Menuju konten utama
Periksa Fakta

Demo Warga Rusia Desak Putin Kirim Bom Nuklir ke AS, Benarkah?

Ada klaim warga Rusia desak Putin mengebom Amerika dengan senjata nuklir, benarkah?

Demo Warga Rusia Desak Putin Kirim Bom Nuklir ke AS, Benarkah?
Header Periksa Fakta. tirto.id/Quita

tirto.id - Sejak dimulainya invasi Rusia ke Ukraina pada Februari 2022 lalu, kedua negara tersebut menjadi sorotan internasional. Berbagai pemberitaan atau perbincangan di media sosial tak luput memantau langkah yang akan diambil oleh kepala negara Rusia dan Ukraina.

Salah satu unggahan di media sosial Facebook dari laman bernama "Coretan Hati" tersebar sejak 16 November 2022 (tautan). Laman ini mengunggah video berdurasi 8 menit 29 detik. Pada unggahan itu, akun tersebut menuliskan deskripsi bahwa warga Rusia mengamuk dan turun ke jalan, mendesak Presiden Vladimir Putin untuk mengebom Amerika Serikat dengan senjata nuklir.

Periksa Fakta Demo Warga Rusia Desak Putin Luncurkan Nuklir

Periksa Fakta Demo Warga Rusia Desak Putin Luncurkan Nuklir. FOTO/Coretan Hati

Hingga 4 Januari 2023, unggahan ini telah mendapat 3,9 ribu reaksi, 429 komentar, ditonton hingga 204 ribu kali, dan dibagikan sebanyak 71 kali.

Lalu, bagaimana asal usul dari unggahan ini?

Penelusuran Fakta

Tirto menelusuri satu per satu potongan video dan menggunakan alat untuk memfragmentasi video menjadi potongan-potongan gambar, InVID. Kami juga menelusuri potongan-potongan gambar tersebut melalui YanDex.

Dalam durasi 8 menit lebih video, ada beberapa potongan video yang mengindikasikan terjadinya demonstrasi. Pertama, foto thumbnail video dimana ada banyak orang beramai-ramai di jalan serta penyuntingan foto wajah Putin dan wajah Presiden Joe Biden sehingga terlihat berada di satu foto.

Kemudian, ada pula potongan video yang menyorot kerumunan massa yang terlihat seperti meneriakkan sesuatu. Namun, suara massa tidak terdeteksi karena tertutup suara narasi dari narator video. Tampak pula kerumunan massa itu menghidupkan fitur flash/senter pada telepon genggam mereka.

Pada potongan video massa aksi itu, narator video mengatakan bahwa akun Twitter @JuliaDavis mengunggah video massa aksi yang meminta Vladimir Putin segera mengerahkan serangan nuklir ke ibukota Washington DC. Menurut narator video, cuitan tertanggal 14 Oktober 2022 tersebut berisi video dimana seorang pria memimpin kerumunan massa di jalanan Kota Moskow sambal meneriakkan penyerangan ke DC.

Selanjutnya, ada potongan video dimana beberapa orang perempuan seperti membacakan suatu petisi. Namun, Tirto tidak bisa mendengar suara asli dari video karena ada narasi yang dibacakan oleh narator.

Ada tiga potongan video yang Tirto cek asal usulnya, mengingat kualitas gambar dan kejelasan gambar diperlukan untuk melakukan pengecekan gambar melalui YanDex.

Tirto sendiri menemukan bahwa gambar demonstrasi yang ditunjukkan di video merupakan foto dari Maxim Shipenko untuk European Pressphoto Agency yang pernah dimuat salah satunya oleh The Washington Post pada 27 Maret 2017. Foto itu memiliki deskripsi unjuk rasa tanpa izin di Moskow tengah pada hari Minggu.

Artikel Washington Post itu menyebut adanya persekusi, ancaman dan teror yang terjadi pada orang-orang yang berani mengkritik kepemimpinan Vladimir Putin kala itu. Beberapa di antaranya adalah Denis Voronenkov, mantan anggota parlemen Rusia yang kemudian ditemukan tewas terbunuh beberapa hari kemudian. Ia adalah salah satu tokoh pengkritik Putin.

Ada pula Boris Nemtsov, pemimpin oposisi dan mantan wakil perdana menteri, yang terbunuh saat berjalan pulang ke rumahnya ketika melintasi jembatan di dekat tembok Kremlin.

Dengan demikian, gambar ini tidak berhubungan dengan situasi saat ini yang terjadi di Rusia.

Kemudian, potongan video yang menyorot kerumunan massa yang tengah meneriakkan sesuatu. Kejadian itu merupakan aksi yang terjadi di Albania yang digerakkan oleh partai oposisi, seperti yang dipublikasikan oleh Euronews. Ribuan orang mengikuti protes untuk menentang kenaikan biaya hidup dan kebijakan pemerintah saat itu. Sekitar 1000 polisi dikerahkan untuk mengamankan protes. Video inilah yang digunakan ulang untuk mendukung narasi unggahan di Facebook pada 11 Desember 2022.

Cuplikan video lain yang ditelusuri Tirto adalah beberapa orang perempuan yang nampak membacakan petisi. Video ini merupakan protes terhadap mobilisasi tentara militer Rusia. Masyarakat mengkritik persiapan keberangkatan militer yang tidak matang, alat tempur dengan kualitas buruk, latihan militer yang hanya berlangsung selama 10 hari sebelum mereka pergi ke medan perang, hingga beberapa tantara yang terpaksa membeli seragam militer sendiri.

Sementara beberapa orang perempuan yang tampak pada potongan video merupakan keluarga anggota militer Rusia yang menentang operasi militer dari pemerintah. Potongan gambar ini ditemukan di situs Blesk.cz yang diunggah pada 27 November 2022.

Bersamaan dengan video protes dari keluarga para anggota militer, narator video menyatakan bahwa akun Twitter Julia Davis mengeluarkan cuitan tertanggal 14 Oktober 2022 yang isinya adalah bahwa seorang pria memimpin kerumunan massa di jalanan Kota Moskow, meneriakkan penyerangan ke DC.

Tirto mengecek cuitan akun Twitter @JuliaDavisNews pada 14 Oktober 2022. Namun, tak ditemukan klaim unggahan Facebook tersebut. Beberapa cuitan Julia Davis pada hari itu memang terkait Rusia, NATO, dan invasi ke Ukraina. Tapi tidak ada soal tekanan dari masyarakat untuk segera mengirimkan bom nuklir ke Washington DC.

Cuitan Julia Davis pada 14 Oktober 2022 dapat dilihat di sini, sini, dan sini.

Menurut akun Twitternya, Julia Davis sendiri adalah kolumnis The Daily Beast dan pembuat Russian Media Monitor atau Monitor Media Rusia.

Sementara itu, kami sempat mengecek soal rudal Samat yang juga disebut dalam video. Dari sinilah kami menemukan bahwa narator video membacakan berita dari Sindonews pada 13 November 2022. Seperti yang disampaikan narator, dan juga ditulis Sindonews, memang benar ada aksi demonstrasi di Moskow saat itu. Dalam aksi itu, massa menyerukan agar Vladimir Putin melancarkan serangan nuklir ke Washington DC.

Rudal Sarmat yang dirujuk dalam aksi tersebut sendiri adalah rudal balistik antarbenua (ICBM) RS-28 Sarmat, senjata termonuklir yang ditambahkan ke gudang senjata Rusia pada 2018 dan dijuluki "Setan II."

Sindonews juga mengutip cuitan dari Julia Davis, seperti yang disebutkan narator video. Namun, cuitan dari Julia Davis sendiri diunggah pada 12 November 2022 dan bukan 14 Oktober 2022. Dalam video yang diunggah Julia Davis, memang ada seorang pria yang memimpin aksi dan meneriakkan, "Serang pusat pengambilan keputusan".

Narator terus membacakan berita Sindonews hingga bagian ketika Julia Davis mengutip pernyataan demonstran, "Kita akan pergi ke surga sebagai martir". Pernyataan itu sendiri berasal dari Vladimir Putin pada 2018.

Sementara itu, dari video yang diperlihatkan Davis, massa aksi tidak seramai seperti dalam unggahan Facebook Coretan Hati. Tidak jelas mengapa video Facebook sama sekali tidak memperlihatkan cuitan Davis yang sebenarnya untuk memperlihatkan aksi yang dilakukan sekelompok orang itu. Aksi ini sendiri memang tidak seramai aksi di Moskow pada 2017 untuk mengkritik pemerintah, aksi seruan keluarga anggota militer yang menentang operasi militer yang minim persiapan, atau protes yang terjadi di Albania.

Kemudian dari menit ke 3:09 menjelang akhir video, narator hanya membacakan berita dari situs Warta Ekonomi pada 14 November 2022. Artikel itu membahas bagaimana Indonesia berupaya mencegah para pemimpin barat menghancurkan Rusia. Upaya ini sendiri dilakukan pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali lalu.

Indonesia, seperti disebutkan Warta Ekonomi, berusaha meredam kritik para politisi Barat terhadap Moskow. Narator video, beserta gambar yang ditunjukkan, tidak lagi menampilkan potongan gambar mengenai demonstrasi. Melainkan gambar-gambar terkait KTT G20 dan video yang menampilkan diantaranya Presiden RI Joko Widodo, Menteri BUMN Erick Thohir, Presiden AS Joe Biden, hingga Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan.

Kesimpulan

Berdasarkan penelusuran fakta yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa aksi warga Rusia yang mendesak Putin untuk menyerang Amerika Serikat benar adanya. Namun, seluruh potongan video yang digunakan untuk mendukung narasi tersebut sama sekali tidak berhubungan dengan aksi yang dimaksud.

Aksi warga Rusia yang mendesak Putin itu tidak seramai aksi di Moskow pada 2017 untuk mengkritik pemerintah, aksi seruan keluarga anggota militer yang menentang operasi militer yang minim persiapan, atau protes yang terjadi di Albania.

Dengan demikian, video yang diunggah oleh laman Facebook "Coretan Hati" bersifat salah sebagian (Partly False).

Baca juga artikel terkait PERIKSA FAKTA atau tulisan lainnya dari Irma Garnesia

tirto.id - Politik
Penulis: Irma Garnesia
Editor: Farida Susanty