Menuju konten utama

Dedi Mulyadi Tanggapi Pidato Anies Soal Kata "Pribumi"

Menurut Dedi, dalam bahasa Sunda, kata pribumi memiliki 3 makna.

Dedi Mulyadi Tanggapi Pidato Anies Soal Kata
Dedi Mulyadi. FOTO/Antaranews

tirto.id - Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi menanggapi kata 'pribumi” yang dilontarkan Anies Baswedan dalam pidato pelantikannya sebagai Gubernur DKI Jakarta. Menurut Dedi, ujaran Anies tidak mungkin dilakukan tanpa dasar yang jelas.

Dedi menjelaskan, dalam bahasa Sunda, kata pribumi memiliki 3 makna. Makna pertama, adalah orang yang punya rumah. Kedua, kata pribumi bisa diartikan sebagai pihak yang selalu menerima tamu dan tamu itu dijamu. Terakhir, kata pribumi bisa diartikan sebagai semah.

"Semah itu di bawah tamu. nah itu ada plesetan-plesetannya itu kalau seperti itu," kata Dedi saat ditemui di Menteng, Jakarta, Rabu (18/10/2017).

Oleh karena itu, Dedi meminta publik tidak meributkan kata pribumi seperti yang diucapkan Anies. Pria yang juga Ketua DPD Partai Golkar Jawa Barat itu ingin publik menafsirkan secara positif.

"Jadi jangan dulu dibawa ke ranah yang menimbulkan polemik yang berlebihan karena bangsa ini perlu energi yang cukup untuk membangun," kata Dedi.

Terkait dengan pidatonya yang dinilai kontroversi itu, Anies Baswedan pun menegaskan bahwa istilah “pribumi” digunakan dalam konteks menjelaskan era penjajahan. Sebab, kata Anies, Jakarta merupakan kota yang paling merasakan penindasan di era kolonial Belanda.

"Yang lihat Belanda jarak dekat siapa? Orang Jakarta. Coba kita di pelosok-pelosok Indonesia, tahu ada Belanda? Kita lihat di depan mata enggak? Tapi yang lihat di depan mata itu kita yang di Jakarta,” kata Anies, di Balakota Jakarta, Selasa (17/10/2017).

Baca: Setara Institute Kritik Pidato Anies Baswedan Soal Pribumi

Menurut Anies, ucapannya soal “pribumi” dalam pidato tersebut diplintir oleh beberapa media online hingga menjadi viral di media sosial. “Kan pelintiran satu dua website itu sekarang sudah dikoreksi ya. [Berita] Detik.com sudah dikoreksi, kemudian Kumparan,” kata dia.

Anies juga bersikukuh bahwa istilah “pribumi” yang ia pakai tidak melanggar etika publik, serta tidak menyalahi Instruksi Presiden Nomor 26 tahun 1998 tentang Menghentikan Penggunaan Istilah Pribumi dan Non-pribumi dalam Semua Perumusan dan Penyelenggaraan Kebijakan, Perencanaan Program ataupun Kegiatan Penyelenggaraan Pemerintahan.

"Pokoknya itu [kata "pribumi"] digunakan untuk menjelaskan era kolonial Belanda dan itu memang kalimatnya begitu," ujarnya.

Berikut petikan pidato Anies Senin (16/10) malam:

Jakarta ini satu dari sedikit kota di Indonesia yang merasakan kolonialisme dari dekat, penjajahan di depan mata, selama ratusan tahun. Di tempat lain mungkin penjajahan terasa jauh tapi di Jakarta bagi orang Jakarta yang namanya kolonialisme itu di depan mata. Dirasakan sehari hari. Karena itu bila kita merdeka maka janji janji itu harus terlunaskan bagi warga Jakarta.

Dulu kita semua pribumi ditindas dan dikalahkan. Kini telah merdeka, kini saatnya menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Jangan sampai Jakarta ini seperti yang dituliskan pepatah Madura. Itik telor, ayam singerimi. Itik yang bertelor, ayam yang mengerami.

Baca juga artikel terkait ANIES-SANDIAGA atau tulisan lainnya dari Alexander Haryanto

tirto.id - Politik
Reporter: Andrian Pratama Taher
Penulis: Alexander Haryanto
Editor: Alexander Haryanto