Menuju konten utama

Dari Hutan ke Fesyen yang Berkelanjutan

Gerakan sustainable fashion punya misi membuat industri mode lebih beretika pada lingkungan

Dari Hutan ke Fesyen yang Berkelanjutan
Ilustrasi seorang wanita berpose di hutan. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Layaknya persiapan menuju hari agung, Oprah Winfrey sudah menyiapkan semua keperluan untuk menghadiri Royal Wedding Pangeran Harry dan Mergan Markle. Oprah, perempuan berjuluk Ratu Media tersebut, membawa gaun berwarna beige hingga dia sadar hal penting: gaunnya mudah identik dengan putih. Di pernikahan Barat, undangan yang mengenakan warna putih dianggap melakukan faux pas, sebuah blunder tak tertanggungkan. Warna itu tak sopan dikenakan, sebab dianggap hanya boleh dikenakan oleh pengantin perempuan.

“Di hari Jumat pagi, aku sadar, gaun beige yang rencananya akan kupakai ke pemberkatan Royal Wedding akan tampak terlalu ‘putih’,” tulis Oprah di Instagramnya.

Maka terjadilah balada Bandung Bondowoso era modern: Oprah meminta perancang busana Stella McCartney, yang juga mendesain busana resepsi Markle, untuk membuat gaun dalam sehari semalam. Yang istimewa sekaligus banyak diperbincangkan, gaun klasik berwarna dusty pink itu terbuat dari serat rayon (viscose fibre).

“Bahan yang kami pakai di desain baju Oprah terbuat dari serat rayon berkelanjutan (sustainable viscose), yang merupakan pernyataan sikap tentang etos kerja kami dan bagaimana kami mendefenisikan ulang bahan yang kami pakai di luxury fashion,” tulis Stella di situsnya.

Stella memang dikenal sebagai desainer yang kerap mendengungkan keberlanjutan dan etos ramah lingkungan di dunia fesyen. Sejak 2017, produk yang didesain Stella selalu menggunakan bahan baku tekstil yang sustainable atau berkelanjutan, yaitu rayon dari bahan yang ramah lingkungan, berasal dari hutan tanaman produksi di Swedia yang dikelola berkelanjutan dan tersertifikasi. Dengan cara ini, anak Paul McCartney tersebut memastikan tak akan ada penggundulan hutan untuk menghasilkan serat rayon.

“Dengan itu, kami bisa melacak semua asal serat rayon, memastikan rayonnya berasal dari hutan yang dikelola secara berkelanjutan,” tutur Stella.

Gerakan sustainable fashion memang sedang jadi tren di seantero dunia. Misinya, menjadikan industri mode lebih beretika terhadap lingkungan dengan menggunakan bahan baku yang lebih ramah lingkungan. Contohnya, bahan baku pakaian dituntut untuk tidak mengandung bahan kimia yang berbahaya untuk lingkungan, atau tidak terbuat dari bahan yang sulit terurai.

Pesohor dunia seperti Emma Watson juga ikut menyuarakan pentingnya mengenakan pakaian yang ramah lingkungan. Dalam tur promosi film Beauty and The Beast 2017 lalu, Emma bersama Eco Age berkolaborasi dengan desainer papan atas seperti Givenchy, Philip Lim, Louis Vuitton, menghasilkan pakaian trendi yang bersumber dari bahan yang berkelanjutan. Salah satu yang dikenakannya adalah setelan hitam berbahan baku rayon yang dirancang khusus oleh Philip Lim.

Sejak 2010, Emma memang tergerak untuk mengkampanyekan perdagangan yang adil dalam dunia fashion sejalan dengan predikatnya sebagai Duta PBB untuk perempuan. Aktris yang tenar lewat perannya sebagai Hermione dalam saga Harry Potter tersebut bahkan meluncurkan situs Feel Good Style yang didedikasikan untuk fesyen yang berkelanjutan pada 2010 lalu.

Infografik Advertorial APR

Infografik Advertorial Fesyen yang Berkelanjutan. tirto.id/Mojo

Bagaimana Mencari Rayon Ramah Lingkungan?

Di jagat garmen, rayon disebut menempati peringkat ketiga dalam daftar bahan yang paling banyak dipakai, di bawah polyester dan kapas. Pada 2018, jumlah produksi rayon global mencapai 5,8 juta ton.

Angka tersebut diprediksi akan terus menanjak seiring menjamurnya tren sustainable fashion. Rayon yang berasal dari sumber terbarukan, yakni kayu, memiliki sifat mudah terurai (biodegradable) dalam jangka waktu relatif cepat. Dengan sifat alaminya ini, rayon kerap menjadi bahan utama untuk mewujudkan desain sustainable fashion.

Beberapa jenama fesyen dan perusahaan retail setuju menggunakan rayon yang berkelanjutan. Menegaskan komitmen tersebut, nama-nama seperti Inditex, ASOS, H&M, Tesco, Esprit, juga Marks & Spencer sudah menandatangani Changing Market’ Roadmap. Konsep berkelanjutan ini salah satunya terlihat dari bagaimana mereka bisa melacak muasal rayon yang dipakai, sama seperti yang dilakukan Stella McCartney

Di Indonesia, gerakan rayon ramah lingkungan dan berkelanjutan salah satunya diinisiasi oleh Asia Pacific Rayon (APR). APR yang baru beroperasi pada awal tahun ini merupakan produsen serat rayon pertama yang terintegrasi secara penuh di Asia.

Serat rayon yang dihasilkan APR berasal dari hutan tanaman industri yang dikelola secara berkelanjutan oleh afiliasinya, APRIL Group. Bahan baku yang diproduksi APRIL terbukti kelestariannya dengan jaminan dua sertifikasi nasional dan internasional, yaitu Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) dan Programme for the Endorsement of Forest Certification (PEFC).

Dari bahan alami itu, rayon buatan APR diklaim 100 persen biodegradable dan bisa secara alami terurai di tanah. Hingga Juli 2019, APR sudah menghasilkan 100.000 ton rayon dari kapasitas produksi 240.000 ton per tahun. Sekitar 55 persen produk mereka diekspor ke 14 negara, seperti Turki, Vietnam, Bangladesh, Brasil, juga Jerman dan Italia. Sedangkan sisanya dipakai untuk kebutuhan di dalam negeri.

Tak hanya lebih ramah lingkungan, serat rayon yang dihasilkan APR juga berkontribusi untuk mengurangi impor bahan baku tekstil nasional. Dengan adanya produk rayon dalam negeri, secara bertahap Indonesia mampu mengurangi tingginya impor bahan baku tekstil yang berdampak pada penghematan devisa.

Saat ini, APR fokus menggandeng pelaku industri kreatif, termasuk berkolaborasi dengan desainer di Indonesia Fashion Chambers (IFC) untuk ikut serta dalam pameran. Selain itu, APR juga kerap bekerjasama dengan sekolah mode dan pelaku usaha kecil dan menengah untuk mengenalkan sustainable fashion di Indonesia

Untuk lebih menegaskan status keberlangsungan rayon milik APR, Saat ini mereka bekerjasama dengan Perlin, salah satu penyedia jasa blockchain terbesar di dunia. Dengan teknologi blockchain dan inisiatif follow our fiber ini, pengguna rayon dari APR bisa memeriksa jejak bahan yang mereka gunakan. Dari lokasi penanaman pohon, ditebang di usia berapa, hingga bagaimana produk yang mereka produksi dikirim ke konsumen. Dengan ini, traceability produk jadi terjamin.

Tentu, apa yang dilakukan oleh para pegiat fesyen berkelanjutan seperti Stella, maupun perusahaan penghasil rayon seperti APR tidak serta merta akan menyelamatkan dunia. Namun apa yang mereka lakukan adalah langkah awal yang bagus: mulai bertanggungjawab dengan apa yang kita konsumsi.

Dan, menyitir apa yang pernah dibilang oleh Neil Armstrong: satu langkah kecil seorang manusia, bisa jadi lompatan besar untuk umat manusia.

(JEDA)

Penulis: Tim Media Servis