Menuju konten utama

Darurat Kanker Akibat Kimia 3M, Penyuplai Bahan Teflon

Perusahaan multinasional 3M dirundung skandal limbah pencemar lingkungan selama delapan tahun terakhir. Mereka diduga sebagai penyebab di balik meningkatnya penyakit kanker di AS dan Australia.

Darurat Kanker Akibat Kimia 3M, Penyuplai Bahan Teflon
Ilustrasi produk 3M. AP Photo/Matt Rourke

tirto.id - Dalam kurun waktu setahun terakhir, Amerika Serikat dan Australia diguncang dengan berita pencemaran lingkungan yang mengancam kesehatan penduduk sipil. Skandal ini melibatkan 3M, korporasi raksasa dunia yang memproduksi zat kimia per- and poly-fluoroalkyl (PFAS) yang disinyalir dapat menyebabkan kanker.

Seperti dilaporkan oleh Sydney Morning Herald, Minnesota Mining and Manufacturing Company (3M) merupakan perusahaan raksasa global di balik jenama seperti Scotchguard, Post-it Notes dan Scotch Tape. Perusahaan yang bernilai 122 miliar dolar AS ini mempekerjakan lebih dari 90.000 orang di lebih dari 65 negara.

Mereka juga dikenal sebagai produsen substansi kimia PFAS selama lebih dari 50 tahun terakhir. Substansi kimia ini bukan produk alami dan banyak digunakan oleh perusahaan lain untuk memproduksi lapisan anti-lengket teflon, bungkus makanan kertas yang tahan minyak, alat-alat kegiatan outdoor, serta busa pemadam kebakaran.

Bloomberg melaporkan, pabrik 3M sudah memproduksi zat kimia beserta variannya itu sejak tahun 1950-an, yakni ketika mereka membeli paten PFAS dari penemunya, Joseph H. Simon. Tak lama kemudian, pada 1953, secara kebetulan mereka menemukan produk andalan Scotchgard, yakni cairan penolak air, minyak, dan lemak yang mengandung varian PFAS: PFOS (Perfluorooctane sulfonate).

Sejak itulah 3M mulai membuang banyak limbah kimia PFAS beserta variannya dengan cara yang tidak aman. Skandal terbesar perusahaan itu pun dimulai. Tidak hanya mencemari air sungai, limbah PFAS itu juga mencemari danau, air tanah, hingga ikan. Perlu dicatat, PFAS adalah zat kimia ‘abadi’ yang tidak dapat terurai.

Jika terkonsumsi manusia, PFAS akan terakumulasi di tubuh, utamanya di hati, ginjal dan darah, dan membutuhkan waktu lama untuk dikeluarkan. Namun, masalahnya, bahkan ketika keluar melalui urine, zat itu tetap tak terurai.

Kasus Minnesota

Masih dari Bloomberg, Jaksa Agung Minnesota Lori Swanson menguak secara detail praktek buruk 3M tersebut. Pada November 2017, ia Swanson mengumumkan bahwa di area sekitar pabrik 3M di Cottage Grove, angka penderita kanker (termasuk anak-anak) meningkat dan tingkat kesuburan warga menurun.

Dalam tuntutannya ke pengadilan, Swanson menyebut 3M sebagai pihak yang bertanggung jawab atas buruknya kualitas hidup di tempat tersebut. Untuk menyokong argumen tersebut, Swanson memanfaatkan l catatan internal perusahaan 3M dan data kesehatan pemerintah daerah.

Gugatan Swanson terhadap 3M mencapai 5 miliar dolar AS. Angka itu adalah akumulasi biaya dari dampak kerugian yang diderita warga sekaligus perkiraan ongkos untuk membereskan masalah lingkungan yang diciptakan oleh 3M.

Mendekati waktu persidangan, Departemen Kesehatan Minnesota mengeluarkan rilis bahwa mereka tidak menemukan perbedaan tidak lazim dari angka penderita kanker. Swanson dengan cepat menuduh bahwa langkah tersebut mengindikasikan jika Departemen Kesehatan telah tersandera oleh kepentingan bisnis 3M. Tuduhan itu langsung disangkal Departemen Kesehatan.

Pada Februari 2018, 3M akhirnya bersedia membayar gugatan senilai 850 juta dolar AS. Di sisi lain, mereka menolak untuk mengakui kesalahan yang dituduhkan. Di sisi lain, jika ditilik dari laporan-laporan internal di tangan Swanson, 3M sesungguhnya sudah tahu bahwa substansi kimia yang mereka produksi berbahaya, tidak hanya bagi lingkungan namun juga kesehatan manusia.

Begitu tuntutan Swanson selesai di pengadilan, sang jaksa yang tidak puas dengan keputusan pengadilan mengunggah dokumen-dokumen internal 3M di sebuah situs web negara bagian untuk mendukung dugaan swanson.

Juga Terjadi di Australia

Tidak hanya di AS, pencemaran PFAS juga ditemukan di Australia. Laporan Sydney Morning Herald mengungkap bahwa setidaknya 90 tempat di benua Kangguru tengah diselidiki terkait peningkatan kontaminasi substansi kimia dari 3M.

Sebanyak 25 tempat di negara bagian New South Wales, 16 di Victoria, dan 15 di Queensland termasuk dalam sembilan puluh tempat tersebut

Kendati demikian, Departemen Kesehatan Australia ngotot mengatakan bahwa tidak ada bukti bahan kimia PFAS menyebabkan gangguan kesehatan yang vital seperti kanker.

Dalam argumennya, departemen kesehatan Australia menggunakan referensi dari para ilmuwan 3M yang mengatakan bahwa bahan kimia tersebut tidak berbahaya pada tingkat yang ditemukan dalam darah manusia.

“Berdasarkan banyak bukti ilmiah hasil penelitian selama beberapa dekade yang dilakukan oleh pihak ketiga yang independen dan 3M, tidak ada indikasi bahwa sejumlah bahan kimia tersebut berdampak negatif terhadap kesehatan manusia dengan tingkat paparan yang ada saat ini,” kata juru bicara 3M, masih dari Sydney Morning Herarld.

Infografik 3M dan skandal kanker

Sembunyi-Sembunyi

Dilansir dari The Intercept, Environmental Protection Agency (EPA) AS sesungguhnya sudah mengetahui bahwa substansi kimia PFAS yang diproduksi 3M lebih berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan. Parahnya, EPA menekan Agency for Toxic Substances and Disease Registry untuk tidak mempublikasikan penelitian yang mendukung fakta tersebut.

Di sisi internal sendiri, 3M juga berusaha menekan penelitian yang menyebutkan dampak negatif dari PSAF. Dalam sebuah draf laporan internal perusahaan yang ditulis oleh Geary Olsen, seorang staf epidemiolog 3M, ditemukan bahwa terdapat hubungan positif antara jumlah kandungan PFOA (perfluorooctanoic acid), salah satu varian PSAF, dengan tingkat kolesterol dan trigliserida (salah satu tipe lemak) para keperka 3M.

Laporan itu menemukan bahwa PFOA meningkatkan level trigliserida dan kolesterol, sehingga bisa memperbesar risiko penyakit jantung.

Namun, laporan Olsen dan kedua koleganya yang juga karyawan 3M di Journal of Occupational and Environmental Medicine (Maret 2003) malah mengecilkan dampak tersebut. Mereka mengatakan bahwa dampak yang ditimbulkan hanya kecil belaka.

Sebagaimana dicatat The Intercept, 3M sudah tahu dampak zat kimia ciptaan mereka pada tikus dan kera di lab. Namun, 3M tetap tidak merilis informasi apapun terkait cara PFOA mempengaruhi sistem imun.

Sementara itu, seorang peneliti bernama Frank Gilliland menemukan bahwa pekerja 3M yang terpapar oleh PFOA memiliki tingkat kematian tiga kali lebih tinggi dari kanker prostat. Gilliland menerbitkan temuannya pada 1993.

Pada 2000, 3M mengumumkan akan mengganti sejumlah bahan kimia yang mereka gunakan. Dua tahun kemudian, mereka mengklaim telah memformulasikan ulang bahan kimia pembentuk Scotchgard dan sejumlah produk lain dengan varian PFAS yang lebih mudah dikeluarkan oleh tubuh.

Bloomberg melaporkan kebijakan ini membawa dampak positif. Ada indikasi penurunan kandungan PFOS dan PFOA dalam aliran darah masyarakat AS selama periode 2000-2014. Namun, langkah ini tidak menyelesaikan tuntas permasalahan 3M terkait bahan kimia tersebut.

Kini, dalam situs resminya, EPA menuliskan bahwa bahan kimia PFAS, khususnya PFOA dan PFOS, memang menimbulkan sejumlah gangguan kesehatan termasuk kanker, sistem imun tubuh, rendahnya berat badan bayi, dan gangguan hormon tiroid.

“[PFOS] merupakan salah satu penyebab kanker terkuat yang pernah saya lihat,” sebut John Giesy, mantan konsultan 3M.

Baca juga artikel terkait KANKER atau tulisan lainnya dari Ign. L. Adhi Bhaskara

tirto.id - Bisnis
Penulis: Ign. L. Adhi Bhaskara
Editor: Windu Jusuf