Menuju konten utama

Contoh Fauna Endemik Indonesia Barat, Tengah, Timur & Daerah Asal

Berikut ini contoh fauna endemik di Indonesia bagian barat, tengah, dan timur, serta daerah asalnya.

Contoh Fauna Endemik Indonesia Barat, Tengah, Timur & Daerah Asal
Anoa dataran rendah atau pesisir (bubalus sp) diikat warga setelah terjerat dan direncanakan dilepas liarkan di hutan lindung di Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara, Jumat (12/1/2018). ANTARA FOTO/Jojon

tirto.id - Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati tinggi. Iklim serta letak geografis Indonesia memengaurhi pembentukan karakter flora maupun fauna yang endemik.

Fauna endemik adalah satwa yang keberadaannya hanya dapat ditemukan di satu wilayah tertentu. Karena memiliki habitat terbatas, satwa-satwa endemik kerap langka sehingga harus dilindungi.

Mengutip laman ProFauna, setidaknya ada 300.000 jenis satwa liar atau 17 persen dari populasi satwa di dunia ada di Indonesia, dan sebanyak 45 persen jenis ikan hidup di perairan Indonesia. Tak hanya itu, Indonesia juga memiliki ratusan jenis mamalia terlengkap.

Pada 2014, BKKH (Balai Kliring Keanekaragaman Hayati) mencatat total jumlah fauna endemik di Indonesia mencapai 1.468 jenis. Ribuan spesies satwa endemik itu terdiri dari 270 jenis mamalia, 386 jenis burung, 328 jenis reptil, 204 jenis amfibi, dan 280 jenis ikan.

Meski demikian, ancaman kepunahan terhadap para satwa endemik ini perlu diwaspadai. Pasalnya, aktivitas manusia, seperti perluasan lahan dan penebangan hutan akan mengakibatkan berkurang dan rusaknya habitat mereka di hutan. Untuk itu, sangat diperlukan peningkatan usaha pelestarian dan perlindungan terhadap satwa liar dan endemik.

Mengutip buku Biogeografi (2018) karangan Dr. Muhammad Zid dan Ode Sofyan Hardi, berikut ini contoh macam-macam fauna endemik di Indonesia bagian barat, tengah, dan timur.

1. Contoh Fauna Endemik Indonesia Bagian Barat

a. Kucing Merah (Pardofelis badia)

Kucing merah merupakan satwa liar endemik dari Pulau Kalimantan. Satwa ini memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil daripada kucing emas Asia.

Bulunya berwarna coklat terang dan lebih pucat di bagian bawah tubuhnya, bulu kaki dan ekornya pun berwarna agak pucat dan merah. Kucing Merah memiliki ekor yang panjang dan meruncing di ujungnya.

Secara fisik, satwa ini memiliki panjang bervariasi, berkisar antara 49,5 hingga 67 cm. Panjang ekornya 30 hingga 40,3 cm. Kucing ini memiliki berat 3-4 kilogram saat dewasa.

Pada tahun 2002, IUCN mengklasifikasikan kucing merah sebagai satwa endemik yang terancam punah. Hal ini dikarenakan terjadinya penurunan populasi yang diperkirakan mencapai lebih dari 20 persen saat itu. Pada tahun 2007, tercatat jumlah populasi efektif satwa ini diperkirakan kurang dari 2.500 ekor kucing merah dewasa.

b. Owa Jawa (Hylobates moloch)

Owa Jawa merupakan satwa sejenis primata yang masuk ke dalam suku Hylobatidae. Populasi owa Jawa saat ini tersisa antara 1.000 – 2.000 ekor saja.

Owa Jawa tersebar secara terbatas di daerah Jawa Barat. Satwa ini hidup dengan membentuk kelompok-kelompok kecil. Aktivitasnya sehari-hari adalah berayun dan berpindah di antara dahan dan ranting di tajuk pohon yang tinggi.

Tubuh Owa Jawa berwarna keabu-abuan, dengan sisi atas kepalanya berwarna lebih gelap, serta memiliki wajah yang kehitaman. Tangan Owa Jawa berukuran relatif lebih panjang dari tubuhnya.

c. Landak Jawa

Landak jawa banyak ditemukan di daerah hutan, dataran rendah, kaki bukit, dan area pertanian. Fauna endemik dari Indonesia ini memiliki ciri fisik yang khas, yakni pada tubuhnya yang diselimuti oleh rambut halus, rambut peraba, dan rambut duri.

Meskipun satwa ini bukan termasuk hewan yang terancam punah dalam daftar IUCN, landak jawa kerap kali diburu manusia karena telah merusak tanaman budidaya mereka. Selain itu, di beberapa tempat, daging landak juga diolah menjadi makanan sate.

d. Kelinci Sumatera (Nesolagus netscheri)

Kelinci liar ini hanya dapat ditemui di hutan tropis di Pegunungan Bukit Barisan di Pulau Sumatera, Indonesia. Umumnya, Kelinci Sumatera tinggal di hutan dengan ketinggian 600-1400 meter di atas permukaan laut. Populasi Kelinci Sumatera mengalami penurunan signifikan akibat perambahan hutan secara agresif di Pulau Sumatera.

Kelinci sumatera tergolong hewan nokturnal. Kelinci ini memiliki panjang sekitar 40 cm, dengan garis-garis kecoklatan. Adapun ekornya berwarna merah, dan bawah perutnya berwarna putih.

e. Tapir

Tapir merupakan binatang herbivora. Tapir memakan daun-daun muda yang berada di sepanjang hutan atau pinggiran sungai. Tempat hidupnya pun nomaden dengan mengikuti jalur makanan. Tapir juga merupakan hewan nokturnal (aktif di malam hari).

Tapir memiliki bentuk tubuh seperti babi, dengan telinga yang mirip badak, dan moncong yang panjang mirip trenggiling. Lenguhan yang tapir keluarkan terdengar lebih mirip suara burung daripada binatang mamalia.

Tapir merupakan hewan endemik yang bisa ditemukan di Asia Tenggara dan Amerika Selatan. Di Indonesia, habitat Tapir berada di Pulau Sumatera.

2. Contoh Fauna Endemik Indonesia Bagian Tengah

a. Komodo (Varanus komodoensis)

Komodo merupakan reptil terbesar di dunia dengan panjang tubuh rata-rata mencapai ukuran 3 meter dan berat 70 kilogram. Secara alami, habitat komodo adalah di Pulau Komodo, Flores Rinca, Gili Motang, dan Gili Dasami di Nusa Tenggara Timur. Tempat ini masuk sebagai salah satu dari 7 keajaiban di dunia versi New 7 Wonders of Nature.

Berbeda dengan biawak biasa (Varanus salvator), komodo memiliki ukuran yang lebih panjang dan besar. Tubuh komodo ditutupi dengan sisik, kulitnya berwarna coklat kehitam-hitaman.

Moncongnya lebar, membulat, dan datar dengan gigi tajam yang besar seperti gergaji serta lidah berwarna kuning yang bercabang.

b. Jalak Bali (Leucopsar rothschildi)

Burung pengicau berukuran sedang, dengan panjang lebih kurang 25 cm ini termasuk dalam suku Sturnidae. Sesuai dengan namanya, Jalak Bali cuma ditemukan di daerah hutan bagian barat Pulau Bali. Keberadaan satwa ini dilindungi oleh undang-undang di Indonesia.

Jalak Bali memiliki ciri-ciri khusus, yaitu bulu berwarna putih di sekujur tubuhnya dengan ujung ekor dan sayap berwarna hitam. Bagian pipi mereka berwarna biru cerah, serta kakinya berwarna keabu-abuan.

Satwa endemik ini ditemukan pertama kali pada tahun 1910 oleh Walter Rothschild, seorang pakar hewan dari Inggris. Di tahun berikutnya, yakni 1991, burung ini dinobatkan sebagai lambang fauna Provinsi Bali.

c. Kera Hitam Sulawesi (Macaca maura)

Kera Hitam Sulawesi adalah salah satu primata endemik Indonesia. Kera jenis ini hanya terdapat di Pulau Sulawesi. Satwa ini hidup di daerah hutan hujan tropis pada dataran rendah sampai dataran tinggi, atau dapat juga ditemui di daerah perkebunan masyarakat sekitar kawasan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone, Sulawesi Utara.

Kera Hitam Sulawesi memiliki ciri khas rambut yang berwarna hitam di sekujur tubuh, kecuali pada punggung dan selangkangan yang warnanya agak terang. Kepala kera ini berjambul dengan muka yang tidak berambut, serta moncong lebih menonjol.

Satwa ini terkenal cerdas dan ramah terhadap manusia. Sayangnya, kera hitam sulawesi sering diburu untuk kemudian diperdagangkan di sejumlah pasar di Minahasa dan Tomohon.

d. Yaki Pantat Merah (Macaca nigra)

Monyet ini merupakan salah satu satwa endemik dari Sulawesi. Mereka dapat dijumpai pada hutan primer atau sekunder yang terletak di dataran rendah atau pesisir hingga dataran tinggi dengan ketinggian hingga 2000 mdpl.

Macaca Nigra memiliki banyak keunikan. Salah satu keunikan tersebut terletak pada bokongnya yang membengkak dan berwarna merah.

d. Serindit Sangihe (Loriculus catamene)

Serindit Sangihe memiliki panjang 12-13,5 cm. Burung ini merupakan satwa endemik dari Pulau Sangihe yang terletak di bagian utara Pulau Sulawesi. Bulu satwa ini berwarna hijau dengan warna merah pada bagian tenggorokan dan pantat, serta memanjang hingga bagian ekornya.

Populasi Serindit Sangihe kini diperkirakan berjumlah antara 10.000 hingga 46.000. Pada tahun 2009, burung ini masuk dalam daftar satwa dalam keadaan berbahaya hingga sangat terancam punah.

e. Anoa

Anoa adalah hewan khas dari Sulawesi. Anoa terbagi menjadi 2 spesies, yakni anoa pegunungan (Bubalus quarlesi) dan anoa dataran rendah (Bubalus depressicornis). Satwa ini hidup di daerah yang tidak banyak dijamah oleh manusia. Perawakan anoa mirip dengan kerbau dan memiliki berat antara 150-300 kilogram.

Sejak tahun 1960-an, anoa sudah masuk daftar hewan dengan status terancam punah. Tercatat, ada kurang dari 5000 ekor anoa yang masih bertahan hidup hingga saat ini.

f. Kuda Sumba (sandalwood pony)

Kuda sumba merupakan kuda pacu asli Indonesia yang dikembangkan di Pulau Sumba. Kuda ini sudah menjadi alat transportasi di sana sejak lama. Konon, kuda ini berasal dari hasil persilangan kuda arab dengan kuda poni lokal.

3. Contoh Fauna Endemik Indonesia Bagian Timur

a. Nokdiak (Zaglossus bruijni)

Satwa endemik ini hanya ada di wilayah Papua. Nokdiak termasuk dalam subkelas Monotremata atau hewan yang menyusui dan bertelur. Habitat satwa ini adalah di hutan tinggi berlumut.

Nokdiak memiliki mulut yang tidak bergigi, berbentuk tabung, dan berlidah panjang seperti sikat dan berperekat. Tubuh mamalia ini dapat mencapai berat 16 kilogram dengan dipenuhi oleh duri seperti landak, tetapi pendek. Satwa ini jarang terlihat dan umumnya sulit untuk ditangkap.

b. Cenderawasih Merah (Paradisaea rubra)

Cenderawasih merah memiliki tubuh yang berukuran sedang dengan panjang sekitar 33 cm. Burung ini termasuk dalam marga Paradisaea. Satwa endemik ini hanya dapat ditemukan di hutan dataran rendah Pulau Waigeo dan Batanta di Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Irian Jaya Barat.

Burung ini memiliki ciri-ciri bulu berwarna kuning dan coklat, dengan paruh berwarna kuning. Burung cenderawasih merah jantan dapat berukuran sekitar 72 cm saat dewasa.

Burung jantan memiliki bulu-bulu hiasan yang berwarna merah darah dengan ujung berwarna putih pada bagian sisi perutnya, serta bulu mukanya berwarna hijau zamrud gelap. Terdapat dua buah tali panjang benbentuk seperti pilin ganda berwarna hitam pada ekornya.

Cenderawasih merah populasinya sangat terbatas. Burung ini bahkan masuk dalam daftar merah IUCN sebagai satwa yang berisiko hampir terancam.

c. Nuri Sayap Hitam (Eos cyanogenia)

Satwa ini memiliki ukuran sedang, dengan panjang sekitar 30 cm. Burung ini tergolong ke dalam suku Psittacidae. Nuri Sayap Hitam hanya dapat ditemukan di hutan pesisir Pulau Biak dan pulau-pulau di Teluk Cenderawasih.

Burung ini memiliki warna bulu merah cerah, dengan ada bercak ungu di sekitar telinga, paruhnya merah kekuningan, warna punggungnya hitam, dan iris matanya berwarna merah. Populasi Nuri Sayap Hitam sangat terbatas dan dievaluasikan rentan dalam daftar merah IUCN.

d. Hiu Karpet Berbintik (Hemiscyllium freycineti)

Hiu yang hidup di perairan Raja Ampat ini memiliki julukan “penguasa bayangan”. Spesies hiu ini termasuk jenis hiu bambu atau famili Hemiscyllidae. Habitat Karpet Berbintik adalah di laut yang dangkal dengan terumbu karang, pasir, dan rumput laut yang lebat.

Hiu Karpet Berbintik memiliki bentuk yang unik. Ada bintik-bintik kecil yang sedikit memanjang dan berwarna gelap pada rentang interval antara 8 sampai 9 baris di ekor dan kepalanya.

Baca juga artikel terkait FAUNA atau tulisan lainnya dari Reynata Sanjaya

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Reynata Sanjaya
Penulis: Reynata Sanjaya
Editor: Addi M Idhom