Menuju konten utama

CORE Jelaskan Alasan Pengangguran Tertinggi Didominasi Lulusan SMK

Direktur Riset CORE menyatakan fenomena itu disebabkan karena pemerintah masih terlampau sibuk mengurusi suplai tenaga kerja seperti membangun banyak SMK sejak zaman SBY.

CORE Jelaskan Alasan Pengangguran Tertinggi Didominasi Lulusan SMK
Ratusan pelajar Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) mengikuti tes rekrutmen salah satu perusahaan otomotif di Auditorium SMK Negeri 5, Surabaya, Jawa Timur, Selasa (23/5). ANTARA FOTO/Moch Asim.

tirto.id - Debat Ketiga Pilpres di Hotel Sultan pada Minggu (17/3/2019) lalu menyinggung tingginya angka pengangguran yang berasal dari lulusan SMK.

Data BPS per Agustus 2018, pengangguran dengan tingkat pendidikan SMK mendominasi di angka 11,24 persen. Disusul SMA sebanyak 7,95 persen dan perguruan tinggi serta diploma yang keduanya berkisar 6 persen.

Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) menyatakan fenomena itu disebabkan karena pemerintah masih terlampau sibuk mengurusi suplai tenaga kerja seperti membangun banyak SMK sejak zaman SBY.

Namun, Piter menilai upaya itu tidak diimbangi dengan kesadaran pemerintah menyiapkan permintaan dalam pasar tenaga kerja yang sebagian besar menjadi masalah pelaku usaha dan industri.

"Kita tidak mempersiapkan demand-nya, tapi hanya suplainya. Memang yang kita siapkan itu juga tingkat SMA dan SMK," ucap Piter saat dihubungi reporter Tirto pada Senin (18/3/2019).

Piter mengatakan fakta banyaknya pengangguran dari lulusan SMK ini juga menjadi petunjuk bahwa pelatihan tenaga kerja saja tidak cukup. Belum lagi, pelatihan yang diberikan bersifat khusus dan hanya dapat diaplikasikan pada pekerjaan tertentu saja.

Ia menyebutkan persoalan ini menjelaskan mengapa lulusan dengan tingkat pendidikan di bawahnya lebih sedikit yang menganggur lantaran mereka bekerja tanpa mempertimbangkan keahlian spesifik. Sedangkan lulusan SMK membutuhkan permintaan tenaga kerja yang mengerucut pada keahlian yang diajarkan.

"Mereka lulusan SMK adalah semi skill sehingga kerjaannya juga khusus. Beda dengan lulusan SD SMP karena tidak perlu sesuatu yang khusus. Kondisinya sangat wajar kalau memumpuknya pengangguran di level SMA-SMK," ucap Piter.

Menurut Piter, hal ini pun berlaku juga bagi janji kedua paslon baik dalam bentuk kartu pra pekerja maupun rumah siap kerja. Ia mengingatkan bahwa keduanya harus menjamin tersedianya permintaan dalam pasar tenaga kerja agar lulusan yang ada dapat diserap usai menerima pelatihan.

Sebelumnya dalam debat antara Sandiaga Uno dan Ma-ruf Amin, soal pengangguran SMK ini mencuat saat keduanya menjawab pertanyaan panelis dalam isu ketenagakerjaan.

Dalam kesempatan itu, calon wakil presiden nomor urut 02, Sandiaga Uno menyebutkan lulusan SMK mendominasi jumlah pengangguran di Indonesia yang mencapai 61 persen. Meskipun dalam faktanya Data pengangguran terbuka menurut BPS pada tahun 2018 mencapai 43,4 persen.

"Sangat ironis, siswa-siswa SMK sekarang mendominasi jumlah pengangguran kita. 61 persen pengangguran kita adalah anak muda," ujar Sandi dalam debat cawapres pada Minggu (17/3/2019).

Baca juga artikel terkait DEBAT CAWAPRES 2019 atau tulisan lainnya dari Vincent Fabian Thomas

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Vincent Fabian Thomas
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Maya Saputri