Menuju konten utama

Demam Otak, Wabah Maut yang Sedang Menggila di India

Dalam waktu kurang dari satu bulan sejak awal Juni, ratusan anak di Muzaffarpur, India meninggal dunia akibat wabah demam otak misterius.

Demam Otak, Wabah Maut yang Sedang Menggila di India
Ilustrasi Ruang Kontrol, Dokter dan Ahli Radiologi Membahas Diagnosis sambil Memantau Prosedur dan Memantau Hasil Pemindaian Otak. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Wabah penyakit ganas yang menyasar anak-anak tengah menggila di India. Sampai hari Minggu (23/6) sebanyak 129 anak meninggal dunia karena Sindrom Ensefalitis Akut (AES) di kota Muzaffarpur di negara bagian Bihar, India timur, demikian keterangan seorang pejabat medis setempat.

Jumlah korban mencapai 171 di Muzaffarpur dan sekitarnya, menurut All India Radio. Penyakit yang disebut demam chamki ini terutama menyerang anak-anak kelompok usia 1-10 tahun.

Wabah AES mulai merebak sejak awal bulan Juni 2019. Dilansir dari Vancouver Sun, jumlah korban mulai meningkat pada Senin pekan lalu. Saat itu tercatat 97 anak telah meninggal dan jumlahnya meningkat menjadi 108 pada hari berikutnya.

Menteri Kepala Negara Bagian Bihar, Nitish Kumar, baru mengunjungi kota Muzaffarpur yang berjarak 70 kilometer dari ibukota Patna pada Selasa (18/6) atau dua minggu sejak wabah itu merebak pada awal Juni.

Dilansir dari, India Today, kedatangan Kumar mengunjungi Perguruan Tinggi dan Rumah Sakit Medis Sri Krishna (SKMCH) disambut dengan gelombang protes sejumlah warga. Mereka membawa poster "Nitish go back" ("Pulanglah, Nitish!") sebagai respon kekecewaan yang menganggap Kumar telat datang menyambangi warganya dan tak bertindak lebih.

Sebelumnya, Menteri Kesehatan Harsh Vardhan yang telah mengunjungi pasien pada hari Minggu (16/6), telah meyakinkan keluarga bahwa pemerintah akan memberikan bantuan. Bahkan, beberapa hari setelah wabah merebak, dokter anak senior di SKMCH, Bhimsen Kumar diskors karena dianggap lalai memberikan penanganan wabah.

AES yang telah merenggut nyawa lebih dari 100 orang di Muzaffarpur adalah penyakit neurologis serius yang menyebabkan peradangan otak. Gejala AES ditandai dengan tubuh demam tinggi, muntah-muntah. Dalam kasus yang parah mengalami kejang, kelumpuhan, dan koma.

Masalahnya, meski wabah telah merebak hampir sebulan, penyebab AES masih belum diketahui secara pasti.

Penyebabnya Masih Misterius

Sejauh ini ada beberapa dugaan yang mengarah ke penyebab munculnya wabah AES di India.

National Health Portal (NHP) India sementara ini menduga virus ensefalitis Jepang (JEV) adalah penyebab munculnya wabah AES di India dengan tingkat probabilitas berkisar 5-35 persen, dikutip dari ABP Live.

Sudip Das, konsultan dokter anak di Rumah Sakit Columbia Asia justru belum bisa memastikan virus penyebab AES.

"Wabah ensefalitis di Muzaffarpur baru-baru ini tampaknya seperti virus. Namun, kami belum menemukan itu virus apa," ujar Das. Faktor lain yang perlu dicurigai adalah perubahan cuaca ekstrem gelombang panas.

Sejalan dengan penuturan Das, kepala Fakultas Kedokteran Anak dan Rumah Sakit Sri Krishna Gopal Shankar Sahni melihat wabah AES adalah dampak dari gelombang panas ganas yang menyapu Bihar dalam sebulan terakhir dan menyebabkan dehidrasi.

Penelitian lain menyebutkan buah leci sebagai penyebab kemunculan penyakit AES. Muzaffurpur dikenal sebagai sentra penghasil buah leci. Selama musim panen, anak-anak di daerah tersebut ikut ke kebun leci dan memakan buah dalam jumlah banyak. Kebiasaan ini lantas dikaitkan dengan penyakit mematikan yang menyerang anak-anak Muzaffarpur.

Tuduhan tersebut pernah diteliti oleh Aakash Shrivastava dkk dalam studi berjudul "Association of acute toxic encephalopathy with litchi consumption in an outbreak in Muzaffarpur, India, 2014: a case-control" (2017).

Penelitian itu menemukan ada 390 anak Muzaffarpur yang jatuh sakit antara 26 Mei sampai 17 Juli 2014. Perilaku ratusan anak yang tidak makan dalam waktu 24 jam setelah menyantap leci diduga memicu hipoglikemia A, sebuah asam amino yang dapat mengganggu metabolisme dan menurunkan kadar gula darah. Hipoglikemia A yang kemudian dikaitkan dengan wabah ensefalopati akut di Muzaffarpur. Dari 390 anak, ada 122 yang akhirnya meninggal dunia.

Infografik Wabah Demam Otak di India

Infografik Wabah Demam Otak di India. tirto.id/Sabit

Wabah mematikan terkait ensefalopati di India bukanlah hal baru. Pertama terdiagnosis secara klinis di India pada 1955 di Negara Bagian Madras selatan, sekarang Tamil Nadu. Merujuk pada studi Jai Prakash dkk berjudul "Acute encephalitis in India: An unfolding tragedy" (2017), antara tahun 2008 sampai 2014 ada lebih dari 44.000 kasus ensafilitas yang menyebabkan hampir 6.000 kematian terutama di negara bagian Uttar Pradesh dan Bihar.

Penyebabnya Kemiskinan?

Data World Bank menyebut, Bihar adalah negara bagian terpadat ketiga di India; dihuni lebih dari 100 juta orang dan 36 juta di antaranya hidup di garis kemiskinan. Meski sejak 2005 pengentasan kemiskinan meningkat, sebagian besar warga di Bihar masih sangat miskin.

Muzaffarpur adalah salah satu kota di Bihar yang dihuni orang miskin. Dikutip dari India Today, hampir setengah anak Muzaffarpur memiliki berat badan rendah dan terkena stunting. Perut anak-anak di beberapa desa terlihat membusung, tanda mereka mengalami malnutrisi.

Bahkan beberapa warga yang diwawancarai mengatakan mereka tidak tahu program kesehatan Modicare yang diluncurkan pada 2018. Padahal tujuan program ini adalah memberikan akses kesehatan gratis kepada keluarga miskin.

Nand Lal Mandhji, 61 tahun, kakek dari seorang cucu (4 tahun) yang meninggal akibat AES, mengatakan bahwa keluarganya memang diberi selebaran oleh petugas rumah sakit yang menyambangi mereka pada Mei 2019. Sayangnya, keluarga Mandhji tak paham isi selebaran tersebut karena buta huruf.

"Mereka memberi kita sesuatu tetapi kita tidak mengerti apa artinya," kata Mandhji sambil memegangi selebaran dengan gambar Modi.

Keluarga yang lain mengaku tak pernah dengar program Modicare. "Tidak ada yang datang ke sini. Tidak ada politikus atau petugas kesehatan," aku warga setempat bernama Sahana Khatun.

Baca juga artikel terkait WABAH PENYAKIT atau tulisan lainnya dari Tony Firman

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Tony Firman
Editor: Windu Jusuf