Menuju konten utama

Bentuk-bentuk Integrasi Sosial & Definisinya dalam Kajian Sosiologi

Integrasi sosial memiliki sejumlah definisi menurut para ahli. Sementara bentuknya terdiri dari 3 jenis. Berikut ini penjelasannya masing-masing.

Bentuk-bentuk Integrasi Sosial & Definisinya dalam Kajian Sosiologi
Ilustrasi Sosiologi. foto/Istockphoto

tirto.id - Integrasi sosial adalah proses penyesuaian unsur-unsur sosial yang berbeda sehingga membentuk kesatuan masyarakat yang serasi. Ada 3 bentuk integrasi sosial, yaitu normatif, fungsional, dan koersif.

Mengapa banyak kelompok berbeda latar belakang tetap bisa harmonis dan hidup berdampaingan di suatu masyarakat? Pertanyaan seperti ini mendorong pembahasan topik integrasi sosial dalam studi sosiologi.

Dalam kajian sosiologi, konsep integrasi sosial mengacu pada kondisi adanya kelompok minoritas, yang tergabung dalam masyarakat dan dapat berpadu dengan komunitas yang lebih besar, tanpa adanya paksaan maupun tekanan.

Definisi Integrasi Sosial

Mengutip penjelasan di situs study, Integrasi sosial bisa juga mengacu pada kesepakatan bersama di masyarakat terkait sistem makna, bahasa, budaya, dan lainnya, yang meminimalisir perbedaan dan mendorong semua kelompok untuk hidup berdampingan.

Maka itu, dengan semakin meningkatnya integrasi sosial, konflik di tengah suatu masyarakat juga akan semakin berkurang dan keterkaitan antar-individu bertambah erat.

Dalam perkembangan ilmu sosiologi, pembahasan tentang integrasi sosial pertama kali dijelaskan oleh Emile Durkheim, melalui buku karyanya: The Division of Labour in Society (1892).

Salah satu pokok pikiran Durkheim dalam buku itu adalah bahwa setiap orang memiliki kesadaran kolektif yang dipusatkan kepada masyarakat. Dengan kata lain, cara setiap individu dalam berpikir, merasakan sesuatu, dan bertingkah laku sangat dipengaruhi oleh masyarakat.

Durkheim percaya, masyarakat memberikan pengaruh kuat ke tiap individu. Norma, kepercayaan dan nilai yang diyakini oleh setiap orang membentuk kesadaran kolektif, atau cara bersama dalam memahami dan berperilaku di dunia, demikian dikutip dari Libertext.

Bagi Durkheim, kesadaran kolektif sangat penting dalam menjelaskan keberadaan masyarakat. Sebab, kesadaran kolektif itu membentuk sekaligus menyatukan masyarakat. Pada saat yang sama, kesadaran kolektif dihasilkan oleh tiap individu melalui tindakan dan interaksi satu sama lain.

Dengan demikian, mengikuti pemahaman Durkheim, masyarakat adalah produk sosial yang tercipta dari tindakan individu yang kemudian memberikan kekuatan sosial koersif kembali pada individu tersebut. Melalui kesadaran kolektif mereka, Durkheim berpendapat, manusia menjadi sadar satu sama lain sebagai makhluk sosial.

Jadi, kesadaran kolektif mengikat semua individu menjadi kesatuan masyarakat dan menciptakan integrasi sosial. Menurut Durkheim, kesadaran kolektif dibentuk melalui interaksi sosial.

Sementara mengutip modul Sosiologi terbitan Kemdikbud, jika dirunut dari akar katanya, integrasi dalam bahasa Inggris (integration) memiliki arti pembaruan sehingga menjadi kesatuan yang bulat dan utuh. Adapun pembaruan merujuk pada arti berpadu, melebur, dan menyatu menjadi satu.

Adapun dalam sosiologi, definisi singkat integrasi sosial adalah proses penyesuaian pada beberapa unsur sosial yang yang berbeda sehingga dapat membentuk kesatuan masyarakat yang serasi.

Jika merujuk pada ulasan sejumlah sosiolog, setidaknya ada 4 definisi integrasi sosial yang dapat memberikan pemahaman lebih baik mengenai konsep ini.

Masih mengutip modul sosiologi terbitan Kemdikbud, definisi pertama bisa merujuk ke penjelasan dari Paul B. Horton.

Menurut Paul B. Horton, integrasi proses pengembangan masyarakat dimana segenap kelompok ras dan etnik mampu berperan secara bersama-sama dalam kehidupan budaya dan ekonomi.

Ada juga definisi integrasi sosial versi Baton, yakni suatu integrasi sebagai sebuah pola hubungan yang mengakui adanya suatu perbedaan ras dalam masyarakat. Namun, tidak memberikan fungsi yang penting pada perbedaan dalam sebuah ras.

Selain itu, terdapat juga definisi integrasi sosial menurut Gilin, yaitu satu bagian dari proses sosial yang terjadi karena suatu perbedaan fisik, emosional, budaya, dan perilaku.

Adapun mengutip salah satu publikasi Springer (2019), definisi integrasi sosial adalah konstruksi multidimensi yang menunjukkan gambaran sejauh mana individu berpartisipasi di dalam berbagai hubungan sosial, termasuk terlibat dalam aktivitas ataupun relasi sosial, kesadaran komunal, dan identifikasi peran sosialnya.

Bentuk-bentuk Integrasi Sosial

Integrasi sosial pada dasarnya muncul karena ada kerja sama yang baik di antara sesama anggota masyarakat. Integrasi di masyarakat akan terwujud apabila setiap individu dalam satu kelompok sosial mampu melawan prasangka negatif sehingga tidak terjadi konflik.

Terbentuknya solidaritas sosial dapat terjadi apabila ada kolaborasi antarindividu yang mempunyai watak, sikap dan sifat yang berbeda, dalam suatu kelompok sosial.

Lantas, bagaimana bentuk integrasi sosial di masyarakat? Dalam kajian sosiologi, setidaknya ada 3 jenis integrasi sosial. Ketiga bentuk itu ialah integrasi normatif; integrasi fungsional; dan integrasi koersif. Berikut penjelasannya.

1. Integrasi normatif

Integrasi normatif dapat terjadi karena adanya norma yang berlaku di masyarakat. Dalam konteks ini, norma merupakan pedoman untuk melakukan hubungan sosial dalam masyarakat yang berisi perintah, larangan dan anjuran. Dengan adanya norma, masyarakat dapat bersatu dan kehidupan yang harmonis bisa terwujud.

Seperti contoh yang ada di Indonesia, banyaknya pulau membuat munculnya berbagai macam keberagaman antar suku dan budaya. Setiap daerah pastinya memiliki norma yang mengikat dan mengatur di kawasan tersebut. Perbedaan itu dapat disatukan dengan norma yang dianut bangsa Indonesia, yakni Bhineka Tunggal Ika.

2. Integrasi fungsional

Integrasi fungsional bisa terjadi karena ada fungsi-fungsi di masyarakat. Dengan mengedepankan fungsi dari setiap pihak yang ada di masyarakat, integrasi sosial dapat terbentuk. Sebagai contoh, di masyarakat ada kelompok-kelompok profesi berbeda, seperti pedagang, pelaut, petani, pebisnis yang jika berperan sesuai fungsi masing-masing, akan menciptakan integrasi di masyarakat.

3. Integrasi koersif

Integrasi koersif bisa terbentuk karena adanya pengaruh kekuasaan dari penguasa. Dalam hal ini penguasa menerapkan cara-cara koersif (kekerasan). Contohnya ialah penggunaan kekerasan oleh polisi saat membubarkan demonstrasi, yang merupakan wujud konflik di masyarakat.

Proses integrasi dilakukan melalui dua hal, yaitu:

  • Asimilasi: bertemunya dua kebudayaan atau lebih yang saling memengaruhi sehingga memunculkan kebudayaan baru dengan meninggalkan sifat asli tiaptiap kebudayaan.
  • Akulturasi: proses sosial yang terjadi bila kelompok sosial dengan kebudayaan tertentu dihadapkan pada kebudayaan asing (baru) sehingga kebudayaan asing (baru) diserap/ diterima dan diolah dalam kebudayaan

Sedangkan, proses integrasi sosial dipengaruhi oleh beberapa faktor pendorong, di antaranya adalah:

  • Adanya toleransi terhadap kebudayaan yang berbeda
  • Kesempatan yang seimbang dalam bidang ekonomi
  • Adanya sikap positif terhadap kebudayaan lain
  • Adanya sikap terbuka dari golongan yang berkuasa
  • Adanya kesamaan dalam unsur-unsur kebudayaan
  • Adanya perkawinan campur (amalgamasi)
  • Adanya musuh bersama dari luar

Baca juga artikel terkait INTEGRASI SOSIAL atau tulisan lainnya dari Jessica Amelia Hapsari

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Jessica Amelia Hapsari
Penulis: Jessica Amelia Hapsari
Editor: Addi M Idhom
Penyelaras: Ibnu Azis