Menuju konten utama

Ciri-Ciri Orang Ikhlas dan Contoh Perbuatannya

Orang yang mengerjakan suatu perbuatan dengan ikhlas, artinya memiliki niat suci hanya karena Allah SWT.

Ciri-Ciri Orang Ikhlas dan Contoh Perbuatannya
Warga mengambil paket bahan makanan yang digantung di pagar rumah kawasan Cimahi, Bandung, Jawa Barat, Rabu (29/4/2020). ANTARA FOTO/Novrian Arbi/aww.

tirto.id - Ikhlas adalah salah satu syarat agar suatu ibadah diterima di sisi Allah SWT. Amalan baik yang diboncengi niat buruk atau ingin dipuji orang lain akan tertolak, serta tak berarti apa-apa di sisi Allah SWT.

Secara bahasa, ikhlas berasal dari bahasa Arab yang artinya murni, jernih, dan tanpa campuran apa pun.

Maksudnya, orang yang mengerjakan suatu perbuatan dengan ikhlas, artinya memiliki niat suci hanya karena Allah, serta bersih dari intensi duniawi.

Seorang muslim yang ikhlas beramal memperoleh derajat tinggi di sisi Allah SWT, sebagaimana tergambar dalam surah An-Nisa ayat 125: "Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia pun mengerjakan kebaikan ... ” (QS. An-Nisa [4]: 125).

Ciri-ciri Orang Ikhlas

Berikut ini ciri-ciri orang yang memiliki niat ikhlas dan contohnya perilakunya.

1. Orang ikhlas tidak mengharap popularitas

Orang yang ikhlas tidak akan beribadah atau melakukan suatu amalan baik demi popularitas atau dikenal orang lain. Ketika niat ibadahnya disusupi keinginan agar populer, maka amalan itu rusak dan tak diterima di sisi Allah SWT.

Contohnya, seorang murid yang hanya mau membersihkan papan tulis ketika ada guru. Ketika tak ada guru, ia tak mau membereskan kekotoran kelas. Ia ingin agar perilakunya diperhatikan dan dianggap populer di kalangan guru.

2. Ikhlas hadir ketika seseorang mengakui bahwa ia memiliki banyak kekurangan

Orang yang ikhlas mengakui bahwa ia memiliki banyak kekurangan, ia merasa belum maksimal menjalankan kewajiban yang dibebankan Allah kepadanya.

Orang yang mengakui bahwa ia memiliki banyak kekurangan tidak akan bangga atau merasa ujub dengan kebaikan yang ia lakukan. Pada saat bersamaan, ia merasa cemas dengan amalannya dan khawatir tak diterima Allah SWT.

3. Orang ikhlas cenderung menyembunyikan amal kebaikan yang ia lakukan

Orang yang ikhlas tidak melakukan amalan baik agar dilihat orang lain. Sebaliknya, ia akan lebih gemar beribadah dalam keadaan sepi dan tak ada orang yang melihatnya.

Hal ini tergambar dalam sabda Nabi Muhammad SAW:

"Tujuh pihak yang diberi naungan oleh Allah, di mana hari itu tidak ada naungan kecuali naungan-Nya. [Dari tujuh pihak tersebut, Rasulullah menyebutkan salah satunya] siapa yang bersedekah secara sembunyi-sembunyi, ibarat tangan kiri tak mengetahui apa yang dilakukan tangan kanan, maka ia termasuk salah satu di dalamnya," (H.R. Muslim).

4. Orang ikhlas akan marah atau cinta pada suatu hal karena Allah SWT

Orang yang ikhlas berusaha mengekang hawa nafsunya, serta tidak mencintai seseorang atau suatu hal, kecuali yang dicintai Allah SWT. Ia juga tidak marah kecuali pada hal yang dimurkai Allah SWT.

Seorang muslim yang ikhlas tidak hidup di bawah bayang-bayang hawa nafsu dan keinginan orang lain. Ia dituntun oleh keridaan Allah SWT, serta membuat suatu keputusan berdasarkan prinsip yang diridai Allah SWT.

5. Orang ikhlas merasa gembira ketika saudaranya memiliki kelebihan

Orang yang ikhlas akan bergembira ketika saudaranya sesama muslim memiliki suatu kelebihan yang tak ia miliki. Namun, tak jarang seseorang akan hasad dan iri ketika yang memiliki kelebihan itu adalah juniornya sendiri.

Hanya orang ikhlas yang rela memberi kesempatan kepada orang yang lebih kompeten darinya untuk mengambil tanggung jawab yang ia pikul.

Orang yang ikhlas tidak memanfaatkan kelebihan orang lain untuk keuntungan dirinya, melainkan mendukung potensi tersebut agar terus berkembang.

Hal ini tergambar dalam sabda Nabi Muhammad SAW:

“Orang mukmin itu bagi mukmin lainnya seperti bangunan, sebagiannya menguatkan sebagian yang lain. Kemudian Nabi Muhammad menggabungkan jari-jari tangannya [sebagai perumpamaan],” (H.R. Bukhari, Muslim, dan Nasa’i).

Baca juga artikel terkait IKHLAS atau tulisan lainnya dari Abdul Hadi

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Abdul Hadi
Penulis: Abdul Hadi
Editor: Dhita Koesno