Menuju konten utama

Dabbawala, Jaringan Pengantaran Makanan Paling Akurat di Dunia

Dari setiap enam juta pengiriman, kurang dari satu yang mengalami kekeliruan. Itulah tingkat akurasi Dabbawala.

Dabbawala, Jaringan Pengantaran Makanan Paling Akurat di Dunia
Header Mozaik Dabbawala. tirto.id/Quita

tirto.id - Seorang ibu rumah tangga bernama Ila, tidak sengaja mengirimkan bekal suaminya ke alamat yang salah dan akhirnya bekal tersebut diterima oleh Saajan, seorang pegawai kantor akuntan.

Ila dan Saajan kemudian bertukar catatan melalui bekal rantang yang membuat mereka semakin dekat satu sama lain. Mereka membicarakan hidup, cinta, kesepian, kerinduan, dan harapan.

Saajan merasa hidupnya hampa dan tidak punya tujuan setelah kehilangan istrinya. Ia mulai menemukan arti hidupnya kembali melalui hubungannya dengan Ila, ibu rumah tangga yang tidak bahagia dalam pernikahannya.

Kedua karakter ini menunjukkan sisi manusia yang sama-sama rentan dan merasa kesepian di tengah kehidupan kota Mumbai yang keras.

Kisah tersebut adalah ringkasan cerita The Lunchbox (2013), film romantis India besutan sutradara Ritesh Batra. Karakter Saajan dan Ila dihubungkan lewat secarik kertas yang diselipkan ke dalam rantang yang diantarkan oleh Dabbawala, sebuah sistem pengantaran makanan yang sangat efisien di Mumbai, India.

Dabbawala mengambil makanan dari rumah atau restoran langganan pekerja dan mengirimkannya ke kantor mereka pada siang hari, kemudian mengambil kotak makanan yang kosong pada sore hari dan mengirimkannya kembali ke rumah pelanggan atau restoran.

Telah Beroperasi Selama 133 Tahun

Dalam bahasa Hindi, "Dabbawala" secara harfiah berarti "orang yang membawa kotak makanan". "Dabba" berarti "kotak makanan" atau "tiffin box" atau “rantang”, sementara "wala" merupakan sufiks yang menunjukkan profesi atau pekerjaan.

Setidaknya lebih dari 5.000 Dabbawala mengantarkan makanan ke lebih dari 200.000 pelanggan setiap harinya. Sebagian besar dari mereka buta huruf, sehingga untuk menunjang operasionalnya harus menggunakan sistem kode warna untuk mengidentifikasi rantang yang harus dikirim ke mana saja.

Kode tersebut terdiri dari beberapa bagian yang masing-masing mewakili informasi yang berbeda. Bagian pertama adalah kode untuk daerah atau stasiun pengambilan bekal makanan, sementara bagian kedua kode untuk stasiun tujuan. Bagian ketiga kode untuk area atau jalan tertentu di dekat stasiun tujuan. Kode tersebut kemudian diikuti dengan nomor seri yang unik untuk setiap rantang atau kotak makanan yang diambil dari rumah pelanggan.

Contohnya, sebuah kode mungkin terlihat seperti ini: E VLP 3 A2D5. Kode tersebut menunjukkan bahwa bekal makanan diambil dari jalan “E” di permukiman pelanggan, lalu “VLP” merupakan stasiun terdekat dengan pemukiman tersebut. Lalu angka “3” merupakan jalur kereta api yang dekat dengan kantor pelanggan, akan diantar ke gedung tujuan yang terletak di daerah “A2”, dan harus diantar ke lantai “5”, tempat pelanggan bekerja.

Dabbawala

Dabbawala. foto/istockphoto

Sistem pengiriman makanan Dabbawala dimulai sekitar 133 tahun yang lalu, pada masa kolonial Inggris di India, tepatnya tahun 1890. Seorang bankir asal Parsi yang datang ke koloni tidak begitu menyukai makanan setempat, memaksanya untuk mempekerjakan seseorang agar membawa makanan buatan sendiri ke tempatnya kerja. Hal ini disambut teman-temannya yang melakukan layanan serupa.

Pada awalnya, Dabbawala hanya melayani 100 orang dan terus berkembang sampai India mencapai kemerdekaannya pada tahun 1947.

Warsa 1956, Dabbawala berada di bawah naungan lembaga nirlaba Nutan Mumbai Tiffin Box Suppliers Association (NMTBSA) yang menganggap Dabbawala sebagai mitra. Lembaga ini secara rutin mengadakan pertemuan sebulan sekali yang dihadiri oleh pengurus, muqaddam (pengawas), dan perwakilan Dabbawala.

NMTBSA bertanggung jawab mengatur kegiatan Dabbawala dan menangani berbagai masalah yang terkait dengan pekerjaan, termasuk pelatihan, penggajian, dan manajemen kinerja.

Setiap Dabbawala dipandang sama rata sehingga mereka dibayar dengan kompensasi yang sama pula, yakni 7000 rupee per bulan. Gaji bersih ini telah memenuhi semua biaya seperti tiket bulanan kereta api dan biaya modal yang dikeluarkan untuk pembelian gerobak, peti, dan sepeda.

Untuk menghidupi lembaga dan kesejahteraan, setiap Dabbawala membayar 15 rupee per bulan sebagai kontribusi untuk dana kesejahteraan yang bertindak sebagai asuransi. Lembaga lalu menyediakan berbagai layanan dari dana kesejahteraan ini, termasuk fasilitas pinjaman untuk keadaan darurat, biaya pendidikan untuk anak-anak, perawatan kesehatan, dan sebagainya.

Pekerja dengan pengalaman lebih dari 10 tahun menjabat sebagai pengawas atau muqaddam. Setiap kelompok memiliki satu atau lebih muqaddam, yang mengawasi pengkodean, penyortiran, pemuatan dan pembongkaran dabbas (rantang), serta bertanggung jawab untuk menyelesaikan perselisihan, mengawasi pengumpulan, dan pemecahan masalah.

Rantai Pasokan yang Unik

Klien utama sistem Dabbawala adalah para pekerja di kota Mumbai, terutama mereka yang bekerja jauh dari rumah dan tidak memiliki waktu atau akses untuk memasak makanan di tempat kerja. Dabbawala juga melayani orang-orang yang tidak dapat memasak atau tidak memiliki keluarga yang memasak untuk mereka.

Sistem Dabbawala dimulai pada pagi hari antara pukul 07:00 sampai 09:00 saat rantang dari rumah ke rumah dikumpulkan. Setelah keluarga pelanggan selesai memasak, ia akan meletakkannya dalam rantang yang terbuat dari aluminium dan dilengkapi dengan tutup. Jika makan siang belum siap, maka Dabbawala akan berangkat ke tujuan berikutnya.

Setiap Dabbawala tidak melebihi 30 pelanggan dalam satu lingkungan yang sama. Proses ini memakan waktu setidaknya satu jam sebelum rantang-rantang itu diangkut menggunakan sepeda atau jalan kaki menuju stasiun kereta api lokal terdekat, titik tempat semua Dabbawala dalam satu wilayah saling bertemu dan memilahnya kembali sesuai dengan alamat tujuan.

Setelah sampai di stasiun, rantang akan dikelompokkan berdasarkan kode warna yang tertera. Kode ini menunjukkan tujuan akhirnya. Kemudian, para Dabbawala akan mengangkut kotak-kotak makanan menggunakan kereta api menuju stasiun terdekat dengan kantor pelanggan.

Setelah sampai di stasiun dekat kantor pelanggan, kotak-kotak makanan akan dikelompokkan kembali berdasarkan kode warna. Proses ini memakan waktu setidaknya 2 jam sebelum diambil oleh Dabbawala yang bertanggung jawab untuk mengantarkannya ke kantor pelanggan.

Sore harinya, Dabbawala akan mengumpulkan rantang tersebut dari berbagai kantor pelanggan menggunakan gerobak atau troli dan mengirimkannya kembali ke stasiun kereta api terdekat. Setelah tiba di stasiun, kotak makanan akan dikelompokkan dan diangkut kembali menggunakan sepeda atau berjalan kaki ke rumah pelanggan masing-masing.

Dengan begitu, kotak makanan dapat diterima kembali dalam keadaan kosong dan siap untuk digunakan pada hari berikutnya.

Dabbawala

Dabbawala. foto/istockphoto

Cocok dengan Kultur Mumbai

Mumbai--sebelumnya dikenal sebagai Bombay--adalah kota paling padat di India. Terletak di pantai barat India, Mumbai adalah ibu kota negara bagian Maharashtra.

Selama beberapa tahun sejak kemerdekaan India pada tahun 1947, pengembangan tata ruang Mumbai mengikuti pola pertumbuhan mono-sentris dan linier, aktivitas perkantoran dan komersial terkonsentrasi di ujung selatan kota, sedangkan pengembangan industri dan perumahan menyebar ke utara di sepanjang koridor rel pinggiran kota.

Hingga 1970-an, ekonomi Mumbai tumbuh subur di pabrik tekstil dan perdagangan laut. Industri pelabuhan dan perkapalan adalah sektor mapan di Mumbai dengan Pelabuhan Mumbai menjadi salah satu pelabuhan tertua di India.

Dalam 3 dekade terakhir, ekonomi telah melakukan diversifikasi ke sektor lain seperti teknik, pemolesan berlian, perawatan kesehatan, teknologi informasi, media, dan hiburan.

Data sensus Pemerintah India menyebutkan populasi Mumbai pada tahun 2011 mencapai 12,47 juta jiwa dengan kepadatan populasi rata-rata sekitar 22 ribu orang per kilometer persegi.

Kepadatan penduduk yang tinggi berdampak pada lalu lintas di Mumbai. Jalan-jalan sempit, penuh sesak, dan selalu sibuk dengan kendaraan bermotor, menjadikannya sebagai salah satu lalu lintas yang paling padat di dunia.

Meski begitu, Mumbai memiliki jaringan jalan raya dan kereta api paling luas di antara kota-kota besar di India. Kereta api di Mumbai bahkan merupakan jaringan transportasi tua yang telah beroperasi selama lebih dari 150 tahun.

Deepak Baindur dan Rosario Macario dalam risetnya "Mumbai lunch box delivery system: A transferable benchmark in urban logistics?" (2013) menyimpulkan, karena Mumbai kota yang sangat padat, transportasi umum seperti kereta api adalah pilihan yang sangat praktis bagi Dabbawala untuk mengumpulkan dan mengantarkan bekal makanan para pelanggannya.

Dabbawala

Dabbawala. foto/istockphoto

Kepercayaan dan Kejujuran

Jumlah Dabbawala yang melakukan penjemputan dalam satu lingkungan tergantung pada besar wilayah dan jumlah pelanggan di wilayah tersebut. Setiap kelompok terdiri dari sekitar 20 hingga 25 orang, yang dibagi menjadi beberapa tim atau grup dan menujuk satu orang pemimpin. Setiap grup bertanggung jawab atas wilayah tertentu di kota Mumbai, dan setiap anggota grup berpartisipasi dalam pengambilan dan pengiriman bekal makanan setiap hari.

Tarif untuk menggunakan sistem Dabbawala sangat terjangkau. Biasanya pelanggan membayar sekitar 400-600 rupee per bulan (setara dengan sekitar 5-8 USD) untuk setiap kotak makan siang, tergantung pada jarak antara rumah dan kantor mereka.

Harga ini sangat terjangkau dan cocok untuk para pekerja yang ingin menikmati makanan rumahan yang sehat dan bergizi tanpa harus memasak sendiri atau membeli makanan di luar yang mungkin lebih mahal dan kurang sehat.

Biasanya negosiasi lebih lanjut mengenai harga dan waktu pengambilan dilakukan antara pelanggan dan pemimpin tim. Pelanggan berpenghasilan rendah kadang dikenakan biaya lebih rendah daripada yang lain. Terserah pemimpin tim untuk memutuskan tarif akhir berdasarkan penilaiannya dan pertimbangan status ekonomi pelanggan.

Saking percayanya akan sistem Dabbawala, terkadang gaji pelanggan juga sering diselipkan ke dalam rantang pengembalian. Ini dilakukan karena risiko kereta api Mumbai yang rawan pencopetan.

Homogenitas Dabbawala merupakan salah satu kunci utama Dabbawala bisa bertahan karena sebagian besar dari mereka berasal dari sekte Varkari, sebuah sekte Hindu yang terkenal di wilayah Maharashtra di India, termasuk di Mumbai. Kelompok ini dikenal karena ajaran spiritualnya yang menekankan pada kesederhanaan, kerja keras, dan kejujuran. Ini menjadi salah satu faktor penting dalam membangun kepercayaan dan reputasi baik bagi Dabbawala.

Infografik Mozaik Dabbawala

Infografik Mozaik Dabbawala. tirto.id/Quita

Pada 2003, Pangeran Charles, pewaris takhta Inggris, mengunjungi Mumbai dan bertemu dengan beberapa Dabbawala. Saat itu ia tertarik dengan sistem pengiriman makanan yang efisien dan ingin mempelajari lebih lanjut tentangnya. Dua tahun kemudian, mereka mengirimkan hadiah saat Pangeran Wales itu melangsungkan pernikahan dengan Camilla Parker.

Penghargaan lain datang dari Six Sigma Certification yang memiliki peringkat Six Sigma 99,999999, yang berarti tingkat akurasi kurang dari satu dari setiap enam juta pengiriman mengalami kekeliruan.

Begitu juga Harvard Business School yang telah mempelajari sistem Dabbawala dan memperkenalkan studi kasus berjudul "The Dabbawala System: On-Time Delivery, Every Time" sebagai bagian dari kurikulum MBA mereka.

Studi kasus ini mengeksplorasi semua aspek sistem mereka (misalnya misi, manajemen informasi, aliran material, sistem sumber daya manusia, proses, dll.) dan tantangan yang dihadapi oleh organisasi Dabbawala di tengah perubahan global yang begitu cepat.

Meskipun Dabbawala kini hidup di era digital, mereka tetap berpegang pada filosofi dasar yang berpusat pada kejujuran dan kepercayaan, serta mempertahankan cara kerja tradisional mereka yang telah terbukti efektif selama lebih dari satu abad.

Baca juga artikel terkait BISNIS PENGANTARAN MAKANAN atau tulisan lainnya dari Ali Zaenal

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Ali Zaenal
Penulis: Ali Zaenal
Editor: Irfan Teguh Pribadi

Artikel Terkait