Menuju konten utama

Dampak Negatif Kecanduan Video Porno: Pelecehan Hingga Pemerkosaan

Kelompok usia rentan yang menonton video porno dapat menimbulkan kecanduan berkepanjangan yang sulit diatasi.

Dampak Negatif Kecanduan Video Porno: Pelecehan Hingga Pemerkosaan
Ilustrasi konten pornografi. Getty Images/iStockphoto

tirto.id - Kesampingkan sejenak kesenangan semu Anda ketika menonton video porno. Public Health Post mencatat, terlalu banyak menonton video porno dapat mengancam kesehatan sosial, emosional, dan fisik.

Dampak ini menyoroti sejauh mana pornografi menjadi krisis kesehatan masyarakat yang memicu pelecehan terhadap perempuan dan anak-anak, daripada sekadar masalah pribadi.

Dengan menggunakan berbagai metodologi, sejumlah peneliti dari disiplin ilmu yang berbeda menemukan pornografi diasosiasikan sebagai hasil yang merusak.

Studi yang melibatkan laki-laki di perguruan tinggi Amerika Serikat mengungkap, mereka yang lebih banyak menonton video porno berpotensi lebih besar untuk melakukan pemerkosaan dan pelecehan seksual daripada mereka yang tidak menonton porno dalam rentang waktu 12 bulan terakhir.

Public Health juga mengungkap meta analisis terbaru dari 22 penelitian antara 1978 dan 2014 dari tujuh negara berbeda menyimpulkan, konsumsi pornografi dikaitkan dengan kemungkinan peningkatan melakukan tindakan agresi seksual verbal atau fisik, tanpa memandang usia.

Penikmat video porno, apalagi yang masih berada di usia anak-anak hingga remaja, belum dapat sepenuhnya mencerna mana yang boleh ditiru dan tidak, mana yang baik untuk dirinya maupun tidak.

Menonton film biru dalam kelompok usia yang riskan ini dapat menjadikan candu dengan efek yang berkepanjangan dan bisa jadi sulit untuk ditangani secara cepat.

Jika menikmati seni dan mempelajari seni dapat mengembangkan kemampuan otak kanan, maka tidak dengan menikmati pornografi. Penelitian-penelitian yang menyelidiki aktivitas otak para pecandu seks menemukan aktivitas otak pecandu pornografi memiliki banyak kesamaan dengan para pecandu narkotika.

Dilihat dari segi kesehatan reproduksi, pornografi pada pria dapat menyebabkan disfungsi ereksi saat melakukan masturbasi. Aktivitas-aktivitas yang ditayangkan dalam konten pornografi pun kebanyakan tidak real dan bisa jadi berbahaya.

Sebab, sejatinya saat menonton video porno, orang akan cenderung ikut terhanyut dan mengimajinasikan apa yang mereka lihat dan dengar, kegiatan seks adalah hal yang sangat menyenangkan.

Namun, jika apa yang diupayakan tidak sesuai dengan harapan, di situlah dampak pornografi terlihat. Pelaku akan merasa malu, marah, bahkan frustasi manakala tidak mencapai kepuasan yang sama saat menonton pornografi.

Pasangan atau individu yang mempelajari adegan dalam video seksi tersebut dikhawatirkan terjadi suatu hal yang tidak diinginkan, seperti kecelakaan dalam aktivitas seksual, kehamilan yang tidak diinginkan, hingga kematian.

Menurut Prof Victor B. Cline, periset psikososial dan pornografi, terdapat empat tahapan perkembangan kecanduan seksual di kalangan konsumen pornografi.

Pertama, adiksi yaitu ketagihan atau kecanduan setelah menyelesaikan aktivitas menikmati pornografi.

Kedua, eskalasi yaitu peningkatan kualitas ketagihan menjadi perilaku yang semakin menyimpang, misalnya seks dengan kekerasan, hingga dengan hewan bahkan mayat.

Ketiga, desentisisasi yaitu menipisnya sensitifitas dan pecandu kian permisif dan kebal dengan segala sesuatu yang berbau porno, karena dianggap sebagai hal yang lumrah.

Terakhir, acting out yaitu dorongan untuk mulai mempraktikkan apa yang selama ini mereka konsumsi: mencari pasangan bersetubuh dan melakukan adegan-adegan yang disukai dari produk-produk pornogrrafi yang ditonton.

Baca juga artikel terkait VIDEO PORNO atau tulisan lainnya dari Alifa Justisia

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Alifa Justisia
Editor: Dipna Videlia Putsanra