Menuju konten utama

Data IDI Terbaru: 342 Petugas Medis Wafat Akibat Covid-19

Data tarbaru IDI menyebutkan 342 petugas medis wafat akibat Covid-19. Data ini sudah cukup meyakinkan bahwa Cpvid-19 bukan hoaks.

Data IDI Terbaru: 342 Petugas Medis Wafat Akibat Covid-19
Petugas pemakaman memasukan jenazah ke liang kubur di lokasi pemakaman Covid-19 TPU Tegal Alur, Jakarta, Kamis (3/12/2020). tirto.id/Andrey Gromico

tirto.id - Tim Mitigasi Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mengumumkan pembaruan data terbaru tenaga medis yang wafat akibat Covid-19 sampai dengan 5 Desember 2020. Menurut IDI, dari Maret hingga Desember ini, terdapat total 342 petugas medis dan kesehatan yang wafat akibat terinfeksi Covid, terdiri dari 192 dokter dan 14 dokter gigi, dan 136 perawat.

Para dokter yang wafat tersebut terdiri dari 101 dokter umum (4 guru besar), dan 89 dokter spesialis (7 guru besar), serta 2 residen yang keseluruhannya berasal dari 24 IDI Wilayah (provinsi) dan 85 IDI Cabang (Kota/Kabupaten).

Berdasarkan data per provinsi, Jawa Timur menempati urutan pertama jumlah tenaga medis yang meninggal dunia, berikut rinciannya:

  • Jawa Timur 39 dokter, 2 dokter gigi, dan 36 perawat,
  • DKI Jakarta 31 dokter, 5 dokter gigi dan 21 perawat,
  • Sumatra Utara 24 dokter dan 3 perawat,
  • Jawa Barat 17 dokter, 3 dokter gigi, dan 18 perawat,
  • Jawa Tengah 17 dokter dan 21 perawat,

  • Sulawesi Selatan 7 dokter dan 3 perawat,
  • Banten 7 dokter dan 2 perawat,
  • Bali 6 dokter,
  • DI Aceh 6 dokter dan 2 perawat, Kalimantan Timur 5 dokter dan 3 perawat,
  • Riau 5 dokter,
  • DI
  • Yogyakarta 5 dokter dan 2 perawat,
  • Kalimantan Selatan 4 dokter, 1 dokter gigi, dan 6 perawat,
  • Sumatra Selatan 4 dokter dan 5 perawat,
  • Kepulauan Riau 3 dokter dan 2 perawat,
  • Sulawesi Utara 3 dokter,
  • Nusa Tenggara Barat 2 dokter,
  • Sumatra Barat 1 dokter, 1 dokter gigi, dan 2 perawat,
  • Kalimantan Tengah 1 dokter dan 2 perawat,
  • Lampung 1 dokter dan 1 perawat,
  • Maluku Utara 1 dokter dan 1 perawat,
  • Bengkulu 1 dokter,

  • Sulawesi Tenggara 1 dokter dan 2 dokter gigi,
  • Papua Barat 1 dokter
  • Papua 2 perawat,
  • DPLN (Daerah Penugasan Luar Negeri) Kuwait 2 perawat,
  • Nusa Tenggara Timur 1 perawat,
  • Kalimantan Barat 1 perawat,

Covid-19 Bukan Hoaks

Dengan meninggalnya banyak tenaga medis ini, Dr Eka Mulyana, SpOT(K), MKes,SH,MHKes dari Divisi Advokasi dan Hubungan Eksternal Tim Mitigasi PB IDI, mengatakan bahwa virus ini benar-benar nyata dan telah memakan nyawa banyak orang dalam waktu yang cepat dan bukan hoaks atau konspiratif.

"Kami berharap apabila Anda termasuk orang yang tidak mempercayai adanya Covid ini, namun janganlah mengorbankan keselamatan orang lain dengan ketidakpercayaan tersebut," jelas Eka.

Menurut Eka, tingginya lonjakan pasien Covid-19 serta angka kematian tenaga medis dan tenaga kesehatan menjadi peringatan kepada semua pihak untuk tetap waspada dan mematuhi protokol kesehatan (3M).

"Dengan mengabaikan protokol kesehatan, maka Anda tidak hanya mengorbankan keselamatan diri sendiri namun juga keluarga dan orang terdekat termasuk orang di sekitar. Pandemi ini akan berlalu dengan kerjasama seluruh pihak, termasuk Anda," terang Eka lagi.

Oleh karena itu Eka mengingatkan kepada para teman sejawat tenaga medis dan tenaga kesehatan untuk waspada dan tetap menjalankan SOP. SOP itu seperti dalam pedoman standar perlindungan dokter di saat melakukan pelayanan dan saat berada di keluarga dan komunitas.

Sementara itu, dr Weny Rinawati SpPK MARS, anggota Tim Pedoman dan Protokol dari Tim Mitigasi PB IDI mengingatkan para tenaga kesehatan agar tidak menurunkan kualitas APD yang dikenakan.

"Saat ini standar level APD yang wajib dikenakan oleh para tenaga kesehatan adalah level tertinggi; - sesuai dengan resiko tempat melakukan pelayanan. Kami juga berharap agar pemerintah dan pengelola fasilitas kesehatan juga menyediakan APD yang layak bagi para tenaga kesehatan. Sementara itu bagi para tenaga kesehatan yang berpraktek secara pribadi sebaiknya tetap menggunakan APD level sesuai potensi risiko dalam menangani pasien," ujar Weny.

Perawat di Kamar Inap Paling Rawan

Harif Fadhilah, S.Kp, SH, M.Kep, MH selaku Ketua Umum Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) menjelaskan bahwa sekitar 75 persen perawat yang meninggal akibat Covid-19 umumnya bertugas di kamar rawat inap. Kemungkinan perawat tertular dari pasien sebelum hasil swab mereka (pasien) keluar dari lab (laboratorium) atau Orang Tanpa Gejala (OTG).

Menurut Harif, PPNI menyadari bahwa para tenaga kesehatan dari berbagai divisi sudah kewalahan menangani lonjakan pasien covid dan hasil swab yang harus diperiksa.

Oleh karena itu, PPNI juga berharap dukungan pemerintah dan pengelola fasilitas kesehatan untuk meningkatkan kualitas perlengkapan pemeriksaan kesehatan sehingga bisa diperoleh hasil yang lebih cepat. Tujuannya untuk mengurangi angka penularan di fasilitas kesehatan. "Termasuk pemeriksaan rutin untuk para tenaga kesehatan," ujarnya.

Baca juga artikel terkait KAMPANYE COVID-19

tirto.id - Kesehatan
Sumber: Siaran Pers
Penulis: Agung DH
Editor: Iswara N Raditya