Menuju konten utama

Daya Baterai Terbatas, namun OPPO VOOC Membuatnya Tertanggungkan

Barang-barang komplementer seperti charger dan power bank diciptakan untuk mengatasi masalah inheren baterai: dayanya terbatas sedangkan kebutuhan atasnya tak tertangguhkan

Daya Baterai Terbatas, namun OPPO VOOC Membuatnya Tertanggungkan
Produk smartphone terbaru OPPO, Find X. FOTO/rilis media OPPO

tirto.id - Luigi Aloisio Galvani barangkali tak pernah menduga percobaan yang ia lakukan terhadap seekor katak pada tahun 1786 bakal berpengaruh besar atas peradaban manusia. Galvani menemukan bahwa otot kaki bangkai katak masih bisa berdenyut saat tersentuh logam bermuatan listrik. Ia percaya, reaksi itu muncul akibat adanya muatan listrik di area pelvis katak. Temuan itu menjadi dasar bioelectricity dan menempatkan dirinya sebagai penemu animal-electricity.

Ilmu pengetahuan berkembang. Animal-electricity menjadi jembatan emas untuk temuan yang lebih besar lagi. Alessandro Volta menyangsikan pendapat Galvani. Menurut Volta, denyut otot katak mati tak disebabkan kandungan listrik di bagian tertentu tubuh katak, melainkan berasal dari kabel logam yang digunakan Galvani saat menghubungkan otot dan saraf katak dalam eksperimennya.

Volta lalu melakukan sejumlah percobaan menggunakan seng, timbal, timah, dan besi sebagai pelat positif, serta tembaga, emas, atau grafit sebagai pelat negatif. Pada tahun 1800, ia menemukan: arus listrik kontinyu dapat dihasilkan fluida tertentu sebagai penghantar reaksi antara logam dan elektroda. Dengan temuan itu, Volta menyemai benih perangkat yang manfaatnya terus kita tuai hingga saat ini: baterai.

Kini baterai telah menjadi semacam tulang punggung berbagai peralatan penting dalam hidup manusia, termasuk ponsel. Saking pentingnya baterai, kita tahu, barang-barang komplementer seperti charger dan power bank diciptakan untuk mengatasi masalah inheren baterai: dayanya terbatas sedangkan kebutuhan pengguna atasnya tak tertangguhkan.

Infografik Menyisati Keterbatasan Baterai

Pada 2016, phonearena.com merilis hasil penelitian lewat artikel berjudul Smartphone Battery Life Over the Years: A Surprising Study. Penelitian itu menemukan bahwa perkembangan fitur-fitur ponsel pintar kerap tidak diimbangi daya tahan baterai. Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk mengisi ulang daya baterai ponsel hingga penuh pada tahun 2014 adalah 165 menit, lalu jadi sekitar 100 menit pada tahun 2016. Dalam dunia yang semakin bergegas, perbaikan itu niscaya.

Bertolak dari soal itu, OPPO menghadirkan “Voltage Open Multi-Step Constant-Current Charging” (VOOC), yaitu perangkat pengisi daya baterai dengan fungsi dan keunggulan pengisian cepat (fast charging).

Sebagai gambaran, dalam sebuah tayangan berjudul "OPPO VOOC Flash Fast Charging Tested and Compared" yang diunggah kanal GadgetsToUse di Youtube, OPPO VOOC sanggup mengisi daya baterai sebuah ponsel pintar hingga 75% dalam kurun 30 menit, sedangkan pada saat bersamaan, pengisi daya konvensional hanya mampu mengisi daya baterai ponsel lain sebesar 23%. Inilah bukti atas janji “Less Time More Charge" OPPO kepada konsumen: unggul dalam kecepatan, unggul dalam daya tahan.

Selain itu, VOOC merupakan perangkat pengisi daya yang sangat aman, karena dilengkapi perlindungan berlapis. Adaptor VOOC memiliki chip MCU yang berfungsi mengendalikan tegangan arus listrik, sehingga pengisian daya tak menyebabkan panas berlebihan. Ada pula sirkuit dan perangkat lunak khusus yang bertugas menjaga keamanan ponsel dan baterai.

Teknologi yang memelopori pengisian daya cepat ini terwujud pada 2014, setelah dikembangkan selama 3 tahun dengan biaya sebesar USD1,5 juta, dalam perangkat Find 7. Tetapi OPPO tak hendak berhenti. Kini mereka mengembangkan SuperVOOC yang prototipenya dipamerkan dalam Mobile World Congress (MWC) 2016, dan akan tersedia bersama perangkat OPPO Find X edisi Automobile Lamborghini pada tahun ini.

Daya baterai ponsel pintar memang terbatas, tetapi tidakkah OPPO VOOC membuatnya lebih tertanggungkan?

(JEDA)

Penulis: Tim Media Servis