Menuju konten utama

Darmin: Tekanan terhadap Rupiah Bisa Berlangsung 2-3 Tahun Lagi

Darmin Nasution memprediksi tekanan terhadap rupiah masih bisa muncul hingga 2-3 tahun lagi. Karena itu, kata dia, pemerintah harus terus berupaya memperbaiki fundamental ekonomi.

Darmin: Tekanan terhadap Rupiah Bisa Berlangsung 2-3 Tahun Lagi
Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution didampingi Menteri Keuangan Sri Mulyani, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dan Wakil Ketua Dewan Komisioner OJK Nurhaida mengumumkan Paket Kebijakan Ekonomi XVI di Kantor Presiden, Kompleks Istana Kepresidenan, Jumat (16/11/2018). ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari.

tirto.id - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menyatakan ancaman tekanan terhadap nilai tukar rupiah belum akan hilang dalam waktu dekat. Meski saat ini, kurs rupiah sudah berada di kisaran Rp14.500-Rp14.600 per dolar AS, dia menilai situasi perekonomian dunia belum stabil.

"Jangan bermimpi ini akan selesai, karena bisa berlangsung dua atau tiga tahun lagi," ujar Darmin di Jakarta, pada Jumat (23/11/2018) seperti dikutip Antara.

Darmin memprediksi sejumlah tekanan eksternal terhadap rupiah masih mungkin muncul di kurun waktu 2-3 tahun lagi. Misalnya, normalisasi kebijakan Bank Sentral AS (The Fed), ancaman perang dagang hingga gejolak harga komoditas.

Karena itu, menurut Darmin, langkah strategis yang bisa dilakukan pemerintah guna mengantisipasi tekanan itu adalah terus membenahi fundamental ekonomi dalam negeri, terutama perbaikan defisit transaksi berjalan.

Namun, dia melanjutkan, hasil dari upaya pembenahan tersebut belum akan terlihat dalam waktu cepat dan membantu stabilisasi nilai tukar rupiah pada jangka pendek.

Dia mengklaim Paket Kebijakan Ekonomi XVI diluncurkan sebagai salah satu upaya membenahi defisit transaksi berjalan melalui peningkatan surplus neraca modal.

Paket itu meliputi kebijakan revisi peraturan Daftar Negatif Investasi (DNI), pemberian insentif untuk mendorong Devisa Hasil Ekspor dari sumber daya alam tersimpan di dalam negeri, dan membenahi peraturan insentif perpajakan.

Darmin menegaskan paket kebijakan itu diluncurkan guna memanfaatkan momentum kembali masuknya aliran modal ke Indonesia.

"Kalau modal jangka pendek tak masuk, tak ada yang bisa mengimbangi defisit. Tapi jangan dilihat ini akan langsung memperbaiki neraca transaksi berjalan," ujar Darmin.

"Transaksi berjalan itu butuh bertahun-tahun untuk memperbaiki. Bukan begitu keluar kebijakan, bulan depan atau tiga bulan lagi akan beres," kata Darmin kemudian.

Defisit neraca transaksi berjalan tercatat terus melebar hingga Triwulan III 2018. Pada periode ini, data Bank Indonesia mencatat defisit transaksi berjalan adalah sebesar 8,8 miliar dolar AS atau 3,37 persen dari PDB (Produk Domestik Bruto).

Apabila dibandingkan dengan Triwulan II 2018 yang sebesar 8 miliar dolar AS, jelas terlihat adanya kenaikan. Saat itu, defisit transaksi berjalan masih setara 3,02 persen dari PDB. Sementara secara kumulatif, defisit transaksi berjalan hingga Triwulan III 2018, tercatat 2,86 persen dari PDB.

Baca juga artikel terkait NILAI TUKAR RUPIAH

tirto.id - Ekonomi
Sumber: antara
Penulis: Addi M Idhom
Editor: Addi M Idhom