Menuju konten utama

Cita Rasa Surgawi dalam Sebungkus Indomie

Indomie merajai industri mie instan sebab punya jalur distribusi yang mumpuni serta identik dengan citra rasa yang kuat, khas, dan makin hari makin variatif.

Cita Rasa Surgawi dalam Sebungkus Indomie
Ilustrasi kemasan Indomie. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Nur Hasan, lulusan International University of Africa, Khortoum, Sudan, punya cerita menarik selama empat tahun belajar di sana. Oleh teman-temannya, ia kerap disodori satu pertanyaan mengagetkan. Hal wajadta Indomie fi biladikum Indonesia? Apakah di negerimu, Indonesia, ada Indomie juga?

Indomie, publik tahu, merupakan merek mie instan paling terkenal di tanah air. Bahkan saking melekatnya merek ini di benak khalayak, meminjam ungkapan Patrik Matanasi, Indomie bernasib sama seperti Honda. “Lidah orang Indonesia tak biasa menyebut mie instan. Apa pun mereknya, mereka akan sebut ‘Indomie’,” tulis Patrik, dalam Berkat Om Liem Kita Semua Jadi Pelahap Indomie.

Beroperasi sejak 1972—mulanya diproduksi Sanmaru Food Manufacturing, lalu berada di bawah bendera PT Indofood Interna pada 1984—Indomie, singkatan dari “Indonesia Mie”, saat ini sudah melanglangbuana ke lebih dari 100 negara di kawasan Asia, Eropa, Amerika Utara, Australia, dan Afrika.

Uniknya, di Afrika sana popularitas Indomie menyebabkan sebagian penduduk benua itu menduga bahwa produk Indonesia ini adalah produk negeri mereka. Di Nigeria, misal, anggapan semacam itu berlaku sebab pabrik Indomie di negara Nwankwo Kanu itu sudah berdiri lebih dari 20 tahun.

Sementara di Sudan, sebagaimana dikisahkan Nur Hasan, kalaulah tidak diklaim sebagai produk dalam negeri, orang Sudan dan beberapa orang Afrika yang belajar di sana malah menganggap Indomie sebagai makanan Cina—negeri yang produk-produknya memang membanjiri pelosok dunia.

“Padahal di bungkusnya nggak ada bahasa Cina-nya sama sekali.”

Keberhasilan Indomie menembus pasar mancanegara tak lepas dari Direktorat Ekspor yang dibentuk Indofood circa 1992. Kala itu, orang-orang di dalamnya fokus dan bergerak aktif mempelajari izin setiap negara, lantas menetapkan target eskpor. Sasaran utama saat itu adalah negara-negara dengan jumlah WNI paling banyak, antara lain Hong Kong, Taiwan, dan Arab Saudi.

“Bahkan, di Arab Saudi konsumen Indomie sudah masuk generasi kedua. Saat pertama kali Indomie masuk pada 1990-an, mereka masih anak-anak, sekarang mereka sudah dewasa dan berkeluarga,” kata Franciscus Welirang, salah seorang petinggi PT Indofood Sukses Makmur, dalam "Made in Indonesia: The Best Indonesian Products of Top 100 Exporters" (Katadata, 2013).

Seiring waktu, Indomie yang identik dengan anak muda kian dikenal sebab kerap dibawa para pelajar Indonesia yang melanjutkan studi ke berbagai negara. Amerika Serikat dan Australia kemudian menjadi target ekspor selanjutnya.

Lepas dari itu, pada periode berikutnya, keberhasilan Indomie menembus pasar mancanegara boleh dibilang segendang-sepenarian dengan keberhasilan para duta besar mempromosikan Indonesia. “Mereka berupaya melaksanakan titah Presiden Jokowi yang berharap para dubes tak hanya menjalankan fungsi diplomasi, namun juga mengenalkan produk asli Indonesia di negara tempat sang dubes bekerja,” terang Akhmad Muawal Hasan dalam laporan bertajuk Diplomasi Indomie.

Adapun dalam konteks dalam negeri, Akhmad menggarisbawahi bahwa bertahannya Indofood di industri mie instan dipengaruhi dua faktor utama. Pertama, jalur distribusi yang mumpuni; kedua, citra rasa yang kuat, khas, dan makin hari makin variatif pula.

“Dua faktor itu sudah cukup untuk menjadikan Indomie sebagai salah satu produk makanan cepat saji yang paling digemari masyarakat Indonesia.”

Pernyataan Akhmad jelas landasannya jika kita melihat inovasi demi inovasi yang dilakukan Indomie selama hampir 50 tahun, tepatnya sejak 1972. Mula-mula memperkenalkan Indomie Kuah Rasa Kaldu Ayam, yang saat itu dianggap sesuai dengan selera lidah orang Indonesia, pada 1982 Indomie meluncurkan varian baru bertajuk Indomie Kuah Rasa Kari Ayam. Lalu puncaknya, pada 1983, Indomie kian populer dan digemari setelah meluncurkan varian Mie Goreng. Inovasi semacam itu, kita tahu, terus berlangsung hingga saat ini.

Beberapa tahun belakangan, Indomie hadir dengan Varian Indomie Selera Nusantara. Varian ini menghadirkan rasa-rasa terpopuler dari berbagai makanan khas Indonesia, sehingga slogan “Berbeda-beda Satu Selera” kian terasa relevansinya.

Infografik Advertorial Indomie

Infografik Advertorial Pemersatu Lidah Nusantara. tirto.id/Mojo

Memberi yang Terbaik

Akhir tahun lalu, harian asal Amerika, LA Times, mendaulat Indomie sebagai ramen terenak versi L.A. Times Instant Ramen Power Rankings. Uniknya, food columnist di harian tersebut, Lucas Kwan Peterson, menyatakan bahwa menempatkan Indomie sebagai juara sebenarnya tidak adil; alih-alih ramen, Indomie, biar bagaimanapun, adalah mie instan.

“Tapi aku tak peduli. Sebab Indomie sangat enak,” tulisnya.

Indomie yang dimaksud Pak Peterson adalah Indomie Goreng Ayam Panggang (Chicken Barbeque). Menurutnya, saat paduan minyak bawang, kecap manis, saus, bubuk penyedap kaldu ayam serta bawang goreng dalam sebungkus Indomie sampai di lidah, tiada satu kata pun yang dapat menjelaskan rasanya dengan tepat.

“Mereka bersatu untuk menjadi... Bagaimana menyebutnya? Sangat surgawi!”

Untuk diketahui, bumbu-bumbu Indomie diolah dari racikan rempah-rempah pilihan hasil kekayaan alam Nusantara. Pihak Indomie menjamin seluruh rangkaian produksi berlangsung dengan sangat higienis, memenuhi standar internasional, serta menggunakan teknologi teranyar berkualitas tinggi.

Dilansir dari situs resmi Indomie, termasuk tambahan bahan baku Indomie adalah fortifikasi mineral dan Vitamin A, B1, B6, B12, Niasin, Asam Folat, dan Mineral Zat Besi. Adapun tepung terigu yang menjadi bahan dasar Indomie yakni tepung terigu kualitas wahid keluaran Bogasari Flour Mills.

Indomie juga tunduk pada aturan SNI 01-3551-2000: mie instan harus dikemas dalam wadah yang tertutup rapat, tidak dipengaruhi atau memengaruhi isi, aman selama masa penyimpanan dan distribusi.

Pendek kata, saat Indomie sampai di lidah kita, pihak produsen sudah memastikan kondisinya baik-baik saja.

Bertahan di industri lebih dari 45 tahun tentu bukan perkara mudah. Indomie telah membuktikan kepada dunia bahwa mereka mampu; sedangkan kepada kita, konsumennya, mereka berkomitmen untuk terus memberikan produk dan layanan numero uno.

Prinsipnya: “Kepercayaan kamu, semangat kami untuk selalu memberi yang terbaik.”

(JEDA)

Penulis: Tim Media Servis