Menuju konten utama

Cerita Sopir Angkot yang Kerap Dimintai "Jatah" di Tanah Abang

Di persimpangan Blok D, Enjang kerap diminta uang oleh sejumlah pemuda yang mondar-mandir saban siang hingga sekitar pukul 17.00 sore.

Cerita Sopir Angkot yang Kerap Dimintai
Kemacetan lalu lintas di jalan Kebon Jati di depan Blok F Pasar Tanah Abang, Jakarta, Selasa (22/5/2018). tirto.id/Andrey Gromico

tirto.id - Enjang, sopir angkot M08 trayek Tanah Abang-Kota, menekan kopling dan gas bersamaan. Raungan mesin mobilnya makin santer meminta troli penuh garmen yang melintas di depannya menyingkir. Jalan Kebon Jati, Tanah Abang, yang ia lalui memang selalu macet.

Selain lalu-lalang kuli bongkar muat barang, belasan angkot selalu ngetem di persimpangan Blok B ke arah flyover Cideng. “Ini belum terlalu macet. Entar kalau sudah jam 3-an makin parah,” kata Enjang kepada saya sembari mengemudi, Kamis siang (23/8/2018).

Macet bukan satu-satunya hal yang bikin Enjang kesal. Di persimpangan Blok B, ia kerap diminta uang oleh sejumlah pemuda yang mondar-mandir saban siang hingga sekitar pukul 17.00 sore. Karena itu lah, kata dia, “kalau di sini, [saya] jarang ambil penumpang.”

Pemuda-pemuda yang ia maksud adalah pemuda-pemuda yang sempat viral di media sosial lantaran diduga memalak para sopir. Akun Instagram @motomobitv pada Senin lalu mengunggah video yang menunjukkan aksi palak para pemuda ini kepada sopir di kawasan tersebut.

Menurut Enjang, besaran uang yang diminta bervariasi mulai dari Rp 2 ribu hingga Rp 10 ribu. “Kalau enggak ngasih, kadang-kadang suka maksa, apalagi kalau lagi ada sewanya [penumpang] dari dalam mal. Kudu [bilang] 'baik' (ngasih), kalau kayak begitu," imbuhnya.

Selain angkot, mobil-mobil boks yang bongkar muatan di sekitar Kebon Jati juga kerap dimintai jatah. Namun, Enjang tak tahu berapa rata-rata uang yang diberikan oleh si pemilik mobil.

“Kalau saya mah jarang, ngasih. Makannya kalau di sini langsung jalan aja. Malas lewat sini sebenarnya. Terpaksa aja [lewat] berhubung Jati Baru ditutup.”

Selain di persimpangan Blok B, sopir angkot yang ngetem di bawah flyover Blok A Tanah Abang juga mengalami hal serupa. Teguh, bukan nama sebenarnya, adalah sopir angkot M 10 trayek Tanah Abang-Jembatan 5 yang sering memberi uang kepada para pemuda yang meminta jatah di jalan tersebut.

Baginya, itu wajar lantaran anak-anak ini juga biasanya tak sekadar meminta uang, melainkan membantunya mendapatkan penumpang. Jika jalan sedang macet, para pemuda ini terkadang menggedor mobil yang menurunkan penumpang sembarangan, meski kadang mereka pula yang membiarkan mobil angkot berhenti hingga dijejali penumpang.

Teguh pun mengaku tak tahu dari mana pemuda-pemuda itu berasal. Selama ini, kata dia, ada anak yang mengaku tinggal di kawasan Kampung Bali, namun ia tak tahu pasti di mana tepatnya. Pikirnya, “anak-anak mah biasa. Masih pada ABG. Paling buat main PS, kalau enggak mabuk.”

Pungli yang kerap terjadi di Tanah Abang, menurut aparat, tak dibiarkan. Kapolsek Tanah Abang AKBP Lukman Cahyono mengaku anggotanya sering menggelar operasi dan menangkap pelaku pungli. Para pelaku itu, kata Lukman, tidak memiliki pekerjaan tetap sehingga mencari nafkah dengan memalak sopir angkot atau mobil boks.

Sejauh ini, Lukman mengklaim, polisi telah menangkap delapan orang yang meminta pungutan liar di kawasan Tanah Abang pada 1-3 Juni lalu. Para pelaku ini beraksi dengan memalsukan tiket retribusi yang difotokopi dan mematok harga Rp 10 ribu dan tiket parkir sebesar Rp 30 ribu, meski kawasan tersebut tidak diperuntukkan sebagai parkir kendaraan.

Lukman pun mengatakan, Polres Jakarta Pusat akan mengerahkan jajarannya untuk tetap menangkap para pemalak. “Saya kerahkan anggota Buser untuk menyelidiki dan menangkap para pelaku,” ujarnya.

Baca juga artikel terkait PENATAAN TANAH ABANG atau tulisan lainnya dari Hendra Friana

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Hendra Friana
Penulis: Hendra Friana
Editor: Mufti Sholih