Menuju konten utama

Data Aktivitas Vulkanik Gunung Agung Saat Radius Bahaya Diturunkan

Masyarakat di sekitar Gunung Agung diimbau tetap siaga sebab kondisi gunung api di Kabupaten Karangasem, Bali tersebut masih dinamis.

Data Aktivitas Vulkanik Gunung Agung Saat Radius Bahaya Diturunkan
Pengendara melintas di jalan yang terkena abu vulkanis Gunung Agung di Desa Rendang, Karangasem, Bali, Selasa (2/1/2018). ANTARA FOTO/Nyoman Budhiana.

tirto.id - Kementerian ESDM mengumumkan penurunan jarak radius bahaya erupsi Gunung Agung. Radius area bahaya, yang semula 8-10 kilometer dari puncak gunung api di Bali itu, diturunkan menjadi 6 Km.

Meskipun status Gunung Agung masih Awas, masyarakat kini boleh beraktivitas di kawasan yang berjarak lebih dari 6 kilometer dari puncak. Tapi, warga di sana tetap diimbau selalu siaga sebab kondisi Gunung Agung masih dinamis.

“Jadi ini (batas amannya) berkurang, di mana sebelumnya (pada jarak 8-10 kilometer) tidak boleh dihuni masyarakat,” kata Menteri ESDM Ignasius Jonan saat jumpa pers di kantornya, Jakarta pada Kamis (4/1/2018).

Ia menambahkan lembaga di bawah Kementerian ESDM, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), akan terus memonitor aktifitas vulkanik Gunung Agung dalam 24 jam setiap hari.

"Nanti jika hasil monitoringnya bertambah maka akan bertambah lagi (jarak radius bahaya), kalau berkurang, akan berkurang lagi (jarak radius bahaya), mudah-mudahan bisa berkurang," kata Jonan.

Dari hasil analisis PVMBG pada data visual dan instrumental, yakni seismik, deformasi, dan geokimia, Gunung Agung kini masih pada fase erupsi. Jadi, aktivitas vulkaniknya masih tinggi dan fluktuatif.

Misalnya, berdasarkan data geokimia terbaru, tercatat adanya gas magmatik SO2 dengan flux sekitar 100-300 ton per hari. Sedangkan volume lava di dalam kawah tercatat ada 20 juta meter kubik atau sepertiga dari volume kawah, 60 juta meter kubik. Laju pertumbuhan kubah lava saat ini rendah sehingga untuk memenuhi volume kawah dalam waktu singkat kemungkinannya kecil.

Pada data deformasi dalam beberapa hari terakhir pun terlihat adanya tren yang relatif stagnan. Hal tersebut mengindikasikan bahwa sumber tekanan belum meningkat secara signifikan. Tapi, potensi bahaya seperti lontaran batu pijar, kerikil, hujan abu pekat, dan lahar hujan masih mungkin terjadi.

“Bahaya tersebut diperkirakan melanda area yang berada di dalam radius 6 kilometer dari kawah,” kata Kepala Badan Geologi, Kementerian ESDM Rudy Suhendar.

Status kegempaan Gunung Agung hingga kemarin, Rabu (3/1/2017) pukul 18:00 WITA, menunjukkan konten frekuensi tinggi maupun rendah yang hingga kini masih terus terekam. Hal ini mengindikasikan masih adanya tekanan dan aliran magma dari kedalaman hingga ke permukaan gunung ini. Namun, energi gempa saat ini belum menunjukkan trend naik yang signifikan.

Dengan skala erupsi pada saat ini, potensi bahaya awan panas masih relatif kecil karena, selain pertumbuhan lava yang melambat untuk memenuhi isi kawah, untuk mendobrak kubah lava menjadi awan panas diperlukan pembangunan tekanan yang cukup besar. Sementara pembangunan tekanan hingga hari ini belum menunjukkan peningkatan signifikan.

Rudy belum bisa memastikan sampai kapan aktivitas vulkanik Gunung Agung akan berlangsung. Ia menjelaskan hingga kini tidak ada ahli geologi di dunia yang dapat memastikan letusan, penurunan dan penaikan status sebuah gunung api karena tiap-tiap gunung memiliki karakteristik yang berbeda-beda.

"Pengenaan status Awas Gunung Agung saat ini adalah untuk menjamin keselamatan masyarakat setempat sekitar Gunung Agung. Di radius 3 km hingga 6 km dari kawah Gunung Agung itu masih terdapat pemukiman masyarakat. Jika di wilayah sekitar tersebut tidak ada pemukiman, maka tidak akan ada pengenaan status itu,” kata Rudy.

Rudy juga memastikan aktivitas pemantauan Gunung Agung, jumlah tenaga dan volume pekerjaan pengamatannya tidak akan dikurangi meski batas radius bahaya sudah turun.

Baca juga artikel terkait GUNUNG AGUNG BALI atau tulisan lainnya dari Addi M Idhom

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Damianus Andreas
Penulis: Addi M Idhom
Editor: Addi M Idhom