Menuju konten utama

Di Balik Rencana Penambahan Kontestan Piala Dunia 2022 Qatar

FIFA memastikan Piala Dunia 2026 akan diikuti 48 negara. Namun setelah melihat persiapan Qatar, bukan tidak mungkin perubahan itu bisa diterapkan pada 2022.

Di Balik Rencana Penambahan Kontestan Piala Dunia 2022 Qatar
Emir Qatar Syeikh Tamim bin Hamad al-Thani, Presiden FIFA Gianni Infantino dan Presiden Rusia Vladimir Putin menghadiri upacara serah terima untuk Piala Dunia 2022 di Kremlin, Moskow, Rusia, Minggu (15/7). ANTARA FOTO/Yuri Kadobnov/Pool via REUTERS

tirto.id - Pada Juni 2018, Amerika Serikat, Kanada, dan Meksiko resmi ditetapkan FIFA sebagai tuan rumah Piala Dunia 2026. Diwartakan Guardian, hasil voting FIFA menyatakan bahwa tiga negara tersebut berhasil mengalahkan kandidat lainnya, Maroko, dengan skor 134 berbanding 65.

Tiga negara tersebut juga akan menjadi bagian penting dalam sejarah Piala Dunia. Pasalnya, mulai 2026, Piala Dunia tak lagi diikuti 32 negara, tapi jadi 48.

Yang menarik, saat penambahan jumlah peserta Piala Dunia 2026 masih menimbulkan pro dan kontra, FIFA justru melangkah lebih jauh lagi.

Pada Oktober 2018, dalam kongres AFC di Kuala Lumpur, Gianni Infantino, Presiden FIFA, mengatakan: “kami [FIFA] sudah memutuskan... untuk meningkatkan jumlah peserta Piala Dunia dari 32 menjadi 48 peserta. Itu akan terjadi pada tahun 2026 nanti. Apakah itu akan terjadi pada 2022? Anda tahu aku. Itu mungkin, itu tidak mustahil.”

Sekitar lima bulan setelah pernyataan tersebut, tepatnya pada 15 Maret 2019, Infantino semakin optimistis bahwa sejarah bisa datang lebih cepat. Setelah FIFA mempelajari persiapan Qatar--yang ditetapkan sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022 pada 2 Desember 2010--ternyata dianggap layak untuk diikuti 48 negara.

Syaratnya: harus ada tiga sampai empat venue tambahan, sehingga Qatar harus melibatkan “dua atau lebih” tetangga mereka untuk ikut menjadi tuan rumah.

“Keterlibatan negara-negara lain sebagai tuan rumah akan membutuhkan persyaratan tertentu untuk dipenuhi, khususnya persetujuan dari Qatar sebagai tuan rumah utama. Oleh karena itu, FIFA tidak bisa menentukan negara mana yang akan menjadi tuan rumah tambahan pada saat ini,” tulis FIFA.

Karena keputusan bisa tidaknya Piala Dunia 2022 diikuti 48 negara baru akan diambil pada Kongres FIFA di Amerika Serikat pada Juni 2019 nanti, segalanya tentu masih bisa terjadi. Namun, ada satu pertanyaan penting yang harus dijawab terlebih dulu: mengapa mereka ingin Piala Dunia segera diikuti 48 negara?

Demi Meraup Keuntungan

Dalam salah satu tulisannya di Telegraph, Sam Wallace menyatakan bahwa motif penambahan kontestan hanya demi meraup keuntungan.

“Piala Dunia 2022 diselenggarakan dalam waktu yang salah [rencananya dilangsungkan pada bulan November 2022 hingga Desember 2022], pada tempat yang salah karena cuaca, sekarang mungkin bisa ditambah dengan jumlah peserta yang salah,” tambah Wallace.

Dan pernyataan Wallace tersebut tentu bukan tanpa dasar.

Pada 10 Maret 2019, The Times mengungkapkan kabar mengejutkan. Hasil investigasi mereka menemukan bahwa Qatar membayarkan uang sebesar 800 juta dolar Amerika agar bisa menjadi tuan rumah.

Qatar juga melibatkan media yang mereka biayai, Al Jazeera. Menurut dokumen yang diperoleh The Times, untuk menarik minat FIFA, Al Jazeera dikabarkan merogoh kocek sebesar 400 juta dolar Amerika agar mendapatkan hak siar Piala Dunia 2018 dan Piala Dunia 2022.

FIFA mencapai kata sepakat dengan Al Jazeera, dan masalahnya kemudian ada dua.

Pertama, selain merupakan rekor pembelian hak siar terbesar dalam sejarah Piala Dunia, FIFA sebelumnya tidak pernah bersepakat dengan siapa pun soal hak siar sebelum tuan rumah ditentukan.

Kedua, tertulis dalam dalam kontrak, jika Qatar resmi terpilih menjadi tuan rumah, Al Jazeera akan memberikan duit tambahan sebesar 100 juta dolar Amerika.

Saat ini, dugaan suap itu masih diselidiki. Tetapi, seperti apa yang dikatakan Wallace, keinginan FIFA untuk segara menambah jumlah kontestan Piala Dunia memang hanya mengarah untuk meraih keuntungan. Setidaknya Statista, salah satu penyedia data statistik di internet, sudah melakukan hitung-hitungan.

Pada Juni 2018, seandainya Piala Dunia 2022 tetap diikuti 32 negara, Statista memperkirakan FIFA akan meraup keuntungan sebesar 3,5 miliar dolar Amerika melalui hak siar televisi. Keuntungan tersebut tentu akan berlipat ganda saat Piala Dunia 2022 jadi diikuti oleh 48 negara.

Lantas, di samping semua itu, apakah penambahan peserta akan berdampak buruk bagi kualitas Piala Dunia itu sendiri?

Tak Akan Banyak Berubah

Saat Piala Dunia diikuti 48 negara, itu artinya ada 16 tambahan peserta. Rinciannya: AFC (Asia) mengirim 8 wakil, CAF (Afrika) 9 wakil, Concacaf (Amerika Utara, Tengah, dan Karibia) 6 wakil, Conmebol (Amerika Selatan) 6 wakil, OFC (Oseania) 1 wakil, dan UEFA (Eropa) akan mengirim 16 wakil.

Sementara dua slot tersisa akan diberikan kepada dua tim terbaik dalam babak play-off yang akan dilangsungkan FIFA dalam format mini turnamen.

Dengan tambahan peserta sebanyak itu, tim-tim yang sebelumnya tidak pernah merasakan kompetisi Piala Dunia karena selalu kalah kualifikasi jelas mempunyai kesempatan lebih besar. Namun, saat banyak orang khawatir kualitas Piala Dunia akan turun karena tim-tim tersebut, Gabriele Marcotti, kolumnis The Times, punya pendapat lain.

Menurut Marcotti, penambahan jumlah peserta adalah ide yang bagus. Ia menulis: “argumen tentang kualitas dapat diabaikan. Hari-hari yang mengatakan bahwa Piala Dunia adalah ekspresi sepakbola kelas atas sudah lama berakhir.”

Marcotti kemudian mengambil contoh Piala Dunia 2018 lalu yang membuktikan kalau tim-tim anyar belum tentu punya kualitas super buruk. Kala itu, hanya Mesir dan Panama yang kalah dalam tiga pertandingan berturut-turut. Kekalahan paling mencolok tentu saja terjadi saat Panama dihajar Inggris 1-6.

Namun, jika karena itu ada yang menyebut Panama tidak layak ada dalam kompetisi, Marcotti mengingatkan untuk melihat kembali salah satu pertandingan semifinal Piala Dunia 2014 lalu. Saat itu tuan rumah plus pemegang lima gelar Piala Dunia, Brasil, digilas habis Jerman dengan skor 1-7.

Kemudian Piala Dunia 2018. Siapa yang menyangka jika Kroasia, yang federasi sepakbolanya dimusuhi masyarakatnya sendiri, bisa melaju hingga babak final?

Maka apa yang dikatakan Marcotti benar belaka: “Jika Anda ingin menonton pemain-pemain terbaik tergabung di dalam sebuah tim, tontonlah Liga Champions. Jika Piala Dunia ialah tentang kualitas, Anda sebaiknya mengundang delapan tim teratas dan minta mereka bermain dalam format liga.”

Baca juga artikel terkait PIALA DUNIA 2022 atau tulisan lainnya dari Renalto Setiawan

tirto.id - Olahraga
Penulis: Renalto Setiawan
Editor: Rio Apinino