Menuju konten utama

Depresi Bisa Diketahui Lewat Bahasa yang Dipakai Seseorang

Orang dengan depresi cenderung memakai kata-kata yang mengandung makna "absolut".

Depresi Bisa Diketahui Lewat Bahasa yang Dipakai Seseorang
Ilustrasi depresi. Getty Images/iStockphoto

tirto.id - “I close both locks below the window

I close both blinds and turn away

Sometimes solutions aren't so simple

Sometimes goodbye's the only way

Sepenggal lirik lagu berjudul Shadow of the Day dinyanyikan Chester Bennington bersama Linkin Park, sebelum ia gantung diri dan mati. Bennington ditemukan gantung diri di rumahnya pada 20 Juli 2017. Ia diduga mengalami depresi sejak kecil.

Bennington mengalami pelecehan seksual sejak usia 7 hingga 13 tahun,

dan kedua orang tuanya bercerai saat Bennington berusia 11 tahun. Sewaktu masih remaja, penggemar Stone Temple Pilots ini juga kerap dirisak karena fisiknya yang kurus.

Chester melampiaskan kegundahannya lewat nyanyian dan lirik-lirik lagu. Menurut penelitian, depresi bisa tampak dari cara kita mengekspresikan diri.

Baru-baru ini, Clinical Psychological Science membeberkan penelitian soal kaitan antara depresi dan bahasa. Ada beberapa kata yang bisa dibaca untuk dapat membantu secara akurat apakah seseorang menderita depresi atau tidak.

Penelitian berjudul In an Absolute State: Elevated Use of Absolutist Words Is a Marker Specific to Anxiety, Depression, and Suicidal Ideation mengungkapkan, ada perbedaan yang jelas dan konsisten dalam bahasa antara mereka yang mengalami depresi dan tidak.

“Kami menunjukkan perbedaan-perbedaan ini lebih mencerminkan pemikiran yang mengarah pada makna-makna tanpa batasan atau absolut daripada tekanan psikologis," jelas Mohammed Al-Mosaiwi, penulis penelitian.

"Sangat menarik bahwa kata-kata absolut melacak keparahan gangguan afektif dibandingkan dengan kata-kata negatif. Akhirnya, kami menemukan peningkatan level kata-kata absolut di dalam pemulihan depresi. Ini menunjukkan bahwa pemikiran absolut mungkin merupakan faktor kerentanan,” tambahnya.

Bahasa dapat dipisahkan menjadi dua komponen, yaitu konten dan gaya. Konten tersebut berkaitan dengan apa yang kita ungkapkan seperti makna atau subjek dari pernyataan.

Tidak akan mengejutkan siapa pun untuk mengetahui bahwa mereka yang memiliki gejala depresi menggunakan kata-kata yang berlebihan dalam menyampaikan emosi negatif, khususnya kata sifat dan kata keterangan negatif seperti "kesepian", "sedih" atau "sengsara".

Penelitian menemukan, mereka yang memiliki gejala depresi lebih banyak menggunakan kata ganti orang pertama seperti "aku", "diriku" dan "saya". Sementara kata ganti orang kedua dan ketiga secara signifikan lebih sedikit dipakai seperti "mereka" atau "dia".

Pola penggunaan kata ganti seperti ini menunjukkan orang dengan depresi yang lebih fokus pada diri mereka sendiri, dan kurang terhubung dengan orang lain. Penelitian menyimpulkan, penggunaan kata ganti sebenarnya lebih dapat diandalkan dalam mengidentifikasi depresi daripada kata-kata emosi negatif.

“Laboratorium kami baru-baru ini melakukan analisis teks data besar dari 64 forum kesehatan mental online yang berbeda, memeriksa lebih dari 6.400 anggota," ujar Al-Mosaiwi, sebagaimana dikuti JStor Daily.

"Kata-kata absolut yang menyampaikan besaran atau probabilitas absolut seperti 'selalu', 'tidak ada' atau 'sepenuhnya' ditemukan sebagai penanda yang untuk gangguan kesehatan mental daripada kata ganti atau kata-kata emosi negatif,” jelasnya.

Menurut Al-Mosaiwi mereka telah memperkirakan orang-orang yang mengalami depresi akan memiliki pandangan yang lebih hitam dan putih tentang dunia akan terwujud dalam gaya bahasa mereka.

Dibandingkan dengan 19 forum kontrol yang berbeda prevalensi kata-kata absolut sekitar 50 persen lebih besar di forum kecemasan dan depresi dan sekitar 80 persen lebih besar untuk forum yang memiliki ide untuk bunuh diri .

Penelitian juga termasuk forum pemulihan di mana anggota yang merasa telah pulih dari depresi menulis hal-hal yang positif dan mengunggah hal-hal tentang pemulihan mereka. Akan tetapi, mereka yang sebelumnya memiliki gejala depresi lebih mungkin untuk mengalaminya lagi.

Memahami bahasa depresi dapat membantu seseorang memahami cara berpikir orang yang mengidap depresi. Para peneliti telah menggabungkan analisis teks otomatis dengan teknologi komputer yang dapat belajar dari pengalaman tanpa diprogram untuk mengklasifikasikan berbagai kondisi kesehatan mental dari sampel teks bahasa alami seperti unggahan di blog.

Sejauh ini, esai pribadi dan buku harian yang ditulis oleh orang-orang yang depresi telah berguna, misalnya seperti karya seniman terkenal seperti Kurt Cobain dan Sylvia Plath.

Infografik SC Bahasa Depresi

Infografik SC Bahasa Depresi. tirto.id/Fuad

Baca juga artikel terkait DEPRESI atau tulisan lainnya dari Febriansyah

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Febriansyah
Editor: Dipna Videlia Putsanra