Menuju konten utama

Dari Mana 100 Ribu Ton Jagung yang akan Diimpor Pemerintah?

Selain mengandalkan stok jagung dari petani dalam negeri, negara yang produksinya tengah melimpah dan memasuki masa panen seperti Thailand juga akan jadi penyuplai.

Dari Mana 100 Ribu Ton Jagung yang akan Diimpor Pemerintah?
Direktur Utama Perum Bulog, Budi Waseso. tirto.id/Andrey Gromico

tirto.id - Direktur Utama Perum Bulog, Budi Waseso, menyampaikan bahwa pihaknya belum merealisasikan rencana impor jagung sebanyak 100 ribu ton yang izinnya sudah dibolehkan pemerintah pekan lalu.

Menurutnya, saat ini Bulog masih mengandalkan stok jagung dari para petani dalam negeri. Adapun negara yang akan jadi penyuplai jagung impor tersebut merupakan nergara-negara yang produksinya tengah melimpah dan memasuki masa panen.

"Ya makanya percepatan dari beberapa negara, kan, bisa. Seperti Thailand dan beberapa negara lain yang sedang produksi," ujarnya saat ditemui usai inspeksi harga dan ketersediaan beras di Pasar Induk Beras Cipinang, Kamis (8/11/2018).

Saat ini, kata Budi, pihaknya tengah mendata berapa perkiraan jagung yang bisa diserap oleh peternak kecil mandiri. Hal itu dilakukan untuk memastikan cadangan yang diimpor Bulog nantinya dapat diserap oleh para peternak.

Sebab, ia tak ingin Bulog merugi karena impor tak terserap seperti yang pernah terjadi di tahun 2016. Saat itu, perusahaan plat merah tersebut mengimpor 1,1 juta ton jagung namun ternyata tak diserap oleh para peternak

"Nanti kita suplai tidak ke pengusaha besar tetapi ke peternak kecil. Tidak sampai dua minggu sudah terdistribusi. Impor belum berlangsung. Yang ada dulu. Dilihat kebutuhan per hari, per minggu," imbuhnya.

Impor komoditas jagung di akhir tahun 2018 dilakukan pemerintah atas permintaan menteri pertanian Amran Sulaiman. Menurutnya, hal itu diperlukan untuk berjaga-jaga jika harga jagung untuk pakan ternak mengalami kenaikan.

Pasalnya, produksi jagung dari para petani lokal di Jawa Timur sudah diborong oleh pengusaha-pengusaha peternakan besar untuk menggantikan pakan ternak dari gandum. Hal ini menyebabkan para peternak kecil mandiri yang memanfaatkan jagung dari petani tak dapat jatah.

Harusnya (pengusaha besar) impor gandum, biasanya 200 ribu ton. Tetapi sampai hari ini nol. Enggak ada. Karena katanya alasannya ada kenaikan dollar. Selisih 2 ribu rupiah. Sehingga mereka ramai ramai serap jagung ke petani. Dibayar sebelum panen," tuturnya.

Baca juga artikel terkait IMPOR JAGUNG atau tulisan lainnya dari Hendra Friana

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Hendra Friana
Penulis: Hendra Friana
Editor: Yandri Daniel Damaledo