengan padat, dan ada momen ketika kita melihat dalam pertandingan tadi, Chelsea memiliki jarak yang terlalu jauh antara enam pemain [di depan] dan empat yang lain [bek]," kata Mou.

Sebenarnya, kekosongan lini tengah Chelsea itu akibat ketidakbecusan Lampard mengantisipasi adaptasi taktik yang diterapkan Solskjaer pada babak kedua. Kala itu, Solskjaer menyuruh pemain depan United lebih sering berdiri sejajar dengan garis pertahanan Chelsea.

Perubahan ini bisa dibuktikan lewat hitung-hitungan statistik. Marcus Rashford dan Jesse Lingard, dua penyerang United, jadi jarang menyentuh bola di daerah permainan United, pada babak kedua. Sentuhan bola Rashford turun jadi 5 kali dan Lingard 8 kali, padahal pada babak pertama, Rashford melakukan 8 kali sentuhan dan Lingard melakukannya sebanyak 10 kali.

Perubahan taktik ini lantas bikin garis pertahanan Chelsea jadi canggung. Para pemain belakang Chelsea kemudian menerapkan garis pertahanan yang lebih rendah daripada sebelumnya karena takut dieksploitasi kecepatan pemain depan United.

Saat garis pertahanan Chelsea sedikit lebih mundur, pemain tengah dan depan Chelsea malah tetap melakukan high-pressing. Alhasil ada gap di depan garis pertahanan Chelsea. Para pemain United pun bisa memanfaatkan celah itu dengan baik.

Proses gol ketiga United bisa jadi contoh buruknya organisasi pertahanan Chelsea karena perubahan taktik Solskjaer itu. Saat itu, Paul Pogba, Jesse Lingard, dan Aaron Wan-Bissaka bisa leluasa memainkan bola di lini tengah, sebelum Pogba mengirimkan umpan direct ke arah Marcus Rashford.

Namun, perubahan taktik Solskjaer bukan satu-satunya faktor yang bikin jarak antarlini pemain Chelsea jadi renggang. Menurut Jose Mourinho, pendekatan itu sukses juga karena The Blues tak punya prinsip dasar permainan.

"Pendekatan taktik adalah satu hal, tapi prinsip dasar permainan adalah hal lainnya," kata Mourinho. Ia, yang menyebut bahwa prinsip dasar tersebut merupakan faktor fundamental dari sebuah tim, lantas memberikan contoh bagaimana prinsip dasar itu biasa bekerja.

"Setiap tim bagus selalu bertahan secara kompak, entah itu dengan higher block maupun dengan lower block. Lower block lebih bersifat defensif dan higger block bersifat lebih ofensif... tetapi yang penting adalah bloknya... Pada dasarnya [apa pun pendekatan taktiknya]; Anda harus selalu bisa bertahan secara kompak," kata Mou.

Dan, Menurut Mou, Chelsea tak becus bertahan secara kompak.

Mempermudah Kinerja Pogba

Tiga gol United di sepanjang babak kedua boleh jadi dampak utama dari ketidakbecusan Lampard membaca perubahan taktik yang diterapkan Solskjaer. Namun, bagaimana leluasanya Pogba dalam mengatur permainan United di babak kedua sebetulnya ialah awal dari petaka tersebut.

Pada babak pertama, Pogba sebetulnya kesulitan mengatur serangan United meskipun bermain lebih dalam. Selain karena pressing pemain-pemain Chelsea, jarak lini tengah dan depan United yang begitu rapat adalah alasan utamanya.

Maka opsi umpan Pogba ke depan pun jadi terbatas. Ia sering menahan bola terlalu lama, dan tak heran saat United kehilangan bola sebanyak 10 kali di sepanjang babak pertama, empat di antaranya dilakukan Pogba.

Perubahan pendekatan Solskjaer terhadap para penyerang United pada babak kedua lantas bikin Pogba tampil lebih baik. Meskipun ia tetap ditekan pemain-pemain Chelsea saat menguasai bola dan lebih sedikit menyentuh bola dibandingkan dengan babak pertama (43 kali pada babak pertama dan 41 kali pada babak kedua), Pogba mampu bereksplorasi lebih karena terbukanya ruang di area tengah.

Ruang terbuka itu, kata Solskjaer setelah pertandingan, akhirnya "bisa membuat Pogba menerima bola dalam posisi bagus, mempermudah ia melakukan segala hal yang tidak dapat dilakukan pemain-pemain tengah lainnya."

Alhasil, Pogba pun mampu melakukan hal ajaib yang mengawali gol ketiga dan keempat United di pertandingan itu. Selain itu, ia juga mampu mencatatkan 3 umpan kunci serta berhasil melakukan 36 kali percobaan umpan pada babak kedua, padahal sepanjang babak pertama, Pogba cuma bisa menorehkan 1 umpan kunci serta hanya berhasil melakukan 27 kali percobaan umpan.

Lantas, tanpa bantuan Rashford, Martial, Lingard, serta Daniel James di lini depan, apakah Pogba-- dari posisi yang lebih dalam daripada biasanya--mampu memberikan dampak sebesar itu pada babak kedua? Jawabannya mudah: jelas tidak.

Baca juga artikel terkait PREMIER LEAGUE atau tulisan lainnya dari Renalto Setiawan

tirto.id - Olahraga
Penulis: Renalto Setiawan
Editor: Mufti Sholih