Menuju konten utama
31 Mei 1859

Di Balik Kemegahan Menara Big Ben London

Deretan sekon.
Lumur di pangkal beton,
menjelma ikon.

Di Balik Kemegahan Menara Big Ben London
Ilustrasi Menara Big Ben London. FOTO/Sabit

tirto.id - Siapa yang membuka restoran India pertama di Inggris? Berapa ukuran taman Lake District di Inggris Utara? Berapa usia lonceng Big Ben yang tersohor itu? Inilah sekelumit pertanyaan yang bakal memberondong para calon pencari kewarganegaraan di Inggris.

Inggris punya aturan bahwa semua calon warga negaranya harus berhasil menjawab 18 dari 24 pertanyaan yang dipilih dari sekitar 3.000 fakta. Meghan Markle, aktris asal Amerika Serikat yang baru saja dinikahi Pangeran Harry tak luput dari aturan tersebut ketika ia hendak menjadi warga Inggris mengikuti suaminya.

Ini terdengar menyeramkan bagi mereka yang tak mudah mengingat detail lokasi dan peristiwa berbau sejarah. Bahkan dalam survei acak yang dilakukan Reuters, hanya 23 dari 41 warga Inggris yang bisa menjawab berbagai pertanyaan seputar negaranya dengan benar. Sisanya hanya menebak-nebak saja.

Terlepas dari kerumitan itu, kemunculan Big Ben dalam daftar trivia bisa menjadi salah satu penegasan betapa menara lonceng lengkap dengan jam raksasa itu masih jadi ikon penting dan bersejarah baik bagi Kota London dan Inggris.

Saking tersohornya, dalam beberapa tahun terakhir muncul fenomena baru dari para pasangan Asia, khususnya dari Cina, yang melakukan sesi pemotretan pra-nikah berlatar menara Big Ben. Dikutip dari Spectator, foto pra-nikah di Big Ben sudah menjadi salah satu cara untuk memamerkan status ekonomi kelas atas.

Fenomena ini berbarengan dengan banyaknya para muda-mudi Cina yang menempuh pendidikan tinggi di Inggris. Bagi orangtua, foto-foto itu hendak menceritakan anak-anak mereka yang kosmopolitan, sukses, ganteng dan cantik. Dus, Big Ben pun jadi ukuran kesuksesan baru.

Tapi bagaimana sebenarnya Big Ben lahir?

Menara Big Ben berdiri di atas bangunan komplek Istana Westminster yang sekaligus difungsikan sebagai Gedung Parlemen Inggris. Pada 1834 sebagian besar Istana Westminister yang berdiri sejak 1040 habis dilalap api. Banyak warga berbondong menyaksikan kebakaran sampai-sampai mempersulit kerja-kerja petugas pemadam kebakaran.

Setelah kebakaran berlalu, Westminster pun kembali dibangun. Sebuah komite yang bertugas mengawasi pembangunan dibentuk. Para arsitek dikumpulkan untuk mengajukan desain baru. Dari 97 desain yang diterima komite, arsitek Charles Barry keluar sebagai pemenang.

Tidak ada menara jam dalam desain Barry. Sebaliknya, komite Westminister-lah yang meminta Barry menambahkan sebuah menara lengkap dengan jam raksasa di empat sisi beserta lonceng besar.

Tetapi Barry sadar bahwa ia bukan seorang pembuat jam. Dia mengajukan nama Benjamin Lous Vuillamy, seorang ahli pembuat jam langganan Kerajaan Inggris untuk mengerjakan dan mulai mendesain jam raksasa pada 1844.

Dalam buku Big Ben: the Great Clock and the Bells at the Palace of Westminster karya Chris McKay (2010) pada 1852, pembuatan jam dikerjakan oleh Edward John Dent, yang perusahaannya memenangkan tender.

Soal pembuatan jam, Vullamy dan Dent sempat terlibat perselisihan. Mereka sama-sama maestro di bidangnya. George Airy, seorang astronom kerajaan, akhirnya ditunjuk sebagai wasit yang menetapkan standar untuk pembuatan jam, misalnya akurasi per detik hingga kinerja jam. Hasilnya akan dievaluasi dua kali sehari di Greenwich Observatory.

Akibat standar tinggi yang dipancangkan Airy, pembuatan jam terbengkalai sampai tujuh tahun. Selama tujuh tahun pula Airy menggandeng Edmund Beckett Denison, seorang pengacara sekaligus pembuat jam. Pada Februari 1852, Dent ditunjuk untuk membuat jam dari desain Denison. Namun, Dent meninggal pada 1853. Pengerjaan jam pun diserahkan kepada Frederick, anak tiri Dent. Ia berhasil menyelesaikan jam itu pada 1854.

Deretan sekon. Lumur di pangkal beton, menjelma ikon. #Mozaik #Bigben

A post shared by tirto.id (@tirtoid) on