Menuju konten utama

Dahulu, Kini, dan Masa Depan Ada di Kereta

Kereta api mengambil peran besar dalam perjalanan transportasi massal di Indonesia, termasuk saat digunakan untuk kegiatan mudik Lebaran ke kampung halaman. Sayangnya, transportasi yang terkenal murah ini baru bisa dinikmati oleh segelintir masyarakat Indonesia.

Dahulu, Kini, dan Masa Depan Ada di Kereta
Petugas schowing melakukan pengecekan rangkaian kereta api (KA) kelas eksekutif sesaat sebelum berangkat menuju Surabaya guna menjalani uji mekanik dari stasiun KA Madiun, Jatim, Jumat (13/5). Antara foto/siswowidodo/aww/16.

tirto.id - Barangkali, kereta api adalah angkutan modern lebaran tidak resmi pertama di Indonesia. Kereta api pertama di Indonesia beroperasi pada 1867 untuk jalur Semarang-Tanggung. Semula, kereta dimaksudkan untuk mengangkut hasil bumi untuk memperkaya kas Kerajaan Belanda. Dalam perkembangannya, kereta api kemudian menjadi moda angkut penting untuk pribumi.

Politik etis yang bergulir di pergantian abad XIX ke XX, disusul dengan maraknya industri dan perkebunan, memunculkan perpindahan penduduk dalam skala yang lebih besar. Ada yang ikut transmigrasi ke Lampung atau jadi kuli kontrak di Deli bahkan ke Suriname. Pascapolitik etis, barangkali adalah gelombang perantauan terbesar bagi orang-orang Jawa agraris. Perantau-perantau itu, banyak yang tidak bisa pulang kembali ke kampungnya. Mereka dibawa terlalu jauh dari kampungnya. Jawa akhirnya seperti Padang, Bugis dan Makassar yang punya banyak perantau.

Urbanisasi karena ramainya pekerjaan di kota dan makin sempitnya lahan pertanian di Jawa di awal abad XX, membuat kota-kota di Jawa seperti Surabaya atau Semarang menjadi ramai oleh perantau dari desa. Mereka rela menjual tenaga sebagai kuli. Perantau ini tak pergi jauh hingga ke luar Jawa. Jika asal daerah tapal kuda di Jawa Timur, mereka mungkin merantau ke Surabaya. Jika dari daerah Banyumas, mereka merantau di sekitar Semarang. Mereka hanya perlu naik kereta api, cikar atau dokar untuk bisa mudik ke kampung halaman.

Sebagai pulau yang paling terjajah di era kolonial, Jawa memiliki jalur transportasi paling lengkap dibanding pulau lain di Indonesia. Sebelum tahun 1945, kota-kota di Jawa sudah terhubung jalur rel kereta api. Kereta di Jawa pernah dikelola perusahaan-perusahaan seperti Staatspoors, Nederlandsch Indische Spoorwegs Maatschappij dan lainnya. Kereta itu tak hanya untuk angkut hasil bumi. Tapi juga angkut orang-orang pribumi yang lebih doyan naik kereta ketimbang orang Belanda sendiri.

Kereta api, sebelum ada bis di Jawa adalah transportasi rakyat yang sangat penting. Orang-orang pribumi lebih suka bepergian dengan kereta api, ketimbang orang-orang Eropa yang lebih suka tinggal di rumah, menurut Rudolf Mrazek, penulis Engineer of Happyland (2006). Jika menonton film Moeder Dao, stasiun kereta api lebih banyak dipadati orang-orang pribumi.

Jalur kereta api yang lengkap di zaman Belanda, hanya ada di Jawa. Jalur kereta di Sumatera, Sulawesi, dan lainnya baru dalam rencana. Dalam buku Aanleg van Staatspoorwagen in Nederlandsch Borneo en Zuid Sumatra (1891), dilampirkan peta rencana pembangunan jalur rel kereta api di Kalimantan bagian selatan dan Sumatera bagian selatan. Namun, jalur tersebut belum terwujud hingga sekarang.

Di zaman modern sekarang, kereta api masih favorit pemudik. Selain cepat, harganya juga terjangkau. Pada musim mudik 2016, Kementerian Perhubungan memperkirakan mengalami kenaikan jumlah penumpang sebanyak 4,63 persen menjadi 4.113.867 penumpang. Sayangnya, layanan kereta belum menyentuh masyarakat di luar Pulau Jawa dan Sumatera.

Mega Proyek Kereta Luar Jawa

Masyarakat Pulau Jawa dan Sumatera termasuk beruntung karena sudah menikmati layanan kereta meski mayoritas relnya merupakan warisan pemerintah era kolonial Belanda. Kementerian Perhubungan (Kemenhub) mencatat di Pulau Jawa terdapat 6.324 km jalur kereta yang tersedia, sayangnya hanya 3.600 km yang beroperasi. Sedangkan di Sumatera, jalur kereta api yang aktif mencakup 1.369 km dari total 1.835 km yang tersedia.

Masih nihilnya fasilitas kereta barang dan penumpang di pulau lainnya di Indonesia, mendorong pemerintah membuat program pembangunan jalur kereta api sepanjang 4.000 km lebih diperkirakan menghabiskan anggaran sekitar Rp105,6 triliun.

Langkah konkretnya, pemerintah telah memulai pembangunan jalur kereta api Trans Sulawesi melalui pengembangan jalur kereta api baru sepanjang 1.772 km di Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Gorontalo, dan Sulawesi Utara.

Di Kalimantan akan dibangun proyek Trans Kalimantan sepanjang 2.428 km yang menghubungkan Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Barat. Juga ada pembangunan jalur kereta api Trans Papua melalui pengembangan jaringan kereta sepanjang 390 km. Mencakup rute kereta antar kota untuk rute Sorong-Manokwari-Nabire-Timika-Sarmi-Jayapura. Untuk kereta barang, akan dibangun di Kota Manokwari dan Pelabuhan Jayapura.

Pembangunan kereta luar Jawa bagian dari 19 proyek pembangunan infrastruktur sarana dan prasarana kereta api di berbagai daerah, sebagai proyek strategis nasional. Proyek ini tertuang dalam lampiran Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 3 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional, yang telah ditandatangani oleh Presiden Jokowi pada 8 Januari 2016.

Sayangnya di saat pembangunan kereta luar Jawa belum apa-apa, perhatian pemerintah sudah fokus pada proyek kereta cepat Jakarta-Bandung di Jawa. Namun, untuk memulai proyek cepat, Presiden Jokowi cukup hati-hati terutama dalam menjaga kesan dalam hal prioritas pembangunan antara Pulau Jawa dan luar Jawa. Presiden Jokowi harus sabar menunggu momen groundbreaking kereta cepat, karena mengutamakan lebih dahulu pembangunan proyek kereta Sulawesi sejak November 2015.

Namun Presiden Jokowi menegaskan, pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung yang dimulai Januari 2016 masih saling terkait dengan kereta di luar Jawa.

“Kereta cepat Jakarta-Bandung adalah bagian dari rencana besar kita menghubungkan kota-kota besar di Jawa dan luar Jawa,” kata Presiden Jokowi.

Pemerintah punya target mengembangkan jaringan perkeretaapian nasional hingga 2030 dengan total panjang rel mencapai 12.100 km untuk Pulau Jawa, Bali, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua serta 3.800 km untuk jaringan kereta api perkotaan.

Semoga di masa mendatang kebahagiaan mudik atau kebutuhan transportasi harian dengan kereta tak hanya jadi bagian dari kehidupan publik di Pulau Jawa dan Sumatera. Transportasi massal pertama ini sudah seharusnya menjadi hak seluruh masyarakat Indonesia, dahulu, kini, dan masa depan.

Baca juga artikel terkait SOSIAL BUDAYA atau tulisan lainnya dari Suhendra

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Suhendra & Petrik Matanasi
Penulis: Suhendra
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti