Menuju konten utama

Crazy Rich Surabayan: Asal Usul Pernikahan Mewah

Istilah pernikahan mewah pertama kali muncul pada tahun 1920 dan menjadi tren di tahun 1980-an, hingga kini fenomenal istilah Crazy Rich Surabayan.

Crazy Rich Surabayan: Asal Usul Pernikahan Mewah
Pasangan Royal Wedding Putri Diana bersama Pangeran Charles naik kereta kuda. Foto/Istimewa

tirto.id - Pesta pra pernikahan Jusup dan Clarissa menarik perhatian banyak orang. Pasangan yang disebut sebagai Crazy Rich Surabayan ini menggelar acara pertunangan yang ultra mewah. Untuk pesta tunangan saja, mereka menghabiskan biaya Rp1,2 miliar. Sedangkan untuk pesta pernikahannya yang akan diselenggarakan di Bali, konon biayanya bisa sampai Rp1 triliun. Ini sudah termasuk suvenir bagi undangan berupa koin emas 5-10 gram.

Pesta pertunangan yang diadakan pada Juli 2018 di Hotel Shangri-La Surabaya ini jadi meriah dan cantik, dengan langit-langit ruang pesta yang dihiasi dedaunan dan bunga-bunga menjuntai. Bentuk dan gaya dekorasi ini nyaris serupa dengan dekorasi langit-langit di acara pemberkatan pernikahan Ivanka Trump. Gaya dekorasi ini nampak jadi hal yang lumrah ditemui dalam berbagai acara pernikahan di hotel bintang lima sekitar lima tahun terakhir.

Untuk itu, para pengantin berutang budi pada sosok Preston Bailey.

Sosok perencana pernikahan ini adalah yang menciptakan tren konsep pernikahan gaya barat pada awal 2000-an. Momen itu berawal saat ia merancang acara pernikahan Melissa Rivers, anak selebritas Joan Rivers, pada akhir 1990-an. Preston merealisasikan permintaan Joan yang menginginkan tema dekorasi Winter Wonderland. Ia menaruh replika pohon-pohon kering di dalam ruang pesta dan mendekorasi meja jamuan dengan rangkaian mawar putih serta vas-vas bunga tinggi. Preston turut mengatur pencahayaan ruang dengan menggunakan lampu kebiruan agar nuansa kian serupa konsep utama.

Pernikahan Melissa jadi acara yang marak diperbincangkan. Kala itu, pernikahan dengan konsep tersebut masih jarang ditemukan. Nama Preston pun belum begitu populer. Setelah menangani pernikahan Melissa, barulah Preston mendapat klien-klien mentereng seperti Donald Trump, Ivanka Trump, dan Sean Parker; pengusaha dan filantropis asal Amerika Serikat. Seluruh klien Preston menginginkan pesta pernikahan mewah.

“Bagi mereka, kemewahan berarti melihat sesuatu yang belum pernah dilihat sebelumnya. Saya pernah membuat replika gedung dan kota untuk sebuah acara. Untuk mendekorasi ruang pesta, saya pun merekrut arsitek dan insinyur,” katanya kepada Vox.

Dekorasi pernikahan mewah ala Preston dijadikan acuan bagi dekorator di beberapa negara untuk menangani klien-klien penting mereka.

Contoh lain ialah dekorasi pernikahan Tasya Farasya, influencer kecantikan. Ruang resepsi diisi oleh beberapa replika pohon yang dicat putih. Langit-langit area dansa dihias dengan chandelier dan manik-manik serupa kristal yang menjuntai. Tidak mengherankan bila banyak orang kemudian teringat pada lokasi pernikahan Melissa Rivers.

Secara tidak langsung, Preston seolah memberi pakem ruang pesta pernikahan mewah. Sampai sekarang ia masih dikenal sebagai perancang pernikahan yang populer dengan klien orang ultra kaya. Klien Preston juga banyak berasal dari keluarga kerajaan di Timur Tengah seperti Uni Emirat Arab dan Bahrain. Meski pernikahan mewah sempat berkurang karena kondisi ekonomi dunia yang memburuk, kini gaya pernikahan mewah kembali lagi seiring perekonomian yang membaik, terutama setelah 2011.

"Kabar baiknya memang, akan selalu ada pesta mewah berikutnya," ujar Preston.

Yang juga layak diperhatikan adalah: kebanyakan penyelenggara pernikahan mewah ini berasal dari Asia.

Ini dituturkan oleh Sarah Haywood, konseptor pernikahan yang berbasis di London. Ia berkata separuh kliennya berasal dari Asia. Dalam artikel ‘Weddings of the 0.01 Percent’, Haywood menyebut bahwa kliennya ingin pesta pernikahan serupa film-film Hollywood yang mengambil lokasi di Perancis, Italia, atau Inggris.

“Mereka tidak ingin tampil mewah hanya di negaranya sendiri,” kata Sarah.

Infografik Nikah Mewah

Menginginkan pernikahan ala film atau ala pernikahan pesohor yang disiarkan di televisi, sudah terjadi sejak tahun 1980-an. Salah satu pelopornya adalah pernikahan Diana dan Charles yang masuk dalam daftar salah satu pernikahan mewah sepanjang masa. Acara pernikahan mereka disiarkan di televisi dan disaksikan sekitar 700 juta orang.

Cinderella Dreams: The Allure of the Lavish Wedding (2003) menyebut bahwa berbagai tayangan tentang pernikahan membuat orang menginginkan hal serupa. Salah satu alasannya, untuk menunjukkan prestise. Hal itu diwujudkan lewat lokasi, busana, makanan dan minuman, dan hiburan yang disajikan dalam sebuah pesta pernikahan.

Di Eropa dan Amerika, orang-orang terobsesi menikah dengan gaun putih, seperti yang dikenakan Ratu Victoria pada 1840-an. Pada masa itu, busana putih untuk pernikahan hanya dipakai untuk kaum elite dan bangsawan. Usai Perang Dunia dan kondisi dunia perlahan membaik, banyak orang ingin pesta pernikahan yang layak dan gempita.

Fenomena tersebut membuat toko baju pengantin terus bermunculan. Berdirinya toko tersebut disusul dengan munculnya jasa fotografer pernikahan. Fotografer mulai menerima permintaan untuk memotret rangkaian acara pernikahan, bukan hanya foto pasangan pengantin di dalam studio. Hal itu disusul lagi dengan munculnya jasa konsultan pernikahan di Amerika Serikat. Format ini terus berkembang sampai sekarang.

Konsultan pernikahan berkembang jadi konseptor pernikahan seperti Preston. Di Jakarta ada Flying Bride, jasa konseptor pernikahan yang membantu calon pengantin menentukan tema sekaligus seluruh vendor pernikahan. Bila dulu kemewahan hanya diukur dari baju putih, kini kemewahan itu ada di tangan konseptor pernikahan.

Baca juga artikel terkait PERNIKAHAN atau tulisan lainnya dari Joan Aurelia

tirto.id - Gaya hidup
Penulis: Joan Aurelia
Editor: Nuran Wibisono