Menuju konten utama

Dampak Obesitas pada Balita, Risiko Penyakit dan Komplikasinya

Sama seperti obesitas pada dewasa, obesitas pada balita juga menimbulkan risiko penyakit dan komplikasi serius.

Dampak Obesitas pada Balita, Risiko Penyakit dan Komplikasinya
Ilustrasi bayi makan. foto/Istockphoto

tirto.id - Obesitas tidak hanya bisa terjadi pada orang dewasa, tetapi juga balita. Sama seperti obesitas pada dewasa, obesitas pada balita juga menimbulkan risiko penyakit dan komplikasi serius.

Obesitas sendiri adalah akumulasi lemak abnormal atau berlebihan yang memicu risiko bagi kesehatan. Dikutip dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) kasus obesitas pada anak-anak di Indonesia cukup tinggi.

Berdasarkan data terakhir yang dicatat Kemenkes pada 2018 prevalensi obesitas pada balita di dalam negeri mencapai 3,8 persen. Sedangkan menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), di tahun 2020 ada sekitar 39 juta balita yang mengalami kelebihan berat badan atau obesitas.

Penyebab Balita Mengalami Obesitas

Penyebab balita mengalami obesitas bisa dipengaruhi oleh sejumlah faktor, mulai dari keturunan hingga perawatan dari orang tua.

Dikutip dari Mayo Clinic ada beberapa penyebab yang dapat meningkatkan risiko bayi mengalami obesitas, termasuk:

  • Konsumsi susu formula tinggi protein dan gula sejak bayi alih-alih ASI;
  • Diberi makanan pendamping ASI yang tinggi gula dan lemak;
  • Lahir dari ibu yang obesitas;
  • Kurang beraktivitas sehingga kalori yang dikonsumsi tidak terbakar;
  • Lahir di keluarga dengan obesitas atau lingkungan yang memiliki kebiasaan makan tidak sehat;
  • Menjalani pengobatan untuk penyakit tertentu, seperti pengobatan untuk leukimia.

Risiko Penyakit dan Komplikasi Obesitas pada Balita

Menurut WHO obesitas pada masa kanak-kanak dikaitkan dengan kemungkinan obesitas di masa dewasa yang lebih tinggi. Selain itu ada risiko kematian dini dan kecacatan di masa dewasa.

Setidaknya ada beberapa masalah kesehatan yang dapat dialami oleh balita obesitas, termasuk:

  • kesulitan bernapas;
  • meningkatkan risiko patah tulang;
  • mengalami hipertensi;
  • mengalami gangguan psikologis;
  • mengalami gangguan perkembangan, seperti kesulitan berjalan, berdiri, atau duduk.

Selain masalah kesehatan, balita obesitas juga rentan mengalami komplikasi kesehatan berupa:

  • penyakit kardiovaskular, terutama penyakit jantung dan stroke, yang merupakan penyebab utama kematian pada tahun 2012;
  • resistensi insulin hingga penyakit diabetes;
  • mengalami gangguan muskuloskeletal, terutama osteoartritis atau penyakit degeneratif sendi pemicu kelumpuhan;
  • mengalami kanker saat beranjak dewasa, termasuk endometrium, payudara, ovarium, prostat, hati, kandung empedu, ginjal, dan usus besar.

Cara Mencegah Obesitas pada Balita

Obesitas merupakan masalah serius yang dapat dicegah dengan penerapan gaya hidup sehat. Pada balita, pencegahan obesitas sangat dipengaruhi oleh peranan orang tua.

Dikutip dari Harvard Health Publishing, ada beberapa cara untuk menjaga berat badan balita tetap normal dan terhindar dari obesitas:

1. Berikan ASI eksklusif

ASI merupakan makanan sempurna yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi. Meskipun padat nutrisi, ASI tidak berisiko menyebabkan bayi mengalami kelebihan asupan.

Oleh karena itu, bayi hingga balita berusia 2 tahun sangat disarankan mengonsumsi ASI.

2. Hindari memberi kudapan untuk menghentikan tangis

Hindari memberi balita kudapan seperti permen atau es krim untuk menghentikan tangisannya. Perlu diketahui bahwa tidak semua tangis balita berarti lapar.

Alih-alih diberikan kudapan agar diam, orang tua dapat mencoba cara mempelajari penyebab tangisan anak. Tangisan dan tantrum bisa jadi karena mengantuk, rasa tidak nyaman, atau bahkan bosan.

3. Berikan MPASI rendah gula

Menurut American Academy of Pediatrics, balita di bawah usia 2 tahun tidak disarankan untuk mengonsumsi gula tambahan sama sekali.

Anak-anak baru bisa mengonsumsi gula setelah berusia 2 tahun ke atas dengan jumlah tidak lebih dari 25 gram (6 sendok makan).

Alih-alih memberikan anak makan proses mengandung gula, berikan makanan yang sehat seperti potongan buah atau sayur.

4. Atur jam makan bersama keluarga

Pastikan balita memiliki kebiasaan jam makan yang baik. Jika perlu jadwalkan jam makan balita sesuai jam makan keluarga.

Hal ini dilakukan agar balita membiasakan diri pukul berapa mereka harus makan dan tidak rewel sebelum masuk jam makan.

Hindari juga memberikan camilan terlalu banyak di sela-sela waktu makan. Hal ini dapat membuat anak-anak kenyang lebih dulu dan tidak berselera saat jam makan tiba.

5. Ajak balita tetap aktif bergerak

Kalori yang dikonsumsi balita perlu dibakar menjadi energi agar tidak menumpuk menjadi lemak dan memicu obesitas.

Bayi yang masih di bawah 1 tahun sudah memiliki kemampuan untuk melakukan aktivitas bermain seperti tummy time. Sedangkan pada anak-anak yang lebih besar bisa diajak menari atau belajar bergerak.

Orang tua juga bisa menjadwalkan permainan aktif dan olahraga keluarga sebagai rutinitas sehari-hari. Nantinya, seiring anak-anak tumbuh dewasa, mereka akan melakukan kegiatan tersebut sebagai kebiasaan.

Baca juga artikel terkait LIFESTYLE atau tulisan lainnya dari Yonada Nancy

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Yonada Nancy
Editor: Yantina Debora