Menuju konten utama

Daftar Wisata di Kutai Kartanegara, Lokasi Ibu Kota Baru Indonesia

Daftar wisata budaya dan wisata alam yang ada di Kabupaten Kutai Kartanegara, lokasi ibu kota baru Indonesia.

Daftar Wisata di Kutai Kartanegara, Lokasi Ibu Kota Baru Indonesia
Museum Mulawarman, dahulunya adalah Istana Kesultanan Kutai. FOTO/Istimewa

tirto.id - Kabupaten Kutai Kartanegara merupakan lokasi ibu kota baru Indonesia yang telah ditetapkan Presiden Joko Widodo. Lokasi ibu kota tepatnya akan berada di sebagian Kabupaten Penajam Paser Utara dan Kutai Kartanegara.

Kutai Kartanegara atau Kukar berjarak sekitar 70,6 kilometer dari Kota Samarinda (126 kilometer dari Kota Balikpapan). Sebagian wilayah Kukar adalah daerah pesisir dengan luas pantai sebesar 202.281 hektare. Data terakhir dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2016 Kukar setidaknya dihuni oleh 717.789 penduduk.

Dilansir dari laman resmi Pemkab Kukar, pemerintah kabupaten ini memiliki program smart regency yang dicanangkan pada tahun 2018 hingga 2019. Program ini bertujuan peningkatan pelayanan komunikasi dan informasi di bidang kependudukan, kepegawaian, dan keuangan.

Industri tambang di Kukar cukup tersohor di Indonesia, baik pertambangan migas maupun nonmigas. Berdasarkan data dari Dinas Pertambangan total produksi batu bara di Kukar mencapai 55,8 juta ton pada 2015.

Kabupaten Kukar terkenal dengan Tugu Equator, di mana wilayah yang berada tepat di garis Katulistiwa. Tugu ini terkenal karena ketika matahari tepat di atas kepala, bayangan tugu akan hilang meskipun ditempa sinar matahari. Karena menjadi salah satu ikon kabupaten Kukar, peristiwa ini dirayakan dalam Hari Tanpa Bayangan pada 22 Maret 2015.

Selain itu, Kukar juga memiliki tempat wisata lain seperti kawasan hutan konservasi Bukit Bangkirai Samboja, Pantai Tanah Merah Samboja, Museum Mulawarman, Waduk Panji Sukarame, Planetarium Jagad Raya dan suaka perlindungan hewan Borneo Orang Utan Survival (BOS) Samboja.

Berikut ini wisata budaya dan wisata alam yang ada di Kukar, sebagaimana dihimpun Tirto dari situs web Dinas Pariwisata Kabupaten Kukar.

  • Situs Muara Kaman
Muara Kaman merupakan cikal bakal berdirinya Kerajaan Kutai pada abad ke-4 dengan rajanya yang terkenal yakni Raja Mulawarman. Muara Kaman yang dalam lembar Sejarah Nasional Indonesia diklaim sebagai sentral Kerajaan Hindu tertua pada abad ke IV di negeri ini, disebut sebagai tonggak awal penelusuran Kerajaan Kutai atau Kerajaan Kutai Martapura (Martadipura).

Salah satu bukti bekas peninggalan Kerajaan Kutai yang masih dapat dijumpai di Muara Kaman adalah sebuah batu berbentuk balok panjang yang disebut Lesong Batu. Batu ini lah yang menjadi bahan untuk membuat prasasti yupa pada masa kejayaan kerajaan Hindu tertua di Indonesia tersebut.

Lesong Batu ini merupakan peninggalan sejarah yang masih tersimpan secara utuh di Muara Kaman. Lesong Batu merupakan salah satu prasasti peninggalan Kerajaan Hindu Kutai dibawah kepemimpinan Raja Mulawarman Nala Dewa.

  • Kompleks Makam Sultan Kutai Kartanegara
Kompleks Makam Sultan Kutai Kartanegara berada dalam satu kawasan dengan Kedaton Kutai Kartanegara dan Museum Mulawarman. Di kompleks ini terdapat 142 makam para kerabat dan Sultan Kutai Kartanegara. Nisan (jirat) para Sultan serta kerabat Kesultanan Kartanegara terbuat dari kayu besi (ulin) dan terukir tulisan Arab. Dilihat dari berbagai nisan yang ada di kompleks pemakaman ini, diindikasikan terdapat percampuran kebudayaan yang tercermin pada bentuk nisan.

Ragam hias yang terdapat pada nisan di Makam Sultan Kutai Kartanegara menyerap unsur budaya lain seperti budaya Bugis, Makassar, Dayak, dan Islam. Percampuran budaya tersebut terlihat dari kekhasan ragam hias yang diwakili dan dimiliki oleh masing-masing budaya yang tercermin pada ragam hias di Makam Sultan Kutai Kartanegara. Masing-masing kekhasan sebagai berikut.

  1. Ragam hias Makassar: helai mawar, mawar, bonggol bunga, lingkaran, swastika, tumpal, belah ketupat, dan ular.
  2. Ragam hias Bugis: bintang, belah ketupat, helai mawar, tumpal, dan gada.
  3. Ragam hias Dayak: pelipit, mawar, gada (blontang), dan ular.
  4. Ragam hias dengan pengaruh Islam: kaligrafi, swastika banji dan stilir ekor, bingkai cermin, kepala dan badan ular.

  • Desa Budaya Lekaq Kidau
Objek wisata ini menyajikan berbagai keunikan, mulai dari kehidupan sehari-hari hingga adat istiadat. Di dusun ini, pengunjung dapat menyaksikan aktivitas keseharian masyarakat Dayak Kenyah bercocok tanam dengan menggunakan peralatan sederhana. Di desa ini, kaum perempuan menguntai manik-manik menjadi gelang, kalung, tas punggung, ikat kepala, tameng, dan hiasan kepala.

Masyarakat adat Suku Dayak Lekaq Kidau masih menjalankan berbagai tradisi dan adat istiadat nenek moyang mereka. Meskipun telah ditempatkan seorang kepala desa, tetapi dusun ini tetap dipimpin seorang kepala adat yang bertugas menyelesaikan masalah-masalah adat, misalnya perselisihan di antara para warga.

Bagi yang dianggap bersalah, akan mendapat hukuman denda sesuai dengan perbuatannya, seperti denda dengan mandau, tajau, uang, dan sebagainya.

Pada waktu-waktu tertentu, seperti ulang tahun desa, hari natal, tahun baru, atau ketika musim panen, masyarakat setempat mengadakan Festival Budaya Adat Dayak Kenyah Lekaq Kidau dengan menggelar kegiatan seni budaya, seperti tari-tarian dan upacara adat. Dalam festival ini juga diisi dengan berbagai kegiatan olahraga tradisional, seperti begasing, menyumpit, dan lomba perahu tradisional.

  • Kawasan Wisata Alam Bukit Bangkirai
Bukit Bangkirai merupakan kawasan konservasi hutan yang terletak di Kilometer 38 Jalan Raya Soekarno-Hatta, Balikpapan-Samarinda, dan masuk wilayah Kecamatan Samboja. Kawasan hutan alam ini dekat dengan wilayah perkotaan dan menjadi monumen hutan tropis di Kalimantan Timur, didominasi oleh jenis flora dari famili Dypterocarpaceae seluas 1.500 hektare.

  • Borneo Orangutan Survival Foundation (BOSF) Samboja
BOSF Samboja terdiri atas 3 pengelolaan, yaitu BOSF, Samboja Lestari, dan Samboja Lodge. Program suaka ini melindungi hewan-hewan yang sudah mulai punah, yakni orangutan dan beruang madu. Awal bediri BOSF dimulai pada 1991 untuk proyek rehabilitasi orangutan. Program ini cocok untuk dijadikan wisata pendidikan dan penelitian.

Samboja Lestari adalah program yang mengedepankan misi kelestarian lingkungan di dalamnya, sedangkan Samboja Lodge adalah sarana cottage, yang menawarkan beberapa program ekowisata antara lain rehabilitasi satwa, kegiatan lahan kritis, kegiatan kebun organik, kegiatan pembuatan pupuk organik, dan pengamatan kehidupan liar yang ada di sekitar kawasan Borneo Orangutan Survival Foundation Samboja.

  • Danau Semayang
Danau Semayang termasuk salah satu fenomena alam yang dijadikan objek wisata. Di tempat ini, masih dapat ditemui habitat ikan pesut atau lumba-lumba air tawar yang saat ini sudah hampir punah, bahkan jarang ditemui. Pengunjung yang mendatangi Danau Semayang dapat menikmati keindahan alam ketika matahari terbit dan terbenam.

Dinas Pariwisata mencatatkan, Kabupaten Kutai Kartanegara masih memiliki sejumlah pesona alam lainnya seperti Danau Melintang, Pantai Tanah Merah, Pantai Ambalat, dan Pulau Pangempang.

Baca juga artikel terkait WISATA atau tulisan lainnya dari Dipna Videlia Putsanra

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Dipna Videlia Putsanra
Editor: Agung DH